Era digitalisasi membuka ruang transformasi yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam hal transaksi keuangan. Transaksi non tunai, kalau sebelumnya hanya akrab di mall dan plasa atau resto dan Cafe, kini semakin mudah ditemui dalam transaksi di pasar-pasar tradisional atau bahkan warung-warung di perkampungan.
Oleh:
Wahyu Kuncoro, Wartawan Bhirawa
Mendung tipis terlihat merata di atas langit Surabaya, Minggu (5/1/2025) pagi. Jam dinding di stan warung makan warna kombinasi hijau daun dan putih menunjukkan pada angka 08.12 WIB. Ya, walau masih pagi, warung makan di samping pintu masuk Pasar Wonokromo Surabaya sudah terlihat dipenuhi warga yang mencari sarapan pagi. Warung yang khusus menyediakan menu Bebek Madura ini selalu ramai dipenuhi pengunjung.
Susilowati, pemilih warung Bebek Madura tersebut dibantu 3 orang anak buahnya sibuk melayani pembeli. Ada yang beli dibawa pulang ada juga yang makan di tempat. Mayoritas pembeli melakukan pembayaran melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) alias secara nontunai.
“Belum sampai setahun kami memanfaatkan layanan QRIS dalam melayani transaksi makan di warung,” jelas Susilowati ketika ditanya kapan memanfaatkan QRIS dalam melayani transaksi.
Penjual yang sudah menekuni jualan nasi bebek Madura lebih dari 10 tahun ini mengaku, banyak konsumen yang menjadi langganan semenjak menyediakan sistem pembayaran QRIS.
“Alhamdulillah, banyak konsumen yang datang karena tak perlu repot saat membayar,” tuturnya pada Bhirawa. Selain memudahkan pembeli, menurut Susilowati pembayaran QRIS juga tidak merepotkan saat menyiapkan uang kembalian.
“Dulu kami sering susah kalau pembeli pagi-pagi pakai uang cash sementara kami belum punya uang kembalian. Tapi sekarang tidak perlu memikiran uang kembalian,” jelas Susilowati mengisahkan pengalamannya sambil tertawa.
Ning Susi, demikian pelanggan dan orang sekitarnya biasa memanggil, memilih menggunakan QRIS dari Bank Mandiri karena kemudahan yang ditawarkan. Ning Susi mengaku layanan digital tak hanya membantu menggenjot omzetnya, namun juga dalam pencatatan transaksi harian sehingga memudahkan dalam pengajuan pembiayaan bank.
Sebagai seorang ibu rumah tangga yang memiliki semangat wirausaha tinggi, Ning Susi tak cuma bisa menjalankan bisnis bebek gorengnya dengan sukses. Tetapi juga memastikan bahwa usahanya memberikan dampak positif pada kehidupan keluarganya. Kenaikan omzet penjualan membuatnya mampu menyekolahkan anaknya hingga bangku kuliah.
Kisah yang dialami Ning Susi adalah representasi dari dampak positif yang bisa diberikan layanan digital terhadap pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Melalui penggunaan teknologi, UMKM memiliki akses yang lebih baik ke pasar, manajemen dan akses keuangan (Access to Finance) yang lebih terstruktur, dan peluang untuk berkembang lebih jauh.
Selain Ning Susi, Suratman yang biasa dipanggil Cak Man pemilik warung sembako di Pasar Wonokromo mengaku menggunakan QR code baru 6 bulanan. Dia merasa, perputaran uang saat menggunakan QR code lebih cepat. Pasalnya, uang yang masuk ke dalam aplikasi bisa digunakannya lagi untuk saldo pembelian pulsa listrik, pulsa ponsel, hingga pembayaran lainnya.
“Awalnya saya bingung, ini kan uang warung yang perputarannya cepat, bisa enggak saya belanja lagi kalau saldo masuk ke aplikasi. Dari situ saya coba-coba ternyata bisa digunakan lagi untuk penjualan pulsa, token listrik, dan paket data, ya sudah saya jualin aja lagi di situ” ujar dia.
Bank Mandiri Komitmen Tingkatkan Inklusi Keuangan
Vice President Retail Transaction Bank Mandiri Region VIII/Jawa 3, Theresia Pratiwi Hastari menjelaskan Bank Mandiri terus berupaya meningkatkan inklusi keuangan masyarakat dengan berbagai inisiatif digital. Secara khusus Theresia juga mengaku bersyukur bahwa program Livin’ Pasar di Pasar Wonokromo Surabaya, yang diluncurkan setahun lalu tepatnya akhir tahun 2023 sudah memberikan dampak sosial (Social Impact) positif dan terasakan dampaknya.
Program Livin’ Pasar yang digagasnya tersebut lanjut Theresia, bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat dengan berbagai inisiatif digitalisasi pasar. Inisiatif ini merupakan bagian dari komitmen Bank Mandiri untuk mendorong transaksi non tunai serta meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.
Menurut Theresia, Bank Mandiri sangat menyadari pentingnya digitalisasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan efisiensi pembayaran. Dalam hal ini, Bank Mandiri telah berkomitmen untuk mendukung mandat dari Bank Indonesia dalam digitalisasi pembayaran. Lebih lanjut Theresia menjelaskan bahwa inisiatif yang dilakukan tersebut merupakan bagian dari komitmen Bank Mandiri untuk mendorong transaksi non tunai dan meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.
