Pemkab Bojonegoro,Bhirawa.
Upaya kesiapsiagaan menghadapi bencana alam, Bakorwil Bojonegoro menyelenggarakan rapat koordinasi (rakor) kesiap siagaan menghadapi musim hujan tahun 2024/2025 di Kabupaten/ kota se wilayah kerja Bakorwil Bojonegoro di ruang rapat Mliwis Putih Bakorwil Bojonegoro, Kamis (31/10). Hal ini untuk mengantisipasi terjadinya banjir di wilayah kerja Bakorwil Bojonegoro, karena dilewati dua sungai besar yakni Sungai Bengawan Solo dan Brantas.
Kegiatan yang dibuka Kepala Bakorwil Bojonegoro Agung Subagyo diwakili Kabid Pemerintahan, Yudi Widodo ini diikuti perwakilan BPBD, Dinsos, Dinas PU SDA, Dinas Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup, dari delapan kabupaten/kota di wilayah kerjanya yakni, Kabupaten Gresik, Lamongan, Tuban, Bojonegoro, Jombang, Nganjuk, Kab/Kota Mojokerto. Kemudian UPT PSDAWS di Bojonegoro, UPT Pemeliharaan Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Timur di Bojonegoro.
Menghadirkan dua pemateri dari BPBD Provinsi Jawa Timur, Dino Andalananto, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda Sidoarjo, Rofig Isa Mansur.
Yudi Widodo mengatakan, setiap tahun wilayah Jawa Timur mengalami musim hujan yang berpotensi bencana hidrometeorologi. Hal itu juga terjadi di kabupaten/kota wilayah kerja Bakorwil Bojonegoro karena termasuk daerah rawan terkena dampak bencana. ” Terutama bencana banjir pada musim penghujan, bencana kebakaran dan kekeringan di saat musim kemarau,” katanya.
Lanjut Yudi Widodo, apa lagi wilayah kerja Bakorwil Bojonegoro dilintasi oleh 2 (dua) sungai besar, yaitu sungai Brantas dan sungai Bengawan Solo. Sungai Brantas melintasi Kabupaten/Kota Mojokerto dan Kabupaten Jombang. Sedangkan Sungai Bengawan Solo melintasi Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Tuban, Kabupaten Lamongan dan Kabupaten Gresik.
” Yang menjadi permasalahan adalah dua sungai tersebut memiliki potensi bencana alam banjir pada musim penghujan, dan debit air yang kurang mencukupi untuk kebutuhan masyarakat pada musim kemarau,” jelasnya.
Sementara, musim hujan di wilayah Pulau Jawa menurut prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika puncak musim hujan terjadi pada bulan Januari dan Februari. Karena itu dengan rapat koordinasi ini untuk melakukan pemetaan daerah rawan bencana.
” Pemetaan juga didukung dengan mengoptimalkan teknologi dan Inovasi berbasis data yang valid. Hal ini agar bisa terwujudnya efektivitas dan efesiensi aksi dini dan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana pada musim hujan 2024/2025,”katanya.
Kemudian melakukan mitigasi dan memastikan kondisi siap siaga, mulai dari kesehatan personel, kesiapan peralatan, logistik dan keterhubungan komunikasi serta tehnologinya. Dia mengatakan, nantinya masyarakat juga akan diberikan sosialisasi agar masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana bisa sadar.
” Dan jelang musim hujan untuk antisipasi bencana kami juga melakukan sinergitas dan kolaborasi dengan berbagai lintas sektor dalam penanggulangan bencana di daerah,” tuturnya.
Ia juga mengungkapkan tentang tujuan dari rakor ini adalah membahas mengenai permasalahan potensi bencana hidrometeorologi di masing-masing wilayah Kabupaten/Kota dan penanganannya, serta upaya mitigasi bencana pada pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara Pemilihan Umum Kepala Daerah 2024 pada tanggal 27 Nopember 2024. ” Sehingga diperlukan langkah antisipasi bilamana ada hal-hal yang tidak diinginkan agar pemilukada dapat berjalan aman, lancar, dan kondusif,” pungkasnya.
Dengan rakor ini diharapkan, guna mewujudkan program/kegiatan terpadu dalam penanggulangan bencana banjir secara cepat, efektif dan efisien, sehingga mampu meminimalisir dampaknya di tahun mendatang. [bas.wwn]