Surabaya, Bhirawa
Anggota Komisi X DPR RI Reni Astuti mengingatkan anak-anak muda tetap memiliki budaya tutur dan srawung. Artinya, anak muda dengan segala perkembangan teknologi yang cepat tetap memiliki kemauan untuk bergaul dan bersosialisasi di dunia nyata secara positif.
Hal itu diungkapkan Reni saat menghadiri Sarasehan Festival Budaya di Fakultas Vokasi Universitas Airlangga Surabaya, Jumat, (31/10).
“Di manapun dan kapanpun, kita, terutama anak-anak muda zaman sekarang, tolong miliki budaya srawung dan tutur sebagai modal dasar sehari-hari,’ ujar Reni.
Menurut Reni, dua budaya tersebut kini semakin terkikis seiring melesatnya digitalisasi. Bahkan digitalisasi seolah membuat anak-anak muda seolah abai terhadap lingkungan sekitar.
Ketua Bidang Koperasi dan Desa DPP PKS tersebut meminta anak muda saat ini memanfaatkan skill atau keahlian dan kemampuannya untuk mengeksplore diri dengan harapan lebih baik.
“Tekuni apa yang menjadi skill kita, seperti manajerial, leadership, pelaku usaha atau bidang lainnya. Tapi jangan lupa modal dasar tadi, srawung dan tutur,” ucap dia.
“Ingat, cara komunikasi itu penting. Jangan lupa juga optimalkan kesempatan masa muda ini, tak hanya di kampus, tapi di kampung atau tempat komunitas atau lingkungan lainnya,” tambah Reni.
Di tempat sama, Pakar Komunikasi Unair Dr Suko Widodo menanggapi saat ini anak-anak muda lebih membudayakan “tutul” ketimbang tutur.
“Tutul di sini adalah memencet ponsel. Sekarang anak muda lebih melakukan itu. Harapan saya, biasakan tutur, juga biasakan srawung, salah satu caranya yaitu silaturahim,” kata Sukowi, sapaan akrabnya.
Pada kesempatan sama, Dekan Fakultas Vokasi Unair Prof. Dian Yulie Reindrawati, S.Sos., M.M., Ph.D lebih menekankan terhadap pentingnya sikap peka, baik tolong-menolong maupun hanya sekadar saling sapa.
“Sesama teman kadang kita tidak saling sapa karena bermain ponsel, apalagi dengan dosen. Ini yang harus diubah, mari saling jaga komunikasi kita, teman sakit dikunjungi atau minimal saling membantu satu sama lain,” tutur Prof Dian.
Sementara itu, tak cuma sarasehan budaya, pada Festival Budaya 2025 juga menghadirkan pameran usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), penampilan seni hingga kuliner tradisional.
Tak kalah menarik adalah penampilan Ludruk Luntas yang diperankan Cak Robert dan Cak Ipul dengan membahas eksistensi kebudayaan serta mengangkat kekayaan seni Jawa Timur.[tam]


