Surabaya, Bhirawa
Program Studi Fashion Product Design and Business, Fakultas Industri Kreatif, Universitas Ciputra Surabaya menggelar Fashionology 2025 di Ciputra World Surabaya. Fashionology 2025 mengangkat tema “Beyond Boundaries: Creativity, Culture & Collaboration”, sebuah perhelatan tahunan yang memadukan pameran, pagelaran busana karya mahasiswa, talkshow dan kompetisi fesyen desain internasioanal.
Terdapat 33 mahasiswa semenster 8 yang sebagai fashion desainer muda untuk menuangkan dan menginternalisasi karya desain yang kreatif, inovatif, menginspirasi dan memiliki makna. tidak sekadar ajang pagelaran busana, tapi merupakan pameran gagasan dan identitas, serta bentuk nyata bagaimana fashion dapat menjadi medium komunikasi lintas budaya, isu sosial dan lingkungan, Sabtu, (7/6).
Ketua Program Studi sekaligus Ketua Panitia, Yoanita Kartika Sari Tahalele, B A, M A, mengatakan bahwa terdapat 5 mahasiswa semester 4 juga menampilkan karya hasil mata kuliah Commercial Design yang berkolaborasi dengan Pemkot Surabaya, menggunakan batik khas Surabaya hasil produksi UMKM binaan pemkot, dan 7 karya mahasiswa semester 6 merupakan hasil dari proyek kolaborasi nyata bersama Pemerintah Kabupaten Ponorogo yang mengangkat batik reog Ponorogo, sebagai bentuk implementasi proyek desain berbasis kebutuhan klien riil (real client project), yang menjadi bukti nyata dari integrasi dunia pendidikan, pemerintah dan praktik profesional.
“Selain dari mahasiswa kita juga ikut berpartisipasi dari empat universitas mitra internasional yang ikut berpartisipasi, yaitu Tsinghua University dan Donghua University dari China, Shih Chien University dari Taiwan dan TAR UMT (Tunku Abdul Rahman University of Management and Technology), Malaysia. Masing-masing institusi menampilkan 6 koleksi karya mahasiswa,” ujarnya.
Lanjut Yoanita menjelaskan Setiap karya yang ditampilkan membawa pesan, setiap desain yang dibuat mengandung narasi, dan merupakan jawaban kreatif atas realitas sosial dan budaya, tiga yang perlu diperhatikan mahasiswa seperti konsep desain yang dapat menjawab tantangan dan permasalah yang ada, kreativitas dan inovasi desain yang memiliki nilai estetika yang sesuai budaya dan pasar, serta sisi bisnis dari produk yang memiliki nilai komersial yang tinggi.
“Fashionology 2025 mengajak publik menyaksikan koleksi busana juga memiliki story, perjuangan, dan semangat dari generasi baru fashionpreneur Indonesia yang berani bermimpi dan berkarya,” ucap Yoanita.
Salah satu desainer mahasiswa UC, Whenny Halim, mengukapkan dalam karyanya dilatar belakangi oleh keprihatinan terhadap isu limbah plastik, khususnya dari kemasan produk skincare yang menjadi salah satu penyumbang terbesar limbah nasional.
“Mengolah limbah plastik kemasan skincare menjadi elemen desain utama dalam koleksi fesyen, Terinspirasi dari seni mozaik, eksplorasi dilakukan terhadap variasi jenis, warna, bentuk, dan tekstur limbah kemasan skincare.” Pungkasnya.
Whenny menambahkan proses upcycling melalui enam tahap yaitu pengumpulan, penyortiran, pencucian, pemotongan, peleburan, dan pelubangan, hingga menghasilkan sequin daur ulang yang menarik secara visual dan fungsional setara dengan sequin konvensional.
“Pengembangan desain menggunakan metode Design Thinking, melalui tahapan empathize, define, ideate, prototype, dan test, menghasilkan lima busana ready-to-wear deluxe yang berhasil mengubah limbah kemasan skincare menjadi produk bernilai estetika, ekonomi, dan social,” imbuhnya. [ren.wwn]


