Surabaya, Bhirawa
Kegiatan Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) 2025 resmi telah ditutup di Ubaya Sport Center, Kampus Ubaya, Surabaya. Pada penutupan tersebut menjadi ajang penganugerahan terhadap 100 tim pemenang yang telah mengikuti rangkaian kegiatan OPSI sejak tanggal 10 November, Sabtu (15/11).
Wakil Rektor III Ubaya, Prof. Dr. apt. Christina Avanti mengapresiasi terhadap seluruh finalis yang telah berusaha terbaik dalam penelitian yang dilakukan. “Meneliti berarti punya keberanian, mampu mempresentasikan, memublikasikan, dan mendiseminasikan ilmu yang anda pelajari, kemenangan yang tidak bisa dimiliki oleh semua orang,” jelas Prof. Christina.
Lanjut Prof. Christina mengatakan Diikuti oleh 284 peserta dari 20 provinsi dan 2 Sekolah Indonesia Luar Negeri, OPSI 2025 memberikan penghargaan terhadap 50 tim Tingkat SMP/MTs/Sederajat dan 50 tim tingkat SMA/SMK/MA/MAK/.
“Terdapat 10 penghargaan khusus yang diberikan kepada 5 tim SMP/MTs/Sederajat dan 5 tim SMA/SMK/MA/MAK/Sederajat, sehingga total penghargaan yang diberikan berjumlah 100,” ucapnya.
Kepala Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas), Dr. Maria Veronica Irene Herdjiono, S.E., M.Si, mengukapkan bertapa pentingnya nilai kejujuran dalam proses penelitian yang dilakukan para peserta.
“Berbagai kesalahan dan kegagalan yang dihadapi dalam penelitian merupakan media penguatan karakter yang harus didukung penuh oleh sekolah, jadikan kegiatan ini sebagai sarana melatih mental, bukan memperlemah kondisi mental para siswa, karakter merupakan fondasi utama karena jawaban kebenaran hanya ada di dalam pemikiran dan hati mereka,” ujar Irene.
Sementara itu, Salah satu peraih medali emas Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) tingkat SMP/MTs/Sederajat, dari SMP Kesatuan Bangsa Yogyakarta, Calya Cetta Mecca dan Naura Shafa Zahira, meyampaikan proses penelitian mereka yang berjudul “Manipulasi Lewat Kata: Analisis Tindak Tutur Ilokusi Pelaku Cyber Grooming sebagai Bentuk Tindakan Preventif Kekerasan Seksual”.
“Penelitian dilatarbelakangi oleh kekuatiran atas kasus cyber grooming yang terus mengalami peningkatan, kami meneliti pola bahasa yang digunakan oleh pelaku cyber grooming sebagai informasi dasar dalam menentukan tindakan pencegahan kekerasan seksual terhadap remaja, selain e-book saat ini telah tersedia, kami berencana mencetak buku dalam bentuk fisik, melanjutkan publikasi, dan melakukan seminar-seminar,” imbuhnya. [ren.wwn]


