Dindik Jatim, Bhirawa
Sebagai sekolah menengah atas, SMAN 1 Tanggul, Jember tidak hanya fokus pada pembelajaran teori dan akademik murid. Namun juga aktif dalam mengembangkan kegiatan yang bermanfaat bagi murid, salah satunya dengan School Food Care (SFC), sebuah program inovatif yang mengubah lahan kosong menjadi sebuah sumber pangan sehat.
Sekolah yang ditunjuk sebagai pilot projek di wilayah Jember oleh pemerintah pusat ini, memulai pemanfaatan lahan yang tidak terpakai dilingkungan sekolah untuk dijadikan program School Food Care.
Dengan kreativitas dan semangat gotong royong, para murid dan guru menanam berbagai jenis sayuran organik dengan metode hidroponik dan menggunakan media tanam polibag.
Hal inipun mendapat perhantian dari Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Aries Agung Paewai. Sebab, murid tidak hanya diberikan ilmu akademik saja, tapi bekal keterampilan bercocok tanam dengan media polibag dan metode hidroponik.
Program SFC menurut Aries juga berguna untuk memanfaatkan potensi lokal yang ada di wilayah Tanggul, Jember.
“Saya mengapresiasi program SFC yang dijalankan sekolah karena mengajak seluruh murid untuk turut serta dalam melakukan kegiatan bercocok tanam. Ini bukti bahwa murid tidak hanya mendapat ilmu akademik secara teori saja namun juga dibekali keterampilan lain seperti menanam dengan metode hidroponik dan media polybag,” ujar Aries.
Pria kelahiran Makassar ini juga menyampaikan apresiasi karena program SFC memberikan edukasi kepada murid mengenai pentingnya konsumsi pangan sehat dan mengajarkan mereka cara untuk menghasilkan pangan tersebut secara mandiri.
“Salah satu fokus utama pemerintah pusat saat ini adalah soal ketahanan pangan. Jika ini dilakukan ditingkat sekolah dan menyertakan murid, mudah-mudahan program ketahanan pangan ini bisa tercapai. Karena harapan besar kami, selain mereka mulai terbiasa melakukan kegiatan bercocok tanam disekolah, dirumahnya masing-masing mereka bisa melakukan hal yang sama,” paparnya.
Aries juga terkesan akan program SFC yang dijalankan sekolah. Karenan dalam program tersebut murid juga dapat memanfaatkannya sebagai Natural Laboratory. Yakni sumber belajar atau media belajar bagi murid.
Kedua, sebagai wisata edukasi murid di seluruh jenjang satuan pendidikan, serta memperkuat rasa ingin tau dan menambah inovasi. Selain itu menjadi tempat praktek belajar murid secara nyata.
Ketiga, program diakui Aries juga bisa menjadi sarjana mendidik murid berjiwa Enterpreneur.
“Dari kegiatan School Food Care ini murid diharapkan dapat mengolah bahan baku menjadi bahan olahan, membuat produk inovasi tepat guna dan memiliki nilai jual serta menciptakan wirausahawan muda,” jelasnya.
Terakhir, program School Food Care juga dapat mendukung tumbuh kembang murid baik secara fisik dan mental dalam menciptakan generasi yang berjiwa wirausaha serta pemenuhan gizi sehat dan seimbang.
Sementara itu, Kepala SMAN 1 Tanggul Jember Marta Mila Sughesti mengungkapkan pada Desember tahun 2024 lalu, sekolah ditunjuk pemerintah untuk menjalankan program School Food Care. Program ini dimaksudkan untuk mendukung program ketahanan pangan dilingkungan sekolah.
Dalam pelaksanaanya, tambah Martha, pihaknya memanfaatkan lahan kosong dibelakang gedung sekolah dari utara hingga selatan dengan luas 1/2 hektar. Tipikal tanah perbukitan menjadi tantangan pihaknya untuk melakukan cocok tanam.
“Butuh penanganan khusus untuk di rubah menjadi lahan produktif. Karenanya sebagai solusi kami juga gunakan cocok tanam dengan metode hidroponik, aeroponik dan menggunakan polybag,” jelasnya.
Sedangkan jenis tanaman yang dikelola meliputi sayur, kacang dan umbi umbian dengan masa panen lebih pendek di bawah 6 bulan. Martha juga mengaku program School Food Care masuk bagian dari kurikulum sekolah melalui P5, Dobel Trak dan PKWU.
“Kita libatkan seluruh murid di setiap jenjang. Juga guru, karyawan dan komite untuk mengurus perkebunan sekolah,” tambahnya.
Untuk murid, Martha menyebut bersama guru mereka berperan untuk proses pemilihan tanaman yang cocok dengan tipikal lahan, juga jenis tanaman yang cepat panen bisa di olah dengan mudah dari bahan baku menjadi bahan olahan.
Hasil penjualan, imbuhnya akan digunakan untuk pembelian bibit baru dan perbaikan sanitasi air di sekitar lahan.
“Tipe tanah di sekolah kami ini butuh penanganan khusus untuk sanitasi dan ini jujur tidak murah dengan area perbukitan apalagi jika musim hujan harus benarr benar di cek untuk sanitasinya,” tandasnya.
Martha berharap dengan program unggulan ini, pihaknya bisa memberikan keterampilan hidup kepada para murid tidak hanya berupa teori akademik saja. Namun, ilmu yang didapatkan juga bisa bermanfaat untuk murid dan masyarakat. [ina.kt]