Kota Malang, Bhirawa.
Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), pada triwulan II 2024 mengindikasikan kinerja kegiatan usaha terakselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kepala BI Malang Febrina, menyampaikan, berdasarkan SKDU tersebut tercermin dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) kegiatan usaha pada triwulan II 2024 sebesar 21,72%, terakselerasi dari 9,97% pada triwulan I 2024. “Meningkatnya kinerja kegiatan dunia usaha pada triwulan II 2024 terutama didorong oleh meningkatnya kinerja sektor Industri Pengolahan (SBT 5,99%),”tuturnya.
Lebih lanjut menyampaikan Konstruksi (SBT 1,81%) dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (SBT 0,37%). Hal ini terjadi seiring membaiknya ekspektasi konsumsi di tengah: (1) kenaikan permintaan pada momen festive season Disampaikan dia, Ramadhan dan cuti bersama HBKN Idul Fitri & Idul Adha, banyaknya libur long weekend dibandingkan tahun sebelumnya dan libur sekolah tengah tahun, (2) terjaganya permintaan domestik akibat 2nd round dampak Pemilu didukung dengan business confidence investor yang membaik.
“Investasi pada triwulan II 2024 meningkat. Investasi pada triwulan II 2024 tercatat sebesar SBT 5,49%, lebih tinggi dibandingkan SBT 1,48% pada triwulan I 2024,”tambahnya.
Sementara Saldo Bersih (SB) kondisi keuangan tercatat meningkat dengan SB 10,62%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya dengan SB sebesar 7,95%. Meningkatnya kondisi keuangan dunia usaha didorong oleh membaiknya akses kredit, kondisi likuiditas maupun kondisi rentabilitas.
Disebutkan dia, Pada triwulan III 2024, responden memprakirakan kegiatan usaha tumbuh dengan SBT sebesar 15,03%, melambat dibandingkan SBT 21,72% pada triwulan II 2024. Febrina menyampaikan melambatnya kegiatan usaha tersebut seiring menurunnya kinerja sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (SBT2,44%), Perdagangan besar dan eceran (SBT -0,24%) dan Selain itu, penyediaan Akomodasi dan Makan minum (SBT 0,16%). Perlambatan ini diprakirakan didorong oleh normalisasi pasca momen HBKN Idul Fitri dan Idul Adha. Sementara itu, faktor cuaca akibat La Nina dengan peluang 65% pada Juli-September 2024 berpotensi menahan produktivitas komoditas hortikultura.[mut.ca]