32 C
Sidoarjo
Sunday, December 21, 2025
spot_img

Karsam SPd, Doktor Batik Pertama dari Indonesia


Berbagi Ilmu Membatik Menggunakan Perwarna Alami
Sidoarjo, Bhirawa
Siapa tidak kenal dengan kain Batik, warisan leluhur dari Indonesia ini kini tidak hanya dikenal di dalam negeri saja, tetapi juga sudah dikenal hingga di manca negara. Bahkan Unesco telah mengakui Batik merupakan warisan luhur budaya asli Negara Indonesia. Maka untuk lebih memperkenalkan pewarna batik dari bahan alami UPT Museum Mpu Tantular Jawa Timur menghadirkan Doktor Batik Pertama di Indonesia yakni Karsam SPd MPd PHd.

Dalam acara Desiminasi hasil penelitian yang digelar di UPT Museum Mpu Tantular Jawa Timur ini dihadiri sekitar 75 orang. Diantaranya ada dari unsur seniman Sidoarjo, pembatik Sidoarjo, penjual kain Batik di Sidoarjo, guru kesenian, dosen, dan masyarakat umum.

Doktor Batik pertama di Indonesia, Karsam SPd MPd PHd, Kamis (12/12) kemarin, membagikan ilmu dan pengalamannya dalam membatik dengan menggunakan pewarna alami dari tumbuh – tumbuhan. Diantaranya Kunyit, Secang, Mahoni dan Indigo Vera.

“Dengan menggunakan warna alami, tidak akan merusak lingkungan,” kata Karsam, yang menempuh gelar doktornya di Unisersity Malaya di bidang batik itu, kepada para peserta yang ikut dalam acara Desminasi hasil penelitiaanya.

Menurut pria kelahiran Tuban ini, beberapa kali dirinya telah melakukan riset membatik dengan menggunakan warna alam. Namun sempat mengalami kegagalan.

“Memang beberapa kali pecobaan sempat gagal. Namun setelah melakukan percobaan dengan tidak teliti dan telaten. Kini saya sudah berhasil mempunyai formulanya,” kata pria yang juga sebagai Dosen dan Dekan di Stikom Surabaya itu kepada beragam undangan yang hadir.

Berita Terkait :  Edukasi Kelola Sampah pada Anak Yatim, hantarkan Chika Alifia Wijaya Raih Champion 2024 Asian Girls Campaign

Sebagai seorang dosen, Karsam mengaku ingin berbagi membantu masyarakat dari hasil riset yang sudah selesai ia lakukan itu. Karsam yang memberikan tutorialnya kepada para peserta mengatakan, kalau menggunakan warna alami, air hasil mencuci kain batik tidak bahaya bagi lingkungan sekitarnya. Di tempatnya, selain disiapkan septictan juga bisa dibuang ke langsung ke sungai.

Batik warna alami, kata Karsam, mempunyai kekhasan sendiri. Pernah produksi kain Batiknya dipesan dari Belanda, ketika era Menteri Kelautan dijabat Ibu Susy Pudjiastuti. Harga kain Batiknya yang mempunya nama Batik Ploso Lore Brantas itu berkisar Rp2 juta hingga Rp5 juta per potong. Satu potong ukurannya sekitar 2 meteran. Mahalnya kain Batiknya diukur dari banyaknya campuran warna alam yang digunakan.

“Nama Batik saya itu telah dipatenkan pada tahun 2022 lalu,” katanya.

Di tempat tinggalnya saat ini, yakni Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang, Jawa Timur, juga ada tiga pengrajin batik. Semuanya merupakan hasil binaannya sejak tahun 2010 lalu. Namun, saat ini mereka belum menggunakan warna alam, tetapi masih menggunakan bahan sintetis.

Kepala UPT Museum Mpu Tantular, Jawa Timur, Sadari, dalam kesempatan ini berharap semoga apa yang disampaikan Doktor Batik ini bisa bermafaat bagi para pembatik yang telah mengikuti desiminasi di Museum Mpu Tantular.

“Bagi museum karena disini banyak koleksi Batik, juga bagi para pengrajin Batik, juga masyarakat umum,” tandas Sadari. [kus.fen]

Berita Terkait :  Dukung Pelestarian Budaya "Pak Mbois" Tampil di Pentas Ludruk Genaro Ngalam

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru