Kota Batu,Bhirawa.
Indonesia sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia memiliki lahan pertanian luas terutama untuk tanaman pangan seperti padi. Inovasi diperlukan secara cepat dan tepat untuk menentukan variasi penggunaan lahan dan pemilihan tanaman yang tepat untuk mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan.
Bertempat di lahan pertanian Desa Pendem Kota Batu, Senin (6/1) dilakukan pembukaan Penilaian Keanekaragaman Hayati Tanaman di Lahan Pertanian Menggunakan Aplikasi Luar Angkasa Inovatif.
Selain melibatkan para akademisi dari dalam dan luar negeri, program assessment atau pengumpulan data dan informasi pertanian tanaman pangan ini didampingi langsung oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Kota Batu.
Kepala Distan KP Kota Baru Heru Yulianto mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk mempromosikan keanekaragaman tanaman pangan Kota Batu melalui ntegrasi penginderaan jauh dan teknologi GeoAI. Dengan penerapan teknologi yang canggih ini maka kegiatan ini juga disebut sebagai Crop Bio Project.
“Kegiatan ini juga dilakukan untuk menguji aplikasi penginderaan jauh untuk mendeteksi ciri dan varietas tanaman, sistem tanam, produksi tanaman, serta kesuburan tanah,” ujar Heru.
Selain itu, kegiatan ini juga mengembangkan basis data yang komprehensif tentang keanekaragaman hayati tanaman, rotasi tanaman, dan kinerja agronomi dari aplikasi luar angkasa secara spasial maupun temporal.
Crop Bio Project juga menganalisis interaksi dinamis antara praktik pertanian, konservasi keanekaragaman hayati, dan kelangsungan ekonom. Hal ini untuk menawarkan panduan strategis untuk penggunaan lahan berkelanjutan dan pengelolaan sumber daya di Indonesia.
Adapun beberapa perguruan tinggi yang mendukung proyek imi antara lain, Universitas Brawijaya (UB) Malang, dan Mariano Marcos State University Filipina. Adapun dusun Sekarputih, Desa Pendem, Kota Batu dipilih sebagai salah satu lokasi penelitian karena memiliki lahan pertanian yang luas yaitu, sekitar 315 hektar.
“Selain itu berbagai tanaman pangan dan hortikultura dibudidayakan di lokasi ini dengan sistem rotasi tanam menyesuaikan musim kemarau dan musim hujan, sehingga berpotensi memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi,” jelas Heru.
Dengan tersedianya data spasial ini akan menjadi dasar bagi Pemkot Batu dalam menyusun rancangan kebijakan pengembangan pertanian untuk mewujudkan swasembada pangan.
Sementara, peneliti BRIN, Prof Dr Danang Surya Candra menambahkan bahwa kegiatan pengukuran lahan pertanian didampingi Distan KP Kota Batu serta Balai Penyuluhan Pertanian Kota Batu bertujuan untuk menjembatani diskusi dengan petani, mendapatkan validasi data lapangan terkait varietas, waktu tanam, sejarah lahan, dan informasi lainnya.
Pengukuran ini terbagi ke dalam 4 tim yang akan melakukan survei pada total keseluruhan 52 sub blok. Kegiatan yang dilakukan di meliputi pengambilan data lapangan berupa sampel tanah dan sampel tanaman untuk dianalisis. “Kegiatan ini melibatkan 20 petani untuk kegiatan wawancara dalam mendukung aspek sosial ekonomi dan kesehatan,” ujar Danang. [nas.gat]