25 C
Sidoarjo
Saturday, December 20, 2025
spot_img

Edukasi Gerakan Listrik Aman, Schneider Electric Siap Sinergi dan Kolaborasi

Dukungan terhadap keselamatan ketenagalistrikan menjadi bagian penting dalam mendorong terciptanya lingkungan hunian yang aman dan andal. Dukungan itu semakin dibutuhkan, seiring dengan program pembangunan 3 juta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang dicanangkan pemerintahan dibawah Presiden Prabowo Subianto. Salah satu elemen kunci dalam memastikan keamanan tersebut adalah penggunaan produk kelistrikan asli dan berkualitas, yang berperan vital dalam mencegah risiko kebakaran akibat instalasi listrik yang tidak memenuhi standar keselamatan.

Oleh:
Wahyu Kuncoro, Wartawan Harian Bhirawa

Dikonfirmasi terkait komitmen dan dukungan terhadap program dan kebijakan kelistrikan nasional, Public Affairs Director Schneider Electric Indonesia Astrid Tuminez mengaku optimis bahwa dengan didukung oleh kapabilitas operasional yang terintegrasi dan supply chain yang solid, Schneider Electric memastikan ketersediaan solusi kelistrikan yang memenuhi standar keselamatan nasional dan dapat diterapkan secara luas di berbagai lapisan masyarakat.

“Transformasi sistem kelistrikan yang lebih aman dan inklusif membutuhkan pendekatan kolaboratif. Kami mengapresiasi upaya pemerintah membangun ekosistem kelistrikan yang berbasis pada standar keselamatan, dan kami siap berkolaborasi. Schneider Electric siap mendukung terciptanya solusi kelistrikan yang andal dan relevan bagi kebutuhan masyarakat Indonesia,” jelas Astrid, Kamis (5/6) di Jakarta.

Menurut Astrid, keselamatan ketenagalistrikan adalah merupakan kerja kolaboratif, lantaran itu Schneider Electric terus menjalin kerja sama dengan berbagai kalangan, mulai asosiasi, hingga kalangan dunia pendidikan untuk ikut mendukung sesuai ruang lingkup masing-masing.

Kerja sama juga sudah dilakukan dengan Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia (AKLI) dengan tujuan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan anggota AKLI dalam bidang ketenagalistrikan serta mendukung dan mempromosikan program-program ketenagalistrikan dan keselamatan ketenagalistrikan di Indonesia, khususnya terkait penggunaan Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS) yang meliputi Residual Current Circuit Breaker (RCCB) dan Residual Current Circuit Breaker with Overcurrent Protection (RCBO) sesuai Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2020 dan diwajibkan dalam Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2021.

Sebagai tindak lanjut dari kerjasama Schneider Electric dan AKLI, juga sudah digelar pelatihan dan workshop instalasi GPAS untuk para kontraktor listrik. Kecakapan ini dinilai dibutuhkan oleh para anggota AKLI untuk lebih memahami prosedur keselamatan saat bekerja dengan listrik dan memanfaatkan teknologi efisien guna mendukung praktik kelistrikan yang lebih aman dan berkelanjutan.

Schneider Electric mencatat sejarah baru dengan memecahkan Rekor MURI sebagai “Pelatihan Instalatur Listrik dengan Peserta Terbanyak”.

Bahkan lanjut Astrid, Schneider Electric mencatat sejarah baru dengan memecahkan Rekor MURI sebagai “Pelatihan Instalatur Listrik dengan Peserta Terbanyak”. Pelatihan digelar serentak di berbagai kota dan melibatkan lebih dari 10.000 instalatur listrik.

Berita Terkait :  Tingkatkan Sinergi Keuangan, Bank Jatim Tandatangani Perjanjian Kerjasama Pengelolaan Kas Negara

Pelatihan ini menitikberatkan pada praktik instalasi listrik yang aman dan penggunaan alat proteksi modern seperti Gawai Proteksi Arus Sisa (GPAS) atau Residual Current Circuit Breaker (RCCB), perangkat yang dapat secara otomatis memutus aliran listrik saat terjadi kebocoran arus.

“Kami ingin masyarakat sadar bahwa keselamatan listrik bukan pilihan, tetapi kebutuhan. GPAS bisa menyelamatkan nyawa,” ujar Astrid lagi.

