Oleh :
Jusrihamulyono A.HM
Trainer PUSDIKLAT Pengembangan SDM Universitas Muhammadiyah Malang
Transisi tahun ajaran baru mulai dari ruang belajar, peserta didik yang baru dari alih jenjang menjadi cerita baru persiapan penyambutan generasi baru. Tidak sampai disitu, model penerapan pembelajaran pun beradaptasi dengan generasi z yang berpacu dengan pola hidup akan ketergantungan dengan media sosial.
Perubahan zaman perubahan gaya sosial. Gaya sosial pun menjadi bahan perbincangan yang juga mempengaruhi metode pendidikan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam dunia sekolah maupun dunia keluarga.
Era modernisasi merubah aspek administrasi dalam lini lembaga kemasyarakatan hingga lembaga kenegaraan. Yang menakutkan oleh manusia pun akan posisinya mulai tergantikan secara perlahan-lahan. Kita sebut dengan istilah kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) yang telah menjadi bagian primer dalam tumbuh kembang teknologi dunia pendidikan. Digunakan oleh tim pengajar dalam memberikan pembelajaran yang disasar untuk peserta didik.
Pada era yang semakin kompetitif, lembaga pendidikan harus mampu memaksimalkan kehadiran teknologi ini, untuk memudahkan pekerjaan guru maupun siswa, tanpa khawatir AI akan mengambil alih peran pendidik. Sumber daya manusia menjadi ambang kehancuran dampak keakuratan kecerdasan buatan. Keadaan ini menuai pro-kontra terkait kemanfaatan dalam pendidikan modern. Pasalnya, nilai integritas menjadi bobot terendah sejak kehadiran AI sebagai alat kecanggihan teknologi.
Kecerdasan buatan (AI) dalam pendidikan telah menjadi subjek yang menarik perhatian akademisi dan praktisi pendidikan. fenomena secara praktek kecerdasan buatan tidak semata memberi positif melainkan mendatangkan negatif yang merusak integritas pendidik itu sendiri serta nama lembaga. Beberapa kecerdasan buatan hanya digunakan dalam merapikan pekerjaan administrasi sehingga disisi lain dapat mengefisienkan pekerjaan.
Nilai integritas pendidikan bukan seberapa cepat penyelesaian administrasi lembaga semata. Namun, pendidikan itu berefek pada pembinaan serta pengayoman generasi yang berefek pada fungsinya kelak sebagai makhluk sosial. Hal ini yang disayangkan karena fokus pendidikan semata menafikan program pendidikan profil pancasila. Dari ini sebatas jargon sebuah program unggulan kementerian pendidikan profil pancasila namun realitas peserta didik tidak mendapatkan pemahaman nilai integritas kehidupan. Pendidikan era sekarang fokus pada pendidikan kognitif dan pengabaian pendidikan emosional.
Bahaya Penggunaan Berlebihan
Ketergantungan yang berlebihan pada teknologi AI dapat mengurangi keterlibatan manusia dalam proses pembelajaran, menghilangkan fleksibilitas guru untuk merespons kebutuhan individual siswa. Selain itu, ketidaksetaraan akses pendidikan dapat terjadi jika implementasi AI tidak diatur dengan baik, menciptakan kesenjangan akses antara siswa dari kelompok ekonomi rendah atau daerah terpencil. Keamanan data dan privasi juga menjadi keprihatinan, dengan potensi risiko pelanggaran privasi dan keamanan data siswa jika tidak ada manajemen yang tepat.
Penting juga untuk mempertimbangkan hilangnya keterampilan sosial dan emosional jika interaksi terlalu dimanjakan oleh teknologi AI. Kegunaan AI secara positif yang mampu menilai secara otomatis dan real time. Kelebihan ini secara skala berlebihan mampu mengurangi kedekatan antara pendidik dan peserta didik. Tidak mengherankan hubungan yang harmonis antara pendidik dan peserta didik sedikit terjarak akibat aplikasi yang memaksakan adanya pekerjaan sistem individual.
Manfaat kecerdasan buatan untuk pendidikan menurut Dwi Robiul , Ivan Arya dan Azka Zakariyya (2023) keseimbangan yang bijak antara teknologi dan kehadiran manusia, serta regulasi yang cermat, diperlukan untuk memastikan bahwa AI diintegrasikan dengan benar dan memberikan manfaat tanpa menimbulkan risiko yang tidak diinginkan. Menjadi sorotan yang lain penggunaan yang berlebihan dalam penyelesaian artikel yang terakreditasi pada seberapa akademisi demi mendapatkan tunjangan apresiasi publikasi. Kejadian ini sorotan yang masih belum mendapatkan respon sempurna dari pemangku kepentingan.
AI yang berlebihan tidak mudah untuk dilepas dalam seketika di saat kebutuhan menjadi padat di kehidupan modern ini. Itulah fungsi AI dalam pendidikan, dimana pembelajaran yang mengharuskan kreatif serta inovatif. Bila tidak diimbangi dengan kecakapan penggunaan AI yang bijak dalam pembelajaran tentu mengarahkan ketergantungan yang membuat kecerdasan diri itu menjadi pasif hingga tidak berfungsi lagi.
Tantangan AI
Tantangan lain termasuk keterlibatan manusia yang tetap relevan. Meskipun AI dapat memberikan bantuan dalam pembelajaran, interaksi manusia dan peran guru dalam mendukung perkembangan siswa tidak boleh tergantikan sepenuhnya. Kemanfaatan mengubah kebiasaan para pendidik bahkan metode dalam pengajaran menjadi efisien untuk kota tertentu. Tantangan untuk jangkauan luar seperti daerah yang tidak terfasilitasi internet menjadi kendala tersendiri sehingga tentu menjadi catatan ketidaksetaraan pendidikan di Nusantara yang luas ini.
Penerapan AI dalam dunia pendidikan memiliki tantangan perihal privasi serta keamanan data. Di era dengan penggunaan teknologi yang semakin cepat memberi kekhawatiran atas jaminan privasi. Kejadian yang masih hangat akan berita hackers dengan mudah membobol data keamanan nasional apalagi data instrumen kelembagaan pendidikan yang masteradmin masih cukup lemah. Kaitan ini sebatas asumsi yang mengkhawatirkan privasi pengguna AI menjadi terbongkar dan disalahgunakan.
Dengan kemampuan mengumpulkan data siswa serta mahasiswa, guru serta dosen, akademisi peneliti, serta praktisi membuka peluang data mereka bocor bila tidak diamankan secara regulasi negara. Proyeksi tantangan lain adalah sebuah integritas. Integritas pendidik kini termanjakan hingga merasa sudah pengabaian kode etik pendidikan. Keganjalan ini menghantui akan nasib dalam mencerdaskan generasi bangsa yang berintegritas.
Masih terasa akan banyaknya AI sebatas digunakan mengajar dan seorang pendidik sendiri tidak melakukan pengembangan diri. Hal ini sangat tidak sebanding akan kemanfaatan dan tujuan. Kecerdasan buatan semakin menggantikan tingkah moralitas dalam transfer keilmuan dari guru ke murid. Ini terjadi tidak lain dari pola pikir asal selesai. AI sendiri di ambang sebuah kebutuhan atau kehancuran. Terlepas dari kecanggihan namun bagaimana cara menggunakan dengan bijak masih dalam persoalan nilai integritas personal.
———— *** ————–