Pasuruan, Bhirawa
Koperasi Peternakan Sapi Perah (KPSP) Setia Kawan Nongkojajar di Wonosari, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan sudah menerapkan integrated farming dan masuk kategori menuju no waste energy.
Sehingga, penerapan sistem tersebut berhasil membangun hilirisasi secara sistemik yang mampu meningkatkan produksi susu sapi perah secara signifikan.
Hal itu disampaikan oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa usai meninjau KPSP Setia Kawan Nongkojajar, Selasa (28/10) sore kemarin.
Menurutnya, atas capaian itu, ia optimistis Jawa Timur ke depan dapat meningkatkan produksi susu nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap impor susu.
“Penerapan integrated farming dan replacement di KPSP ini sukses. Buktinya, sapi perah yang sebelumnya produksi mulai dari 12-15 liter menjadi 20-25 liter per hari.
Tentu ini harapan kita akan bisa mengurangi impor susu, dimana saat ini kebutuhan susu di Indonesia, 65 persen masih impor,” tandas Khofifah Indar Parawansa.
Khofifah yakin, produksi susu dari Jawa Timur bukan hanya mampu memenuhi kebutuhan lokal, namun juga memasok Industri Pengolah Susu (IPS) di provinsi lain, yakni Jawa Tengah, Jawa Barat hingga DKI Jakarta.
“Data BPS RI tahun 2025, saat ini Jawa Timur mampu memproduksi susu segar sebanyak 468.712 ton/tahun berkontribusi 58% terhadap produksi susu nasional sebesar 808.352 ton,” kata Khofifah Indar Parawansa.
Selain mengurangi impor, produksi susu Jawa Timur dapat memenuhi kebutuhan daerah lain. Contohnya adalah Provinsi Jawa Tengah menjadi salah satu daerah yang memiliki kebutuhan susu segar tinggi untuk IPS dan masih bergantung dari Jawa Timur.
“Dari market MBG (Makan Bergizi Gratis), kami memberi masukan jika konsumsi susu untuk anak-anak dalam program MBG adalah susu pasteurisasi tanpa kemasan pabrikan. Tapi, disediakan kemasan besar lalu diminum dengan gelas. Dan ini juga akan lebih mendekatkan akses terhadap sentra-sentra produksi susu. Yang artinya, market susu segar sangatlah besar,” jelas Khofifah Indar Parawansa.
Tak hanya pasar domestik, potensi pasar ekspor juga terbuka, khususnya ke Eropa berupa keju dari susu organik.
KPSP Setia Kawan Nongkojajar Pasuruan sudah menerapkan pemeliharaan sapi perah dengan sistem organik pada beberapa kelompok ternak.
“Mereka itu juga sudah mengembangkan pakan organik yang telah diassesment oleh Badan Standarisasi Pangan Organik. Jadi, bila kita memasarkan susu dengan pakan sapi organik, saya rasa pasar eropa akan melirik. Dan ini menjadi peluang untuk meningkatkan daya saing dan peternak naik kelas,” kata Khofifah Indar Parawansa.
Saat ini, seluruh sapi perah di KPSP Setia Kawan dalam kondisi sehat dan bebas Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Pemprov Jatim terus melakukan vaksinasi dan pemberian vitamin secara berkala kepada ternak.
“Ketika ada titik temuan PMK, maka saya minta agar pasar hewannya ditutup sementara sampai semuanya clear untuk dilakukan vaksinasi dan vitamin, baik sapi perah maupun sapi potong,” imbuh Khofifah Indar Parawansa.
Atas seluruh potensi itu, Khofifah optimistis KPSP Setia Kawan Nongkojajar dapat menjadi rujukan nasional bagi peternak sapi perah.
“Saya rasa banyak hal yang dunia peternakan ini bisa belajar ke Setia kawan nongkojajar. Dan saya rasa marketnya akan luar biasa karena semua marketnya ingin produksi mamin yang sehat dan antara lain dari bahan baku yang berkualitas,” tutup Khofifah Indar Parawansa. [hil.gat]


