31 C
Sidoarjo
Friday, November 22, 2024
spot_img

Kamu Kaya, Kamu Akan Berkuasa

Judul Buku : Teruslah Bodoh Jangan Pintar
Penulis : Tere Liye
Penerbit : PT Sabak Grip Nusantara
Tahun terbit : 2024
Cetakan ke. : 4
ISBN : 978-623-88822-0-5
Halaman : 371 halaman
Peresensi : Suliswanto, Pengajar AIK UMM dan Penikmat Novel

Saat hukum dan kekuasaan dipegang oleh serigala-serigala buas berbulu domba. Saat seluruh negeri dikangkangi orang-orang jualan sok sederhana tapi sejatinya serakah. Apakah kalian akan tutup mata, tutup mulut, tidak peduli dengan apa yang terjadi? Atau kalian akan mengepalkan tangan ke udara, LAWAN!

Begitulah cuplikan tulisan yang ada pada buku karya Tere Liye. Tere Liye merupakan nama pena dari Darwis Darwono memang sering mengangkat kritik sosial dalam tulisannya. Syahdan, Novel ini adalah salah satu narasi realitas tentang betapa berkuasanya pemilik modal di negeri ini. Ketidakadilan merajalela, hukum hanya berlaku bagi yang berkuasa, dan rakyat hidup dalam ketakutan. Di tengah situasi yang mencekam ini, muncullah sekelompok orang yang berani melawan tirani. Mereka menyebut diri mereka “Para Bodoh”.

Ya, buku Teruslah Bodoh Jangan Pintar mengajak pembaca untuk merenungkan kondisi sosial dan politik Indonesia saat ini. Novel ini menceritakan perjuangan para aktivis lingkungan yang berusaha menghentikan sebuah proyek tambang yang mengorbankan kehidupan dan kesejahteraan lingkungan masyarakat. Dengan latar persidangan yang berlangsung lebih dari satu bulan.

Melalui buku yang diterbitkan oleh PT Sabak Grip Nusantara ini, kita diajak untuk melihat realita betapa kelam dan menyesakkan-nya sebuah kekuasaan yang sering kali mematikan kebenaran dan keadilan yang seharusnya direalisasikan. Karena “lanjutan kisahnya”, selama persidangan tersebut, aktivis lingkungan berjuang dengan sumber daya terbatas, sementara perusahaan tambang menyewa pengacara terbaik untuk memenangkan kasus ini. Saksi-saksi yang turut dihadirkan dalam persidangan turut memberikan kesaksian menyedihkan akan kekecewaan yang mereka rasakan.

Berita Terkait :  Masalah Laten Kebocoran Anggaran

Pada dasarnya, novel ini hanya menceritakan tentang sebuah proses persidangan Konsesi terkait dengan konsensi apakah sebuah perusahaan tambang besar di Indonesia tetap boleh melakukan usaha pertambangannya atau tidak. Karena berdasarkan analisa dan pengecekan yang telah dilakukan oleh berbagai organisasi lingkungan, perusahaan tersebut bermasalah, mulai dari adanya berbagai aktivitas pertambangan ilegal, dugaan keterlibatan pemerintah untuk memuluskan usaha tambang tersebut, kurangnya keselamatan kerja yang diberikan kepada pekerja dan tidak bertanggungjawab untuk melakukan reklamasi tambang karena ternyata sampai memakan korban. Konsensi dan pembentukan komite ini dilakukan karena Presiden terpilih sudah berjanji akan mengurus kasus perusahaan tambang ini, setelah didesak oleh banyak aktivitas lingkungan.

Selanjutnya dalam novel yang tebalnya mencapai 371 halaman ini menceritakan keseluruhan proses sidang yang berjalan dengan durasi lebih dari 1 bulan. Para aktivis lingkungan berjuang dengan sumber daya yang seadanya. Di satu sisi, si perusahaan tambang tersebut menyewa pengacara terbaik di Indonesia untuk memastikan bahwa dia memenangkan konsesi ini dan bisa melenggang untuk mengeruk habis sumber daya di Indonesia tanpa memedulikan peraturan yang ada. Kita pun diajak flashback oleh “Saksi” yang hadir di setiap persidangan dimana saksi akan menceritakan secara detail apa saja yang telah ia alami dan apa yang telah perusahaan tersebut perbuat kepadanya, keluarganya dan lingkungannya. Perasaan para pembaca akan merasa campur aduk: marah, benci, kecewa, sedih dan hancur.

Berita Terkait :  Selamat Datang Bapa

Daaaan akhirnya, kita semua tahu, seperti yang bisa kita duga, persidangan ini dimenangkan oleh pengusaha tambang yang menyewa pengacara hebat dan mahal, dibantu “cawe-cawe” tangan pemerintah untuk meluluskan jalan mulus. Ibarat kata lu punya uang, lu punya kuasa, lu berkuasa maka lu menang. Itulah hukum yang terjadi, segalanya bisa dibeli asalkan ada “dana-nya”.

Menurut data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), ada lebih dari 2.742 lokasi praktik penambangan tanpa izin (PETI) di Indonesia. Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) bahkan melaporkan bahwa pada tahun 2020 saja terdapat 3.092 lubang tambang yang tidak direklamasi di tanah air. Kondisi ini tidak hanya menyisakan dampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat, tetapi juga mengungkapkan keterlibatan dalam praktik penyuapan dan korupsi yang melibatkan aparatur negara.

Berbagai isu dipaparkan dalam novel hebat ini, diantaranya isu tentang korupsi, penyuapan, pertambangan ilegal, kesejahteraan pekerja, ketidakbebasan bersuara, tenaga kerja asing, lingkungan, bisnis ilegal orang-orang di pemerintah dan perampasan hak masyarakat. Maka dengan adanya novel ini, bisa kembali mengingatkan pembacanya bahwa praktik-praktik seperti ini lumrah dilakukan oleh pemerintah dan pengusaha-pengusaha yang kekayaannya tidak ternilai.

Ketika penindasan terhadap masyarakat biasa menjadi tidak terlihat sebagai bentuk kejahatan karena berkedok pembangunan. Maka sekali lagi yang berkuasa-lah yang akan menang, karena mereka punya uang. Bang Tere, melalui novel ini, berhasil menyajikan gambaran yang sangat jelas dengan detail tentang bagaimana ketidakadilan bisa merusak tatanan struktur sosial dan hukum.

Berita Terkait :  Lingkungan Kerja yang Diinginkan Generasi Z

Begitulah kira-kira sedikit cerita yang ada pada novel ini, yang khirnya kita semua harus membaca novel ini, khususnya bagi para aktivis lingkungan hidup, ataupun hukum dan ham. Karena novel ini begitu menyesakkan, pemaparan yang disajikan terlalu dekat dengan realita yang sering kita jumpai di negeri ini. Kita berharap semoga Indonesia bisa lebih baik lagi ke depannya. Dan segala praktik-praktik penuh dosa yang dilakukan oleh para penguasa yang punya dana bisa segera diakhiri.

———- *** ————-

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img