Jember, Bhirawa
Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa hadir dalam acara Haul KH Abdullah Yaqin ke-28 dan Nyai Hj Hamidah Irsyad Hakim ke-19 di Pondok Pesantren Bustanul Ulum di Mlokorejo Kabupaten Jember, Senin (19/8/2024) pagi.
Turut hadir di acara tersebut banyak alim ulama seperti KH. Muhammad Rofii Baidlowi Pengasuh PP Al Hamidy Banyuanyar Pamekasan, KH. Lutfi Ahmad Pengasuh PP Madinatul Ulum, KH. Abdullah Hanani Pengasuh PP Bustanul Ulum, Habib Kholid bin Hasan al Mahdi Probolinggo.
Tidak hanya itu, hadir pula KH Sholahuddin Pengasuh PP As-Sunniyyah, KH. Abdul Hamid Abdullah pengasuh Pesantren Kasiyan dan juga KH. Yazid Karimullah Pengaruh PP Nurul Qarnain.
Dalam kesempatan ini, secara khusus Khofifah mengharapkan para dhurriyat almarhum KH Abdullah Yaqin dan almarhumah Nyai Hj Hamidah Irsyad Hakim dapat melanjutkan, meneladani dan mengembangkan jejak perjuangan beliau khususnya pengembangan lembaga pendidikan berbasis pesantren yang telah beliau rintis.
“Sebagaimana beliau telah menginisiasi sebuah pondok pesantren yang merupakan tempat mencari ilmu ribuan santri. Pondok pesantren ini menjadi tempat para santri belajar demi meningkatkan derajat di dunia dan di akhirat,” kata Khofifah.
Ia pun kemudian menceritakan pengalamannya saat bertemu dengan Grand Syekh Universitas Al Azhar Mesir, Prof. Dr. Syaikh Ahmad At-Thayeb. Sebelum bertemu sosok besar tersebut, tepat di depan kantor Grand Syaikh terdapat sebuah tulisan.
Kata-kata yang dituliskan di dinding pintu masuk gedung tersebut adalah nukilan ayat Al Qur’an
yar fa’illahul ladzina amanu minkum wallidzina utul ilma darajat
yang artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. hal ini seiring dengan sebuah Maqolah Arab
‘Barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) akhirat, maka hendaknya dengan ilmu. Dan barangsiapa yang menginginkan (kebahagiaan) dunia akhirat, maka hendaknya dengan ilmu.’
“Maka kunci memiliki kebahagiaan dunia dan akhirat adalah ilmu. Untuk itu, mari kita doakan bersama agar Pondok Pesantren Bustanul Ulum ini bisa terus memberikan sinaran dan siraman kelilmuannya. Bukan hanya pada santrinya saja melainkan juga pada masyarakat pada umumnya,” urai Khofifah, disambut ungkapan ‘Amin’ oleh para tamu yang hadir.
Lebih lanjut dalam sambutannya, Khofifah juga mengajak seluruh masyarakat bersyukur karena Jawa Timur terus diberkai sebagai provinsi yang aman, damai dan selalu guyup rukun. Bahkan Jawa Timur disebut oleh ulama dunia sebagai provinsi yang bersinar dan penuh keberkahan.
“Saya ingin bercerita pengalaman saya saat sowan ke Syekh Mehanna dari Kairo Mesir. Saat itu malam hari saya diterima beliau. Kemudian beliau bercerita bahwa ada santrinya dari Amerika yang ingin sowan bertemu beliau namun saat di telfon tak kunjung bersambung,” kata Khofifah.
Lantaran tidak kunjung tersambung, maka santri tersebut dari Amerika ziarah dulu ke makam ulama dunia Syekh Jalaluddin Rumi di Turki. Usai ziarah, ternyata santri tersebut ditemui Syekh Jalaluddin Rumi dalam mimpinya, dan diberitahu bahwa Syekh Mehanna yang ia cari sedang berada di Indonesia daerah timur, di tempat yang penuh dengan cahaya dan penuh berkah.
“Kemudian santri ini bertanya kepada keluarga Syekh Mehanna dan benar bahwa Syekh Mehanna ada di Jawa Timur di Indonesia. Betapa bahwa Jawa Timur disebut adalah tempat yang penuh berkah dan penuh cahaya,” kata Khofifah.
Dikatakan Khofifah ini adalah isyarat. Termasuk sebuah pesan yang juga disampaikan oleh Syekh Afeefuddin Al Jailani, cicit Syekh Abdul Qadir Jailani, yang beberapa hari lalu juga berkunjung ke Jawa Timur. Beliau mengatakan bahwa banyak ulama dunia yang cinta Indonesia cinta Jawa Timur.
“Syekh Afeefuddin berkata bahwa di Indonesia begitu banyak masyayikh, begitu banyak habaib. Meski ada diskursus tentang habaib yang benar benar asli atau bukan, namun saya mengajak jangan sampai hal ini mengurangi keta’dhiman kita pada dhuriyah Rasulullah,” tegasnya.
“Sebab bagaimana kita nanti bisa memohon syafaat Rasulullah ketika dhurriyah beliau tidak kita ta’dhimi. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT , dan seluruh yang ada di majelis ini mendapat syafaat Rasulullah SAW di hari akhir,” pungkasnya. [iib]