Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani (tengah) dan Kepala Dinkes Mukhibatul Khusnah (kanan) sebagai narasumber
Pemkab Gresik, Bhirawa.
Dinas Kesehatan (Dinkes), terus memantapkan langkah percepatan eliminasi Tuberculosis (TBC) melalui kolaborasi lintas sektor. Bersama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Gresik, Dinkes menggelar Seminar Kesehatan bertajuk “Jaga Diri, Jaga Lingkungan: Waspadai TBC Sebelum Menyebar” di GNI, dihadiri Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani dan Kepala Dinkes Mukhibatul Khusnah sebagai narasumber, kemarin.
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani, memberikan apresiasi atas sinergi Dinkes dan PWI. Dalam mendorong percepatan penanganan TBC, kolaborasi ini perlu dilanjutkan dalam bentuk kegiatan lapangan. Salah satunya menyasar pondok pesantren, untuk sosialisasi dan skrining TBC.
“TBC ini menjadi perhatian serius untuk semua pihak, baik pemerintah daerah, puskesmas, jurnalis dan lainnya. Tapi yang paling penting adalah, TBC bisa sembuh,”ujarnya.
Penting untuk menjaga lingkungan tempat tinggal, dan tempat belajar termasuk rumah dan asrama. Faktor kelembapan, pencahayaan, dan ventilasi harus diperhatikan agar risiko penularan dapat ditekan. Meminta masyarakat segera melapor jika menemukan kasus TBC, di lingkungan pesantren atau permukiman.
“Mengajak masyarakat menjalankan pola hidup bersih dan sehat, termasuk olahraga rutin, tanpa memberikan stigma kepada penderita TBC. Harapannya, tidak ada diskriminasi di masyarakat. Memang TBC penyakit menular, tapi yang perlu digarisbawahi bahwa TBC bisa sembuh,”ungkapnya.
Kepala Dinkes Gresik Mukhibatul Khusnah mengatakan, bahwa pemerintah daerah memiliki regulasi lengkap terkait penanganan TBC. Mulai dari peraturan Bupati hingga Keputusan Bupati, percepatan eliminasi TBC merupakan bagian dari program prioritas Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
“Eliminasi secara nasional ditarget tahun 2030, sementara Kabupaten Gresik berdasarkan Perbup menargetkan eliminasi TBC tahun 2028, dua tahun lebih cepat dari target nasional. Untuk itu, kolaborasi terus digencarkan,” terangnya.
Untuk mencapai target tersebut, maksimal sebaran TBC harus ditekan hingga 65 kasus per 100 ribu penduduk. Angka saat ini masih berada di 199 kasus per 100 ribu penduduk, aktif melakukan temuan kasus sedini mungkin. Melibatkan banyak pihak dalam skrining, seperti mengintegrasikan pemeriksaan TBC dengan skrining stunting di Posyandu hingga skrining diabetes. Saat ini, 10 Puskesmas juga telah mampu melakukan Tes Cepat Molekuler (TCM), sehingga pasien tidak perlu ke RSUD Ibnu Sina.
“Gratis mulai dari pemeriksaan, pendampingan hingga pengobatan. Harapannya tahun 2028, bisa menuntaskan target tersebut. Minimal 90 persen pasien, yang ditemukan harus bisa diobati dan angka kematian turun drastis,” tambahnya.

Sementara Ketua PWI Gresik Deni Ali Setiono bahwa penting keterlibatan pers dalam edukasi publik.TBC merupakan penyakit yang tampak tidak mencolok namun berbahaya, sehingga perlu terus digaungkan kepada masyarakat. Meski TBC ini penyakit yang smooth tapi membahayakan, juga salah satu tugas pers untuk mengedukasi dan memberikan informasi yang positif kepada masyarakat.
“Kerja sama PWI dan Dinkes Gresik, telah terjalin sejak lama dan kembali dikuatkan lewat diskusi ini.
Harapannya, dari diskusi ini menjadi kontribusi dalam percepatan penanganan TBC.
Berdasarkan data ada 2.740 kasus TBC sepanjang tahun 2025, dan tahun 2028 kita menuntaskan zero TBC,”imbuhnya. (kim.hel).