Secara sederhana, instalasi GPAS atau RCCB berfungsi sebagai pelindung utama dari risiko kesetrum dan kebakaran akibat gangguan arus. Ketika terjadi kebocoran listrik, alat ini secara otomatis memutus arus dalam hitungan detik. Namun, penetrasi alat ini di Indonesia masih rendah.

Menurut data internal Schneider Electric, hanya sekitar 20 persen instalasi rumah tangga di Indonesia yang menggunakan GPAS. Padahal, standar internasional sudah lama merekomendasikan perangkat ini sebagai perlindungan dasar dalam sistem kelistrikan rumah.

Penelitian menunjukkan, penggunaan GPAS dapat menurunkan risiko kecelakaan listrik hingga 90 persen-angka yang seharusnya menjadi alarm kuat bagi seluruh masyarakat dan regulator.

Dikonfirmasi terpisah Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia (AKLI) Puji Muhardi. menambahkan, AKLI berkomitmen untuk terus mendukung inisiatif yang tidak hanya meningkatkan standar keselamatan, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi masyarakat.

“Kami yakin bahwa dengan dukungan Schneider Electric dan pemerintah, kami dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan mendukung keberlanjutan sektor ketenagalistrikan di Indonesia,” jelas Puji.

Kedepannya, kedua belah pihak akan terus berkomitmen untuk memperkuat ekosistem kelistrikan Indonesia dengan mengedepankan keselamatan, mendukung regulasi pemerintah, serta menciptakan masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan bagi Indonesia.

Kesadaran akan pentingnya instalasi listrik yang aman belum sepenuhnya menjadi perhatian utama masyarakat Indonesia. Padahal, data menunjukkan bahwa kebakaran dan kecelakaan akibat korsleting listrik masih menjadi ancaman laten di lingkungan hunian.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ir. Jisman Hutajulu, M.M berharap komitmen dan dukungan kolaboratif antara pemerintah, kalangan pengembang perumahan, asosiasi instalasi kelistrikan, sektor industri dan dunia pendidikan dalam mendorong sistem kelistrikan nasional yang lebih aman, andal, dan sesuai standar nasional.

Harapan tersebut disampaikan Jisman saat dikonfirmasi Bhirawa terkait upaya yang dilakukan pemerintah dalam menjawab kebutuhan sistem kelistrikan nasional yang aman, Kamis (5/6) di Jakarta.

Berita Terkait :  Pemkab Blitar Tetap Berlakukan Pajak MBLB

Menurut Jisman, pemerintah akan terus mendorong kolaborasi strategis dengan berbagai pihak dalam mendukung sistem kelistrikan yang aman.

“Kerja sama menjadi langkah penting dalam mempererat sinergi lintas sektor demi mempercepat adopsi teknologi kelistrikan yang sesuai standar serta memperkuat penerapan instalasi listrik yang aman bagi masyarakat,” jelas Jisman.

Sebagai langkah nyata, pemerintah dalam hal ini Kemeterian ESDM terus melakukan komunikasi dan penguatan kerja sama dengan pihak yang dinilai memiliki komitmen sekaligus kapasitas untuk mendukung kebijakan pemerintah.

“Kepada dunia industri, khususnya perusahaan penyedia peralatan listrik misalnya harus memperhatikan Standar Nasional Indonesia (SNI), karena keselamatan kelistrikan harus menjadi prioritas bersama,” tegas Jisman lagi. Menurut Jisman,jaminan keselamatan dan keamanan bukan hanya untuk instalasi perumahan elit dan mewah, tetapi juga untuk perumahan bagi penduduk yang kurang mampu.

“Jadi pembangunan perumahan yang diperuntukkan bagi masyarkat berpenghasilan rendah (MBR) juga harus terjamin keselamatan dan keamanan instalasi listriknya,” jelas Jisman mengingatkan.

Secara khusus Jisman juga mengapresiasi langkah dunia industri khususnya Schneider Electric dalam mendukung program Pemerintah, khususnya melalui berbagai inisiatif yang dilakukan Schneider Electric, baik untuk meningkatkan kesadaran dan penerapan keselamatan ketenagalistrikan, kampanye transisi energi dan keberlanjutan lingkungan di berbagai sektor.

“Kolaborasi seperti ini sangat penting untuk memastikan perlindungan terhadap instalasi tenaga listrik, manusia, dan lingkungan, sekaligus mendorong terciptanya masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan,” Jelas Jisman lagi.

