25 C
Sidoarjo
Wednesday, March 19, 2025
spot_img

Hikmah Diwajibkannya Puasa


Oleh
Drs H Choirul Anam Djabar
Ketua Jam’iyah Tilawatil Quran Provinsi Jatim

Sebenarnya cukuplah bagi seorang hamba mengetahui bahwa Allah memerintahkan untuk berpuasa itu menjadikan keutamaan yang besar yang akan diraihnya dengan menjalankan perintah itu. Karena dia menyadari bahwa Allah yang maha penyayang pasti tidak menginginkan untuk mencelakakan hamba.

Sehingga apa yang diperintahkan-Nya pasti mengandung kebaikan meskipun dia belum mengetahuinya. Meskipun demikian, tidak ada salahnya kita mengetahui hikmah-hikmah di balik ibadah selama kita tidak menjadikannya sebagai syarat untuk beramal. Semoga dengan mengetahui hikmahnya keyakinan dan keimanan kita bertambah.

Beberapa hikmah yang tersimpan di balik pensyari’atan puasa, di antaranya yaitu: Pertama, puasa termasuk ibadah dan ketundukan kepada Allah, sehingga puasa itu menjadikan orang yang berpuasa hanya mengahadapkan dirinya kepada Allah, tunduk dan khusyuk di hadapan-Nya tatkala dia harus menolak kekuasaan syahwat.

Kedua, bersatunya umat dalam menjalankan satu ibadah dalam satu waktu dan menempa kesabaran mereka semua baik orang-orang yang kuat maupun lemah, terpandang maupun tidak, kaya maupun miskin guna bersama-sama menanggung kewajiban ini yang akan membuahkan keterikatan hati dan ruh mereka serta bersatunya kalimat mereka. Puasa juga menjadi sebab terjalinnya kasih sayang antara umat ini satu sama lain. Sehingga orang yang kaya turut merasakan lapar dan dahaga yang dialami saudaranya yang tidak berada.

Berita Terkait :  Babinsa Koramil 0815/06 Kemlagi-UPT Puskesma Gelar Fogging

Ketiga, puasa melatih kesabaran, mengokohkan tekad dan kemauan, menempa jiwa dalam menghadapi kesulitan yang ditemui, menundukkannya dan membuatnya menjadi terasa ringan.

Hikmah diwajibkannya puasa terhadap ummat ini telah diterangkan oleh Alloh subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya: “Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan puasa atas kalian sebagaimana telah diwajibkan pula kepada orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al Baqoroh: 183).

Kata la’alla (agar) di sini berfungsi untuk menunjukkan alasan, artinya supaya kalian bertakwa kepada Allah, sehingga engkau pun meninggalkan apa yang diharamkan oleh Allah dan engkau menegakkan apa yang diwajibkan oleh Allah.

Nabi pernah bersabda: “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, berbuat dengannya dan juga tindakan bodoh maka Allah tidak membutuhkan perbuatannya meninggalkan makan dan minumnya.” (Hadits riwayat Al Bukhori)”.

Maksudnya, Allah tidaklah menghendaki kita sekedar meninggalkan makanan dan minuman, sesungguhnya Allah menghendaki dari kita agar meninggalkan perkataan dusta, berbuat dengannya atau bertindak bodoh. Oleh karena itulah bagi orang yang berpuasa apabila ada orang yang mencacinya ketika dia dalam keadaan puasa maka disunnahkan baginya untuk mengatakan: “Sesungguhnya aku sedang puasa”, dan tidak membalas kejelekan itu.

Karena seandainya dibalasnya niscaya orang yang mencacinya akan balik melawan, kemudian diapun kembali melawan lagi untuk yang kedua kalinya sehingga yang dicacipun membantah yang mencaci demikian seterusnya sehingga menimbulkan seluruh waktu puasanya berubah menjadi dipenuhi dengan cacian dan perseteruan.

Berita Terkait :  Buka Pelatihan Berbasis Kompetensi di UPT BLK Jombang, Kadisnakertrans Jatim Resmikan Inovasi Konversi Sepeda Listrik

Akan tetapi jika dia justeru berkata, ‘Sesungguhnya aku sedang puasa’, itu artinya dia memberitahu kepada orang yang mencela atau memusuhinya bahwa sesungguhnya bukan berarti dia tidak mampu membalasnya, tetapi yang menahannya dari membalas adalah karena dia sedang puasa dan ketika itu orang yang mencaci akan menahan diri dan malu serta tidak jadi meneruskan cacian dan perseteruan. [*]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru