Gubernur Khofifah tinjau progress jembatan Kutorejo Kabupaten Nganjuk.
Pemkab Nganjuk, Bhirawa.
Langit Rejoso sore itu tampak kelabu. Gerimis turun pelan, membasahi tanah liat di tepian Sungai Rejoso yang sedang disibukkan deru mesin dan denting baja. Di tengah suasana itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa melangkah pelan di lintasan berlumpur, mengenakan helm proyek putih dan rompi kerja. Ia meninjau langsung progres pembangunan Jembatan Kutorejo, salah satu proyek strategis yang diharapkan membuka konektivitas ekonomi wilayah timur Nganjuk.
“Ini bukan sekadar jembatan baja, tapi penghubung harapan warga. Jalur ini akan mempercepat arus ekonomi dan layanan publik,” ujar Khofifah sambil menunjuk ke arah bentang jembatan yang mulai terbentuk.
Proyek senilai Rp 22.811.680.976,20 ini dikerjakan oleh Dinas PU Bina Marga Provinsi Jawa Timur menggunakan anggaran APBD 2025. Struktur baja rangka yang kini berdiri gagah itu menjadi saksi betapa proyek publik memerlukan lebih dari sekadar dana ia butuh komitmen, disiplin, dan transparansi kerja.
“Sayangnya sisa dari Pagu awal Rp.29 Miliar tersebut tidak dapat digunakan untuk menunjang pembangunan jembatan ini, jadi provinsi harus berfikir bagaimana mencari dana untuk menata kawasan sekitar jembatan”, ungkap Khofifah.
Di sisi lain, Pj Bupati Nganjuk Marhaen Jumadi yang mendampingi gubernur menegaskan, jembatan ini akan memangkas jarak tempuh warga Rejoso menuju jalur arteri provinsi hingga lebih dari separuh, dan akan menunjang jalur distribusi menuju kawasan industri yang ada di Gondang, Lengkong dan Jatikalen.
Beberapa pekerja tampak masih beraktivitas di bawah struktur jembatan, memasang tulangan dan memeriksa sambungan baja. Papan informasi proyek berdiri di sisi jalan, lengkap dengan jadwal pekerjaan dan nama rekanan pelaksana.
Meski gerimis belum reda, Gubernur Khofifah tetap menyempatkan berdialog singkat dengan mandor lapangan. Ia meminta agar pekerjaan diselesaikan tepat waktu tanpa mengorbankan kualitas, terutama karena jembatan ini berdiri di atas aliran sungai dengan karakter tanah yang labil.
Kunjungan itu sekaligus menandai pengawasan langsung Gubernur terhadap proyek-proyek konektivitas di wilayah tapal batas yang merupakan penghubung antara kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Bojonegoro. Selain Jembatan Kutorejo, rombongan juga meninjau kondisi tanggul Sungai Rejoso yang rawan meluap saat musim penghujan.
Saat rombongan meninggalkan lokasi, suara alat berat masih menggema. Di balik lumpur dan gerimis sore, jembatan itu terus tumbuh — menjadi saksi bahwa infrastruktur tak lahir dari janji, melainkan dari kerja yang menjejak tanah.
Menurut Marhaen Djumadi,Bupati Nganjuk bahwa:
“ Kerusakan Awal: Jembatan mengalami kerusakan (kemungkinan besar putus/amblas) pada 24 Maret 2022. Penanganan Darurat: Sebagai solusi sementara, dipasang Jembatan Bailey pada 10 April 2022 untuk menjaga kelancaran lalu lintas. Rencana Permanen: Rekonstruksi jembatan permanen direncanakan dimulai pada 7 Maret 2025 dan di kerjakan oleh Dinas PU Bina Marga Provinsi Jawa Timur”, ungkap kang Marhaen, demikian beliau biasa di sapa.
Edy Tambeng Widjaja, S.T., M.S, Kepala Dinas (Kadis) Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Provinsi Jawa Timur dimana dengan posisi tersebut beliau sering terlihat memimpin berbagai kegiatan pembangunan dan peninjauan infrastruktur di Jawa Timur, termasuk hari ini, Kamis (23/10/2025) beliau bersama staff mendampingi Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indaparawangsa,.Â

Para pekerja PT.DML
Secara singkat Tambeng menjelaskan bahwa:
Nama Pekerjaan: Rekontruksi Jembatan Kudrojo (Jalan dan Jembatan, Jembatan pada Jalan Provinsi Koletkor),
· Penyedia Jasa: PT. DWI MUUYO LESTARI, Madiun
· Nilai Kontrak: Rp. 22.811.680.976,20
· Sumber Dana: Dana Hibah Rehabilitasi dan Rekontruksi (RR) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
· Masa Pelaksanaan: 240 hari kalender (hingga 12 November 2025)
· Masa Pemeliharaan: 365 hari
“Melihat progress hari ini saya puas, jembatan Kutorejo ini nampak gagah, tak kalah dengan jembatan Jong Biru, Kediri”, pungkasnya.
Jawa Timur memiliki infrastruktur yang kuat, termasuk jalan, jembatan, bandara dan pelabuhan, yang memungkinkannya menjadi penghubung utama logistik untuk Indonesia Timur serta mendukung koneksivitas dan episentrum pertumbuhan ekonomi, sehingga diharapkan jembatan Kutorejo ini. (dro.hel)