Dikatakannya, Bank Mandiri Jawa Timur pada tahun 2025 ini fokus mengembangkan 16 pasar sebagai contoh untuk membentuk ekosistem pasar.
“Mulai dari Pasar Kapasan, Pasar Pabean, Pasar Kupang Gunung, Pasar Larangan, Pasar Simo, Pasar Kembang, Pasar Wonokromo, Pasar Puger, Pasar Jenggawah, Pasar Genteng, Pasar Donomulyo, Pasar Karangploso, Pasar Besar Ngawi, Pasar Semen, Pasar Sumberrejo dan terakhir Pasar Tingkat Lamongan,” ungkapnya. Implementasi program, lanjut Theresia diharapkan mampu memperluas akseptasi pembayaran digital salah satunya lewat penggunaan QRIS Livin’ Merchant untuk pedagang. Sehingga memberikan dampak positif berupa peningkatan kegiatan transaksi non tunai ke depan.
Dikonfirmasi terpisah, Regional Chief Executive Officer (RCEO) Senior Vice President Bank Mandiri Region VIII/Jawa 3 Hendra Wahyudi menambahkan, melalui program Livin’ Pasar ini, Bank Mandiri menyediakan berbagai solusi perbankan digital bagi pedagang dan pembeli di Pasar Pasar Tradisional di Jawa Timur.
Solusi tersebut di antaranya adalah QR Code Indonesian Standard (QRIS) Livin’ Merchant, Mandiri Agen, Bonus Kupon Belanja untuk pengguna baru Super App Livin’ by Mandiri, dan program racing point pedagang.
“Kami berharap dengan adanya digitalisasi pasar ini, transaksi non tunai dapat meningkat sehingga dapat secara langsung mempermudah kebutuhan pembayaran masyarakat dan tentunya turut mendorong tingkat inklusi keuangan di Indonesia,” ujarnya lagi.
Bank Mandiri lanjut Hendra Wahyudi, juga menawarkan solusi perbankan yang handal bagi seluruh ekosistem pasar yang terintegrasi mulai dari supplier, distributor, logistik, penjual maupun pembeli dengan layanan Mandiri Agen. Agen pandai Bank Mandiri ini menyediakan layanan perbankan dan layanan keuangan sehingga nasabah tidak perlu datang ke cabang. Bank Mandiri memiliki komitmen untuk terus mendorong inklusi keuangan masyarakat lewat berbagai inisiatif digital. Sejalan dengan komitmen Pemerintah untuk memperluas dukungan perbankan bagi pelaku UMKM, Bank Mandiri juga berupaya memberikan dukungan akses pembiayaan untuk UMKM melalui pembiayaan kredit mikro baik KUM, KUR maupun KSM.
Inovasi Keuangan Digital
Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (Unair) Prof Dr Wasiaturrahma SE MSi memandang bahwa pemerintah perlu secepatnya menentukan langkah yang strategis. Langkah itu, katanya, bisa terlaksana melalui akselerasi pada inklusi keuangan digital.
“Inklusi keuangan sudah menjadi tren pasca krisis 2008. Hal itu merupakan dampak dari krisis yang menyasar kelompok-kelompok berpendapatan rendah dan tidak teratur, tinggal di daerah terpencil, buruh yang tidak memiliki dokumen identitas legal, dan masyarakat pinggiran unbanked yang jumlahnya sangat tinggi di luar negara maju,” terang akademisi FEB UNAIR itu.
Menurutnya, ada beberapa manfaat inklusi keuangan digital bagi perekonomian suatu negara. Antara lain, dapat meningkatkan efisiensi ekonomi, mendukung stabilitas sistem keuangan, mengurangi shadow banking atau irresponsible finance, memberikan potensi pasar baru bagi perbankan, dan berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional yang berkelanjutan.
“Lebih jauh, inklusi keuangan digital ini juga bisa mengurangi kesenjangan dan rigiditas low income trap, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tambahnya. Dengan inklusi keuangan digital, pemerintah dan para pemangku kebijakan juga dapat membantu UMKM untuk berkembang dan bangkit di tengah tantangan ekonomi global.
Inklusi keuangan digital mampu mendorong UMKM untuk naik kelas menjadi eksportir dan terhubung dengan pasar global. Selain itu, dengan inklusi keuangan digital, UMKM juga dapat memperluas akses inovasi bisnis, serta mendapatkan akses sumber daya keuangan yang lebih mudah.
“Berbagai dampak yang dihasilkan oleh inklusi keuangan digital ini dapat membantu UMKM utamanya dalam pengembangan bisnis. Sehingga akan menurunkan tingkat pengangguran dan mengurangi ketimpangan pendapatan,” tutur perempuan kelahiran Sumenep itu. Penerapan inklusi keuangan digital pada beberapa negara telah terbukti memberikan dampak positif yang signifikan. Beberapa negara yang telah memberikan bukti konkret dampak inklusi keuangan digital itu antara lain Cina, India, Thailand. [why]