Imlek ke-2576 kongzili yang dirayakan keturunan Tionghoa di seluruh dunia. Saat ini, merupakan tahun baru dengan kewaspadaan global. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Tiongkok, bisa menyebabkan resesi (ekonomi) dunia. Namun China town di berbagai belahan dunia, tetap berhias. Tak terkecuali di AS, kawasan pecinan bertabur bola lampion merah, bertulis gongci fa chai (bahasa Mandarin, bermakna: selamat dan berkah banyak rezeki dan kesehatan).
Di China, Imlek menjadi catatan perjalanan mudik paling kolosal di dunai. Sebanyak 9 milyar perjalanan! Karena biasa dirayakan dalam waktu panjang (40) hari. Sedangkan Imlek di Indonesia biasanya dirayakan selama15 hari, berakhir dengan Cap Go Meh (saat purnama). Tahun ini bersimbol “Ular Kayu.” Menjadi perpaduan, antara kecerdasan, diplomatis, muslihat, sekaligus pemalu (penakut). Tak jarang tampak mistis dan lebih suka bergerak dengan insting.
Masih terdapat tambahan unsur “Kayu,” yang berarti simbol intelektual, dan spiritualitas, yang selalu tumbuh. Sehingga akan muncul, kreativitas, dan fleksibilitas. Sesuai sifat kayu, yang selalu memiliki “pemilik” menandakan hubungan dengan orang dekat akan semakin kuat. Sering dimaknai sebagai jalinan membangun jaringan dan kolaborasi. Simbol “Ular Kayu” nampak pada pertunjukan Barongsai yang ditampilkan dalam setiap perayaan Imlek.
Di berbagai daerah di Indonesia terdapat peringatan hari raya Imlek. Di Semarang, Jawa Tengah, terdapat tradisi unik, disebut Tuk Panjang. Yakni, tradisi menyajikan berbagai hidangan di atas meja sepanjang 200 meter, berisi kue keranjang, nasi Hainan, hingga tujuh jenis sayur. Jamuan diselenggarakan etnis Tionghoa di Pecinan Semarang, untuk warga di luar Pecinan. Mencerminkan pembauran budaya, simbol toleransi dan kerukunan umat lintas etnis, lintas keyakinan.
Di Singkawang, Kalimantan Barat, terdapat pawai Tatung, pertunjukan atraksi tradisi Tionghoa, mirip debus. Konon Tatung, sebagai akulturasi budaya suku Dayak Singkawang. Dalam bahasa Hakka (Tionghoa), Tatung artinya kesurupan roh dewa, dan leluhur. Saat pawai dimulai, peserta akan mengalami kejadian yang membuat tubuhnya kebal akan benda tajam, api, dan segala sesuatu yang berbahaya. Pawai Tatung biasa saat festival Cap Go Meh.
Di kepulauan Meranti, Riau, terdapat tradisi Cian-Cui. Dalam bahasa Hokkien, bermakna saling menyiram air yang ada di Selat Panjang. Ciancui digelar selama 6 hari, diikuti multi etnis (Melayu, Jawa, Minang, dan China). Perang air cian-cui sudah menjadi agenda wisata propinsi Riau, biasa dihadiri turis dari Singapura, Malaysia, dan Thailand. Agenda perayaan Imlek juga digelar di sekitar pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, biasa disebut Grebeg Sudiro.
Perayaan Imlek di Indonesia, sempat terlarang di Indonesia, selama 35 tahun (zaman orde baru). Namun dibuka kembali oleh presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Ditetapkan sebagai hari libur nasional. Sekaligus mengesahkan Konghucu, sebagai agama resmi di Indonesia. Yakni melalui penerbitan Keppres Nomor 6 Tahun 2000, mencabut larangan pelaksanaan Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat Cina.
Imlek, berdasar tilik sejarah, memang di-hajat-kan sebagai mengusir kala (bencana) Ni’an, yang bertahta di pegunungan dan dasar laut. Pada masa kini kala Nian, bisa berbentuk bencana, meteorologi (banjir, dan tanah longsor). Juga bisa berarti badai dan gelombang laut (terutama tsunami). Pada masa kini, pesan moral Imlek mestilah dilaksanakan sesuai perkembangan sosial.
Harus diakui, warga keturunan kurang peduli pada lingkungan sosial. Juga kurang peduli lingkungan hidup (ekosistem). Masih lebih banyak etnis China memilih hidup eksklusif (di permukiman eksklusif, sekolah eksklusif), tidak mambaur. Semakin menjadi asing.
——— 000 ———