Sebagai upaya untuk memperkuat dan mengembangkan kerjasama yang sudah terjalin lanjut Jisman, pihaknya juga secara khusus melakukan kunjungan ke Smart factory Schneider Electric di Cikarang, Jawa Barat beberapa waktu lalu.

Smart factory Schneider Electric di Cikarang, Jawa Barat, merupakan fasilitas perakitan panel dengan spesifikasi khusus untuk berbagai produk kelistrikan bertegangan rendah hingga menengah, serta menjadi pusat produksi strategis yang melayani pasar domestik dan ekspor.

“Pabrik ini juga menjadi simbol komitmen Schneider Electric terhadap keberlanjutan dengan target mencapai operasi netral karbon (zero carbon operation) pada 2030,” jelas Jisman lagi. Selain itu, pabrik ini telah memperoleh sertifikasi Net Zero CO2 dan seluruh kebutuhan energinya dipenuhi dari sumber energi hijau-23 persen dari panel surya dan 77 persen dari pembangkit listrik tenaga air. Inisiatif ini mampu mengurangi emisi karbon hingga sekitar 181 ton CO2 per tahun serta menghemat energi sebesar 6.935 kWh per tahun.

Berita Terkait :  NTP 116 Persen, Kesiapan Pangan Lamongan Terus Naik

Komitmen Edukasi Masyarakat
Gerakan Listrik Aman merupakan upaya jangka panjang yang melibatkan banyak pihak-pemerintah, institusi pendidikan, industri, dan masyarakat. Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste Martin Setiawan, dalam rilisnya yang diterima redaksi Bhirawa menekankan bahwa keselamatan listrik bukan semata urusan teknis, melainkan kesadaran kolektif yang perlu ditanamkan sejak dini.

Mulai dari penggunaan GPAS, pemilihan instalatur bersertifikat, hingga kesadaran publik melalui edukasi, seluruh aspek ini menjadi fondasi untuk membangun budaya listrik aman yang berkelanjutan.

Schneider Electric sebagai pemimpin transformasi digital dalam pengelolaan energi dan otomasi, pun menggelar berbagai kegiatan kampanye misalnya kampanye edukatif ‘Yang Asli Yang Melindungi’ di Plaza Kenari Mas, Jakarta Pusat beberapa waktu lalu.

Ditambahkan, kampanye ini merupakan wujud komitmen perusahaan untuk melindungi pengguna dari bahaya korsleting, sengatan listrik, hingga kebakaran, risiko yang kerap dipicu oleh penggunaan produk palsu. Lebih lanjut Martin menekankan, bahwa keaslian produk adalah kunci untuk menjamin keamanan dan keselamatan masyarakat.

Produk palsu tidak hanya merugikan industri alat kelistrikan dan berpotensi kerugian negara, tetapi juga dapat membahayakan pengguna.

Oleh karena itu, sebagai market leader, Schneider Electric berkomitmen untuk menjaga kualitas produk sesuai dengan standar yang ditetapkan dan terus berupaya memastikan bahwa semua produk Schneider Electric yang sampai di tangan konsumen adalah produk asli yang telah melalui proses kontrol kualitas yang ketat, serta telah diuji dan bersertifikasi.

Selain menginisiasi kampanye gerakan listrik aman, Schneider Electric juga terpanggil untuk melakukan edukasi terkait dengan transisi energi dan isu tentang keberlanjutan. Edukasi ini menyasar ke sekolah dengan format dan model legiatan yang berbeda. Kegiatan ditujukan untuk lingkungan pendidikan misalnya berupa ajang kompetisi inovasi maupun pelatihan bagi para guru sekolah.

Secara khusus Martin berkomitmen ingin membekali generasi muda dengan literasi energi dan kemampuan Design Thinking untuk menjawab tantangan perubahan iklim dan transisi energi.

Program dengan menghadirkan platform pembelajaran komprehensif yang mengintegrasikan topik energi bersih, risiko iklim, dan solusi keberlanjutan. Siswa dan guru tidak hanya mendapatkan pelatihan, tetapi juga ditantang untuk membuat prototipe inovatif yang memberikan solusi nyata bagi permasalahan lingkungan lokal.

“Kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan kapasitas guru dan siswa, tetapi juga membangun kesadaran generasi penerus terhadap pentingnya transisi energi dan keberlanjutan lingkungan,” kata Martin penuh harap. [why]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru