28 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Kelola Sampah Organik, Prodi Agroindustri Untag Surabaya Dorong Warga Desa Pabean Hasilkan Probiotik dan Kompos Ramah Lingkungan


Sidoarjo, Bhirawa
Program Studi (Prodi) Agroindustri Fakultas Vokasi Untag Surabaya berkomitmen meningkatkan kemanfaatan masyarakat melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) dengan fokus meningkatkan kesadaran masyarakat peduli lingkungan hidup dalam mengolah sampah menjadi nilai tambah berupa pengolahan sampah menjadi pupuk organik dan pengelolaan toga di Desa Pabean RT 60 RW 11 Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.

Program PKM yang dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2025 dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Wardah, MP bersama tim Dosen Agroindustri Untag Surabaya, Ir. Rini Rahayu Sihmawati, MP.,MM, dan melibatkan tiga mahasiswa Agroindustri Untag Surabaya: Rosma Fitri Andani; Dyan Bagus Rino Abdullah dan Trianita Clara Anjani.

Sampah organik rumah tangga sering kali dianggap sebagai limbah yang tidak berguna. Namun di Desa Pabean, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo, sampah tersebut justru diolah menjadi sumber daya yang bernilai melalui program pengabdian kepada masyarakat.

Dalam kegiatan ini, warga diajak untuk mengubah cara pandang terhadap sampah organik rumah tangga, yang selama ini dianggap tidak berguna. Warga RT 60 RW 11 Pabean terdiri dari ibu-ibu dan bapak-bapak, mengikuti sosialisasi dan pelatihan langsung mengenai cara pengolahan memilah dan mengolah sampah organik. Selama ini, sebagian besar limbah organik di desa tersebut berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) atau mencemari lingkungan sekitar.

Melalui pendekatan partisipatif, tim pelaksana program memperkenalkan teknologi pengolahan sampah berbasis fermentasi dengan mikroorganisme lokal. Warga dilatih untuk mengubah sampah dapur menjadi nutrisi probiotik cair dan kompos padat yang bermanfaat bagi pertanian di lingkungan sekitar.

Berita Terkait :  Ratusan Guru se Kecamatan Situbondo Diajak K3S Teladani Akhlak Rasulullah

“Kami menggunakan metode yang sederhana dan murah, sehingga mudah diterapkan oleh masyarakat secara mandiri,” ujar Prof. Dr. Ir. Wardah MP.MM ketua tim pengabdian.

Hasil kegiatan menunjukkan proses fermentasi berjalan efektif. Produk yang dihasilkan tidak hanya membantu mengurangi volume sampah, tetapi juga memberikan nilai tambah secara ekonomi. Kompos bisa dimanfaatkan langsung untuk pertanian lokal, sementara probiotik cair terbukti bermanfaat untuk kesehatan tanah .

“Warga sangat antusias karena ternyata bahan-bahan di sekitar rumah bisa dijadikan pupuk cair dan kompos untuk pertanian dan perikanan,Kami sebelumnya tidak tahu kalau daun-daunan, kulit buah, dan daun kering bisa diolah jadi pupuk cair dan kompos. Ternyata sangat mudah, dan bisa dipraktikkan sendiri di rumah,” ujar ibu Lyla sebagai ketua masyarakat peduli sampah RT 60 RW 11

Kegiatan dilaksanakan di Balai RW 11, dimulai dari pemberian materi, praktik pemilihan bahan, hingga proses fermentasi menggunakan teknik anaerob. Fermentasi dilakukan selama minimal tujuh hari, hingga cairan berubah warna menjadi kecoklatan dan menghasilkan aroma khas. Nutrisi probiotik tersebut kemudian disimpan dalam botol plastik untuk digunakan atau dibagikan ke warga lain. Selain pupuk cair, warga juga diajarkan cara membuat kompos dari bahan organik kering seperti daun gugur, potongan ranting kecil, dan sisa tebangan pohon. Sampah-sampah ini yang dulu biasa dibakar, kini mulai dikumpulkan dan dimanfaatkan. Proses kompos dilakukan secara tradisional dengan ditumpuk, disiram probiotik, diaduk, lalu ditutup menggunakan terpal selama 1 hingga 4 minggu

Berita Terkait :  Koramil 0815/16 Pacet Bina Siswa SMK Raden Rahmat

Dampak kegiatan ini terasa langsung. Kebiasaan membakar sampah kini mulai ditinggalkan, lingkungan menjadi lebih bersih, dan warga mulai mempertimbangkan menjadikan produk olahan ini sebagai peluang usaha mikro. Selain dampak lingkungan, program ini juga memperkuat semangat gotong royong warga. Beberapa warga mulai melihat peluang usaha mikro dari hasil olahan limbah ini, seperti menjual kompos dalam kemasan atau memproduksi pupuk cair secara mandiri.

Pada kegiatan PkM ini, Tim PkM Untag Surabaya juga memberikan dukungan berupa alat produksi dan pendampingan teknis. Mereka akan melakukan monitoring setiap tiga bulan untuk memastikan kelanjutan program, termasuk evaluasi melalui diskusi kelompok kecil (FGD) dengan warga.

“Kami ingin membentuk kebiasaan baru, agar warga tidak lagi membakar sampah. Selain merusak udara, sebenarnya limbah kering itu bisa diubah menjadi kompos yang menyuburkan tanah. Target kami adalah menjadikan RT 60 RW 11 Desa Pabean sebagai model desa binaan untuk pengelolaan sampah organik berbasis komunitas” ujar ketua PkM Prof Dr. Ir. Wardah MP.MM..

Program ini membuktikan bahwa teknologi tepat guna, jika dipadukan dengan partisipasi aktif masyarakat, bisa menjadi solusi berkelanjutan bagi masalah lingkungan sekaligus menjadi peluang ekonomi baru. Sampah kini bukan hanya diolah tapi juga membawa harapan baru bagi warga desa.

Pengelolaan sampah organik berbasis komunitas terbukti menjadi solusi konkret dalam mewujudkan desa yang bersih, sehat, dan mandiri. Program serupa diharapkan dapat direplikasi di desa-desa lain di Kabupaten Sidoarjo. [why]

Berita Terkait :  Banjir di SMKN 1 Kendit Situbondo Belum Surut, Semua Ruang Kelas dan Laboratorium Terendam Banjir

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru