Angkat Warisan Budaya Khas Desa Lumban Suhi-suhi Danau Toba
Surabaya, Bhirawa
Universitas Ciputra (UC) mengeksplorasi hasil kerajinan masyarakat di kepulauan Samosir Danau Toba. Budaya lokal diolah hingga menjadi produk fashion dan produk inter design. Produk fashion sudah dipamerkan di Surabaya Fashion Parade beberapa waktu lalu. Tiga dosen Fakultas Industri Kreatif ini selama lima hari menyelami hasil kerajinan masyarakat Desa Lumban Suhi-suhi Toruan.
Ketua Penelitian dan Dean School of Creative industry Universitas Ciputra, Astrid menjelaskan, berfokus pada integrasi ekspresi budaya lokal ke dalam penawaran pariwisata, untuk mengembangkan model strategis yang tidak hanya melestarikan warisan dan identitas budaya, tetapi juga mempromosikan praktik pariwisata yang berkelanjutan.
“Melalui inspirasi Desa Lumban Suhi-Suhi Danau Toba akan menghasilkan produk – produk lifestyle kreatif baik dari ragam hias dan motif ulos membantu produk suvenir kampung ulos yang lebih luas dan dapat mendunia,” jelasnya.
Tim juga melakukan pendekatan dengan masyarakat dan perajin setempat supaya open mind, bisa menerima inovasi-inovasi produk kreatif baru namun tetap menjaga warisan budaya.
Kepala Desa Lumban Suhi-Suhi Danau Toba, Raja Simarmata, berharap dengan adanya Universitas Ciputra, desa penghasil tenun bisa bertumbuh. Diharapkan produksi tenun ini bisa berkembang untuk mendongkrak kesejahteraan desa.
Enrico Ho di Surabaya Fashion Parade 2024 mengambil tema TOBA: AESTHETIC LEGACY, diusung sebagai implementasi nilai lokal seperti keindahan Danau Toba. Ini salah satu destinasi wisata yang kental budaya yang diwariskan turun temurun. Inspirasi Enrico Ho dalam merancang koleksi Ready to Wear Deluxe kontemporer, Rumah Adat Bolon warga lokal di Samosir yang merupakan salah satu cermin visual tradisi.
Terdapat motif ukiran (gorga) di setiap rumah adat Bolon penuh dengan arti filosofi. Ada juga motif yang diaplikasikan pada koleksi seperti gorga boraspati yang digambarkan seperti cecak/kadal dengan ekor bercabang memiliki filosofi kekuatan pelindung manusia dari mara bahaya dan juga pelindung harta. Gorga Singa-Singa digambarkan seperti manusia yang sedang berjongkok diartikan berwibawa (memiliki kharisma).
“Ada 10 karya untuk Surabaya Fashion Parade 2024 dan 10 karya lagi untuk festival Hitado Hutaraja pada 2 November,” jelas Enrico.
Astrid dan Melani mendesain barang-barang yang menggambarkan kearifan lokal menjadi produk apik seperti sepatu, handbag, aksesori, baju. ”Saya dan Melani mendesain aneka ragam barang yang bisa dijadikan suvenir dengan motif yang mengambil dari budaya Desa Suhi-Suhi, serta kami sedang mulai membangkitkan kios-kios di sana sebagai pusat oleh – oleh yang berisi barang-barang inovatif karya perajin lokal,” papar Astrid.
Astrid berharap, dengan meningkatnya industri kreatif dapat meningkatkan pariwisata sehingga dapat meningkatkan perekonomian warga desa. Hal serupa juga menjadi harapan Raja Simarmata. [ran.fen]