Kota Batu, Bhirawa
Pemerintah Kota (Pemkot) Batu melalui Dinas Kesehatan (Donkes) membuktikan komitmennya untuk terus mendeteksi dini sekaligus memutus mata rantai penularan HIV. Berbagai langkah antisipasi strategis dan promosi kesehatan terus digencarkan dalam menghadapi tantangan tahun 2025. Dinkes optimis tahun depan penyebaran HIV dapat dikendalikan.
“Kami ingin meningkatkan kesadaran generasi muda akan bahaya HIV dan perilaku yang menjadi penyebab utama penularannya. Kami berharap tren penurunan ini dapat terus berlanjut dengan dukungan masyarakat melalui pola hidup sehat dan kesadaran untuk melakukan skrining secara berkala,” ujar dr Susana Indahwati, Kabid Pencegahan, Pengendalian Penyakit, dan Penanganan Bencana Dinkes Kota Batu, Kamis (19/12).
Ia menjelaskan bahwa kinci pencegahan harus dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat. Dan hal ini akan semakin memberi dampak positif ketika dikombinasi dengan langkah preventif, deteksi dini, dan penanganan intensif dari Dinkes.
“Dengan langkah ini Kota Batu akan dapat dan optimis mampu mengendalikan penyebaran HIV di masa mendatang,” jelas Susan, panggilan akrab dr Susana Indahwati.
Dalam paparan Dinkes Kota Batu terkait evaluasi kesehatan terjadi penurunan signifikan pada jumlah kasus baru penularan Human Immundeficiency Vorus (HIV) yang menyerang kekebalan tubuh dan menyebabkan penyakit Aids. Di tahun 2024 ini penularan virus ini mengalamo penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Jika di tahun 2023 terjadi 121 kasus penularan HIV, di tahun ini (2024l ang?a tersebut mengalami penurunan menjadi 79 kasus. Susan menjelaskan bahwa penurunan ini tidak terlepas dari upaya edukasi intensif yang dilakukan terhadap kelompok-kelompok berisiko.
“Edukasi pencegahan penularan menjadi salah satu langkah utama kami, terutama di komunitas berisiko tinggi. Selain edukasi, penanganan melalui pemberian antiretroviral (ARV) secara konsisten disertai pemantauan berkala untuk Viral Load dan CD4 juga menjadi kunci keberhasilan,” papar Susan..
Selain itu, dinkes juga melakukan skrining potensi infeksi oportunistik seperti tuberkulosis (TBC) dan infeksi menular seksual (IMS). Hal ini dilakukan sebagai upaya langkah preventif. Dan pada 2024 tercatat adanya peningkatan jumlah skrining dengan 8.123 orang dibandingkan 5.436 orang yang di skrining pada 2023. [nas.gat]