26 C
Sidoarjo
Sunday, November 24, 2024
spot_img

Kearifan Lokal Menjaga Bumi

Surabaya dan Indonesia pada umumnya saat ini tengah menghadapi fenomena peningkatan suhu udara di wilayah perkotaan atau urban heat island.. Penyebab utama adalah emisi karbon yang tinggi dan suhu udara tinggi.

Emisi karbon yang tinggi dan kepadatan penduduk dan bangunan menyebabkan panas matahari tersimpan lebih lama dan terperangkap di permukaan bumi sehingga mengakibatkan suhu di menjadi lebih hangat dibandingkan wilayah perdesaan.

Penelitian yang dilakukan pada 2001 hingga 2019 mengungkapkan peningkatan suhu di kawasan pariwisata dan perkotaan mencapai 0,1 derajat Celcius per tahun, sedangkan di perdesaan hanya 0,06 derajat Celcius per tahun.

Tak ada tempat untuk kegiatan ekonomi dan aktivitas manusia saat bumi tidak layak lagi untuk ditinggali. Konsekuesi ini harus dipahami oleh seluruh warga dunia, termasuk di Surabaya tentu saja, yang dalam beberapa tahun terakhir diliputi rasa cemas dan khawatir oleh isu perubahan iklim yang kian hari kian nyata.

Fenomena urban heat island adalah salah satunya. El Nino telah dirasakan cukup lama dan nyata betul akibat buruknya. Laporan Risiko Global 2024 menjelaskan risiko-risiko akibat perubahan iklim, dalam 10 tahun ini, semakin mendominasi kehidupan global.

Risiko global dalam 10 tahun terakhir menunjukkan peringkat teratas adalah cuaca ekstrem, perubahan penting pada sistem bumi, hilangnya keanekaragaman hayati dan runtuhnya ekosistem, serta kekurangan sumber daya alam-terutama pangan.

Berita Terkait :  Kontestasi Melawan Kotak Kosong

Mitigasi dan antisipasi harus dilakukan semua warga, dimulai dari lingkungan terdekat, lingkungan terkecil, lingkungan keluarga. Pengetahuan lokal harus dipertimbangkan untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Pengetahuan dan kearifan lokal sangat penting sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan lingkungan.

Banyak petani di Indonesia telah menerapkan metode pertanian berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan iklim, misalnya penggunaan tanaman lokal yang tahan terhadap kekeringan. Di beberapa daerah, petani menanam varietas padi lokal yang memiliki daya tahan lebih baik terhadap kondisi air yang minim.

Teknik tumpangsari, berbagai jenis tanaman ditanam bersamaan, bisa membantu menjaga kesuburan tanah dan meminimalkan risiko gagal panen. Di beberapa daerah, masyarakat mengembangkan sistem pengelolaan air untuk menghadapi musim kering yang panjang.

Sistem subak di Bali adalah sistem irigasi tradisional yang tidak hanya mengatur distribusi air untuk pertanian, tetapi juga untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan manajemen air yang baik, masyarakat dapat menjaga ketersediaan air meskipun dalam kondisi kekeringan sekali pun.

Pengetahuan lokal semacam ini menawarkan solusi yang holistik dan terintegrasi untuk pelestarian ekosistem karena menggabungkan aspek ekologis, sosial, dan budaya dalam satu kesatuan. Apabila ingin kehidupan kita selamat, kita harus kembali ke alam, tradisi, dan budaya lokal.

———– *** ————-

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img