34 C
Sidoarjo
Friday, November 22, 2024
spot_img

Dinas Kesehatan Sidoarjo Lakukan Koordinasi Cegah Pnemomia dan Diare

Sidoarjo, Bhirawa.
Pnemonia masih jadi ancaman bagi bayi. Kemudian disusul dengan diare bagi bayi di Indonesia. Hal tersebut ditemukan secara global, dalam satu jam, ternyata ada 71 anak di Indonesia tertular pnemonia.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo mengajak Stakeholder , Selasa (5/11) kemarin, dalam dalam Pertemuan Lintas Program dan Lintas Sektor, untuk pencegahan Pneumonia dan Diare secara Terintegrasi.

Plt. Kadinkes Kabupaten Sidoarjo dr. Lakhsmie Herawati Yuwantina, M.Kes, menyampaikan berdasarkan data profil kesehatan Indonesia Tahun 2023 lalu, pneumonia ini sudah menjadi penyebab kematian bayi dan balita, kurang lebih 22% yang kemudian disambung dengan diare sekitar 1%.

Untuk mencegah ini terjadi, kata dr Lhaksmie , kini telah ada imunisasi, yaitu vaksin PCV untuk mencegah pnemonia, dan imunisasi RotaVirus untuk mencegah diare.

“Dua vaksin ini ternyata telah terbukti efektif di beberapa negara dalam upaya menurunkan kasus secara signifikan,” katanya.

Berdasarkan kajian yang yang mendalam, kata dr Lhaksmie, sehingga Kementerian Kesehatan sudah mengintroduksi imunisasi PCV serta RV, menjadi salah satu program imunisasi nasional untuk mencegah pnemonia dan diare dimana targetnya harus 100% pada Tahun 2024 ini.

Menurut data, di Kabupaten Sidoarjo catatan penyakit batuk yang menyebabkan pnemonia sebesar 109,6%, ada 8.835 kasus dan yang terjadi pada balita mencapai 31.256 kasus atau sebesar 101,5%.

Untuk mencapai Imunisasi PCV secara agregat ada 80% sedangkan berdasarkan aplikasi ASIK masih tercatat 50,2%, kemudian untuk Rota Virus masih 79,1% dan berdasarkan aplikasi ASIK sebesar 43,9 %.

Berita Terkait :  Jebolan Timnas U-23 Ikhsan Nul Zikrak Kuliah di UM Surabaya

“Hal ini perlu di kaji kembali, kenapa ada kesenjangan data antara data secara manual maupun melalui aplikasi ASIK. Sehingga pemerintahan berkomitmen untuk meningkatkan capaian programnya di Kabupaten Sidoarjo,” katanya.

Menurut dr Lhaksmie, capaian belum maksimal karena masyarakat banyak yang belum mengetahui adanya imunisasi baru (manfaat dan jadwalnya), serta kurangnya sosialisasi dan edukasi pada masyarakat.

“Dengan koordinasi lintas sektor ini, semoga ada yang bisa diperbaiki lagi, mungkin dari sisi mutunya, sehingga kasus-kasus pneumonia dan diare ini bisa kita tekan,” tambah dr Lhaksmie.

Pada koordinasi tersebut diajarkan bagaimana cara mencatat secara manual ataupun mencatat dalam aplikasi, agar pencatatan pemberian imunisasi bisa terintegrasi dengan baik.

Para petugas yang ada di 31 Puskesmas diharapkan oleh dr Lhaksmie, supaya bisa mensosialisasikan pada masyarakat di wilayah masing-masing, agar imunisasi ini lebih dikenal masyarakat, agar Pnemonia serta diare pada bayi dan balita bisa dicegah,” pungkasnya. [kus.dre]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img