KPU dan KPUD sudah menetapkan pasangan calon dalam Pilkada serentak 2024. Masing-masing diberi nomor urut. Kini setiap pasangan calon (Paslon) dan tim sukses, akan men-sosialisasi nomor urut, karena lebih mudah dihafal. Rata-rata daerah maksimal memiliki tiga Paslon, tetapi riuh “drama-nya” sangat menyita pemberitaan pada seluruh media (koran, media online, sampai breaking news di televisi). Pertanda genderang “pertarungan” kontestan sudah dimulai.
Niscaya, segera akan menjadi isu utama kampanye. Setelah memiliki nomor, akan makin riuh. Karena setiap nomor akan lebih mudah diingat (dan ditulis). Bukan hanya nomor 1 yang memiliki makna strategis. Melainkan juga nomor 2, dan nomor 3 memiliki sandaran makna keunggulan. Tim sukses (Timses) akan bekerja ekstra keras. Timses mestilah benar-benar meng-inovasi kampanye, agar nomor paslon semakin gampang dikenal.
Dengan berbagai simbol (dan filosofi) tentang angka, termasuk mitos dan legenda sosial yang dikenal luas masyarakat. Misalnya, nomor urut 1, cukup mengacungkan jari telunjuk setinggi-tingginya dengan menyebut “nomor satu.” Dalam Pilgub Jawa Timur, misalnya, Nomor urut 1, diperoleh pasangan Luluk Nur Hamidah – Lukmanul Khakim (biasa disingkat Luman). Paslon nomor 1, diusung oleh PKB (Partai Kebangkitan Bangsa), dengan kekuatan 27% kursi di DPRD Jawa Timur.
Pasangan dengan nomor urut 2, cukup menunjuk lambang huruf V, yang berarti victory, kemenangan. Nomor urut 2, diperoleh pasangan Khofifah Indar Parawansa – Emil Elestianto Dardak. pasangan petahana Khofifah-Emil diusung sebanyak 14 parpol Koalisi KIM plus. Yakni Partai Gerindra, Golkar, Demokrat, NasDem, PPP, PAN, PKS, PSI, Perindo, Garuda, PBB, Partai Buruh, PKN, dan Partai Gelora. Di atas kertas, telah memperoleh dukungan mayoritas.
Nomor urut ke-3, diperoleh pasangan Tri Risma Harini – Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans). Di-deklarasi-kan oleh PDI-P, bersama Partai Hanura, dan Partai Ummat (yang didirikan Amien Rais). Pasangan hasil koalisi yang dipimpin PDIP, nomor 3, malah memperoleh “berkah.” Nomor 3, merupakan nomor nostalgia sejak beberapa dekade silam. Seluruh kader, simpatisan, dan masyarakat luas, tidak perlu diajari lagi makna tiga jari (jempol, jari telunjuk, dan jari kelingking).
Risma, juga memiliki kenangan manis di Kota Surabaya. Sebagai Walikota pertama, sekaligus paling populer. Dikenal memiliki gaya yang khas dalam kepemimpinan. Secara ke-parpol-an, nomor 3 juga nomor memiliki romantisme kenangan, simbol khas banteng moncong putih. Sekaligus tanda metal. Terbukti telah membawa berkah PDIP selama empat kali Pemilu. Yakni, Pemilu tahun 1999, Pemilu 2014, Pemilu 2019, dan Pemilu 2024.
Tim sukses wajib menggali isu berkait dengan nomor urut, dengan berbagai altar budaya sampai agama. Arti nomor urut, akan di-kreasi oleh partai politik (parpol) sebagai sarana pengenalan kepada masyarakat. Karena menulis (dan mengingat) nomor, niscaya lebih mudah dibanding menghafal nama. Sehingga nomor urut akan menjadi sistem pe-mulia-an parpol. Tiada nomor pembawa sial. Bahkan gagal memberi makna (positif) nomor urut bisa menjadi tanda keterpurukan parpol.
Setiap angka (nomor urut) wajib menjadi jalan meraih sebanyak-banyaknya suara rakyat. Namun seluruh agenda sosialisasi nomor urut Paslon (dalam kampanye), wajib tunduk pada UU Nomor 7 Tahun 2017 Tentang Pemilu. Termasuk iklan pada media masa elektronik dan cetak, dikoordinasikan KPU. Tetapi yang paling gegap gempita (dan perlu waspada), adalah kampanye melalui medsos (media sosial).
Sudah juta-an kalimat dinyatakan melalui medsos berbasis digital. Facebook, twitter, blog, e-mail, sampai TikTok. Semuanya tak pernah berhenti berkampanye mendukung pasangan calon yang dijagokan.
——— 000 ———