29 C
Sidoarjo
Wednesday, January 29, 2025
spot_img

HPP Padi 2025 Diharapkan dapat Benar-benar Dirasakan Petani

Panen Padi di Desa Jombatan, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Senin (27/01). foto: arif yulianto/bhirawa.

Jombang, Bhirawa.
Petani di Kabupaten Jombang menyambut baik kebjiakan pemerintah terbaru soal Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Padi tahun 2025 sebesar Rp. 6.500 per kilogram, namun kebijakan ini diharapkan dapat benar-benar dirasakan oleh petani.

Tokoh petani Desa Watudakon, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, Suradi mengatakan, HPP Padi pada tahun 2024 yang lalu sebesar Rp. 6.000 per kilogram. Namun nyatanya di lapangan, pembelian gabah di tingkat petani hanya sebesar Rp. 5.200 hingga Rp. 5.400 per kilogram.

“Paling mahal itu pun dibeli tengkulak. Kebanyakan petani lebih memilih dijual ke tengkulak karena dapat uang ‘cash’, ‘ndak’ ribet,” kata Suradi, Senin (27/01).

Dia mengatakan, jika pemerintah saat ini menerapkan HPP sebesar Rp 6.500 (per kilogram), petani seperti dirinya sangat menyambut baik.

“Tapi alangkah lebih baik lagi kalau HPP ini bisa nyampai dan dinikmati oleh petani secara langsung, tidak banyak ‘mampir’ ke sana kemari,” tutur Suradi.

“Jadi HPP Rp 6.500 per kilogram ini jangan hanya angka yang menjadi idaman para petani,” tandas Suradi.

Oleh karenanya dia berharap kebjiakan ini benar-benar dikawal agar HPP Padi tahun 2025 sebesar Rp. 6.500 per kilogram benar-benar sampai ke petani.

“Mekanismenya bisa mengoptimalkan perangkat-perangkat kerja yang sudah dibentuk pemerintah selama ini,” ujar dia.

Berita Terkait :  Pusat Gelontorkan Rp12,5 Miliar untuk Pembangunan Kawasan Kumuh di Kali Gempol

Sekadar diketahui, mayoritas tanaman Padi di Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang saat ini berumur sekitar 20 hari ke atas. Ada pula sebagian kecil seperti di Desa Jombatan, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang, petani tengah melakukan panen.

Petani setempat bernama Mulyono mengatakan, saat panen kali ini, harga gabah sebesar Rp. 6.500 per kilogram.

Di Desa Jombatan ini, harga Gabah Kering Sawah (GKS) terpantau seharga Rp. 6.500 per kilogram.

“Kalau tahun kemarin sekitar Rp 6.850 pas kemarau,” kata dia.

Saat itu kata Mulyono, para petani lebih memilih menjual gabah mereka ke tengkulak luar. Alasannya tak lain karena tengkulak dari luar berani membeli dengan harga lebih tinggi.

“Kalau tengkulak sini, tidak kuat, Ada yang dari Banyuwangi dan daerah lain,” tutur Mulyono.(rif.hel).

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

spot_img

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru