Oleh :
Oryz Setiawan
Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat (Public Health) Unair
Akhir-akhir kasus gagal ginjal pada anak terus mengemuka di masyarakat terutama mengkawatirkan orang tua. Meski tidak melonjak secara signifikan namun harus menjadi atensi semua pihak, sebab anak merupakan calon generasi penerus dan memiliki masa kehidupan panjang serta membutuhkan penanganan spesifik karena terkait sistem organ dan imun secara umum masih bergolong labil. Apalagi dikaitkan dengan bonus demografi dimana anak-anak sebagai bagian dari kelompok muda memiliki proprosi terbanyak dalam struktur kependudukan sehingga nantinya dapat memacu produktivitas suatu negara. Kondisi ini mengulang kejadian tahun 2022 lalu bahwa di Indonesia kasus gagal ginjal akut misterius yang terjadi pada anak dimana disebabkan oleh konsumsi obat sirup yang memiliki kandungan zat berbahaya yang memicu kerusakan pada ginjal. Ketiga kandungan tersebut adalah etilen glikol (EG), dietilen glikol (DEG), dan etilen glikol butil eter (EGBE) sehingga pemerintah melarang penggunaan kandungan obat tersebut.
Cuci darah atau hemodialisis adalah prosedur perawatan untuk menyaring limbah dan air dari darah, sama halnya seperti fungsi ginjal dalam tubuh, sehingga prosedur ini bisa disebut sebagai pengganti ginjal yang sudah rusak. Selain melakukan penyaringan dan mengeluarkan toksin-toksin tubuh, hemodialisis turut membantu menyeimbangkan mineral penting, seperti kalsium, kalium, dan natrium serta mengontrol tekanan darah. Hemodialisa dibutuhkan oleh pasien yang mengidap penyakit jantung kronis, atau gagal ginjal. Disamping itu, dokter juga akan melakukan hemodialisis apabila tes laboratorium menunjukkan bahwa pasien perlu menjalankan perawatan untuk meningkatkan kualitas hidup pengidap gagal ginjal, namun tidak bisa menyembuhkan gagal ginjal. Artinya hanya bersifat memperpanjang usia hidup atau seumur hidup dan tidak sepenuhnya bisa dipulihkan seperti sediakala atau pada kondisi normal. Kondisi inilah yang sangat tidak diinginkan bersama khususnya bagi orang tua.
Sebenarnya fenomena cuci darah saat ini sudah menjadi fenomena yang ‘biasa’ seiring dengan tingkat patogenitas dan risiko kasus dimana dari tahun ke tahun munculnya penyakit yang akibatkan oleh makanan tidak sehat itu melalui tahap yang panjang, dia harus melalui ke hipertensi, diabetes mellitus, dan obesitas dimana merupakan risiko pada gagal ginjal. Secara medis, gagal ginjal lebih disebabkan oleh faktor kelainan bawaan dimana struktur dan adanya penyakit glomerulus pada ginjal dimana merupakan jaringan pembuluh darah kecil yang berfungsi sebagai penyaring awal dalam pembentukan urine. Namun potensi konsumsi pangan yang tidak sehat juga berpotensi menimbulkan penyakit tersebut. Terjadi tren bahwa dari tahun ke tahun penyakit-penyakit yang akibatkan oleh makanan tidak sehat itu meningkat, meski melalui tahap, seperti hipertensi, diabetes mellitus, dimana semua itu merupakan risiko pada gagal ginjal. Dengan kata lain, bahwa penyebab gagal ginjal, diantaranya kelainan bawaan sejak lahir, dan karena penyakit tertentu seperti autoimun. Pola makan yang tidak sehat, yakni sering konsumsi makanan tinggi gula. Gula misalnya bukan hanya dari makanan kemasan saja, tapi juga bisa bersumber dari karbohidrat. Ditambah kurangnya aktifitas fisik seperti olahraga serta kegiatan main game online yang berlebihan. Intinya kita perlu mengontrol pola makanan sehat terutama makanan yang tinggi kandungan gula, garam dan lemak (GGL).
Ekstra Waspada
Banyaknya konsumsi gula pada makanan dan minuman dikaitkan dengan kasus anak yang harus menjalani cuci darah karena mengalami gagal ginjal. Hal ini berpotensi semakin meluas dengan tren makanan dan minuman manis yang semakin membuat anak terbiasa mengonsumsi makanan berkadar gula tinggi seperti boba drink, teh manis dengan kadar gula tinggi dan lain-lain yang bersifat kekinian. Karena itu dia meminta konsumsi gula dikurangi sesuai batas aman untuk menekan risiko penyakit. Selain sifat dasar anak yang menyukai minuman manis juga dipengaruhi oleh perilaku orang tua dimana banyak anak sekarang dikasih minum dan makan dengan gula tinggi. Jadi Indonesia suka gula, padahal gula itu penyebab segala macam penyakit, mulai dari ginjal, hati, stroke, jantung, itu penyebabnya gula. Secara idealnya konsumsi gula per hari maksimal empat sendok teh dan jika lebih dari itu berpotensi merusak ginjal hingga efeknya harus cuci darah seperti yang terjadi pada banyak anak saat ini.
Beberapa tips sederhana untuk menjaga ginjal anak tetap sehat antara lain, pertama perbanyak konsumsi air putih. Air merupakan komponen penting dalam tubuh. Selain berfungsi mencegah terjadinya dehidrasi dan berfungsi dalam proses pembuangan zat-zat sisa metabolisme melalui urine. Kebiasaan mengkonsumsi air putih dengan cukup menjaga tubuh anak dengan baik. Jika tubuh kekurangan air, maka tubuh akan mengalami dehidrasi sehingga dalam jangka panjang yang mengakibatkan batu ginjal hingga gagal ginjal. Kedua, hindari makanan dan minuman manis maupun soda sehingga menyebabkan kenaikan berat badan anak hingga obesitas. Tingginya kadar gula dalam darah juga dapat menyebabkan anak terkena diabetes yang dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah di ginjal. Ketiga, batasi konsumsi garam seperti makanan cepat saji dan makanan kaleng atau kemasan. Mengonsumsi makanan tinggi garam dapat menyebabkan ginjal menurunkan pengeluaran urine. Kondisi ini menyebabkan penumpukan air dalam tubuh yang akhirnya mengakibatkan kenaikan hipertensi, meningkatkan peradangan dan kerusakan ginjal. Keempat, meningkatkan aktivitas fisik pada anak, karena dapat membakar kalori yang tersimpan dalam tubuh.
———— *** ————