Oleh:
Sihabuddin
Penulis adalah Dosen Prodi Ilmu KomunikasiUniversitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta.
Warung Madura menjadi fenomena tersendiri dalam dunia jual beli di Indonesia.Warung ini begitu menjamur di kota-kota besar, bahkan di kampung-kampung yang berbatasan langsung dengan jalan raya juga banyak dijumpai warung Madura yang siap melayani pelanggannya selama 24 jam.
Keunikan warung ini mulai penyediaan bensin eceran yang berdiri paling mencolok di antara dagangan yang lain, token listrik, rokok yang berjajar rapi, beras, telurdan produk-produk yang seringkali dijual dalam ukuran saset atau satuan untuk memenuhi kebutuhan mendesak para pelanggannya.Tidak hanya itu, warung ini lebih hidup pada malam hari di saat warung dan toko yang lain sudah tutup, warung Madura tetap beroperasi melayani orang-orang yang bekerja pada malam hari dan orang-orang yang sedang terdesak akan kebutuhan. Keunikan lain dari warung ini adalah target pasarnya lebih ke menengah ke bawah jadi masyarakat bisa membeli dalam bentuk eceran.
Tampilan warung Madura memang tidak mewah seperti mini market lain yang lahannya sangat luas dengan tampilan modern seperti Indomaret, Alfamart, 7 Eleven, Circle K dan lain-lain yang bahkan dilengkapi dengan tempat parkir yang luas.Tampilan warung Madura seperti toko kelontong di kampung-kampung pada umumnya.Bedanya warung Madura lebih komplit daripada toko kelontong pada umumnya.Selain itu, kebanyakan warung Madura lahannya kontrak atau sewa kepada penduduk lokal, meski sudah ada yang lahannya milik sendiri.Sehingga sangat wajar jika tampilan warung Madura terlihat terlalu banyak barang bahkan ada yang terkesan kumuh.Namun itu semua tergantung penjaga warungnya banyak warung Madura meski terlalu sesak dengan barang namun tetap enak dilihat.
Meski warung Madura terlihat kecil, tapi soal penghasilan jauh dari kata kecil.Banyak pemilik warung di kampungnya (Mayoritas dari Sumenep dan Pamekasan) hidup sejahtera dengan rumah mewah dan kendaraan yang tidak kalah mewah.Omzet dari penjualan ada yang sampai 90 juta.Bahkan ada yang sampai bisa membangun rumah seharga dua miliyar, tentu pemilik warung ini tidak hanya memiliki satu atau dua warung saja tetapi mungkin sampai punya puluhan warung yang berhasil mendatangkan pundi-pundi kekayaan tiap harinya.Kekayaan pemilik warung Madura yang ditampilkan di kampung halaman membuat tergiur tetangga dan sanak saudara untuk bekerja di bidang yang sama. Maka tidak heran, jika semakin lama semakin menjamur warung Madura bahkan ada yang setiap gang berdiri warung Madura.Dengan ini, kehadiran warung Madura seperti menyaingi mini market yang sudah berdiri sebelumnya yang cabangnya ada di seluruh Indonesia.
Bagi pemilik warung Madura sangat mudah untuk mendapatkan pekerja/penjaga warung.Hal ini karena sistem kelola warung Madura sangat menguntungkan kedua belah pihak.Para penjaga warung tidak dijadikan karyawan tapi diajari untuk menjadi bos juga. Sehingga warung yang dijaga seperti halnya milik sendiri, penjaga warung yang kulakan, cari suplayer sendiri, bahkan menentukan harga sendiri, dan yang paling menguntungkan bagi penjaga warung Madura adalah sistem bagi hasil yang dibagi dua dengan nominal yang sama. Jika dalam satu bulan menghasilkan 10 juta maka antara pemilik warung dan penjaga warung sama-sama mendapatkan 5 juta.Penjaga warung boleh membuka warung sendiri jika sudah memiliki modal.Uniknya, banyak penjaga warung Madura yang tetap menjaga warung orang lain meskisudah memiliki warung sendiri yang dijaga orang lain. Namun, jika sudah punya warung sendiri dan dijaga sendiri tentu hasilnya tidak perlu dibagi lagi.Inilah yang membuat orang Madura rela merantau ke luar daerah berbulan-bulan tidak pulang karena hasil yang menjanjikan.
Karena sistem pelayanan 24 jam, maka penjaga warung tidak boleh hanya seorang diri.Harus terdiri dua orang biasanya suami istri, kalau masih bujang harus bawa teman dari kampung.Kalau suami istri, istri lebih banyak menjaga pada siang hari suami pada malam hari. Uniknya lagi, sistem jaga warung ini bisa diganti orang lain jika penjaganya ingin pulang kampung dalam waktu yang lumayan lama, penjaga sebelumnya biasanya mencari tetangga atau saudara yang mau menggantikan atas persetujuan pemilik modal, tentu dengan sistem penjualan dan sistem bagi hasil yang sama dengan penjaga sebelumnya. Apakah orang yang menggantikan akan mendapatkan hasil yang sama dengan sebelumnya? Ada yang sama, ada yang tidak. Tapi orang Madura selalu percaya “Pekerjaan boleh ditiru, tapi rizki tidak bisa ditiru.Semuanya sudah ada takaran dari Allah yang maha kuasa.Namun, harus tetap semangat bekerja karena rizki yang berupa materi tidak langsung turun dari langit”.
Itulah kenapa orang Madura benar-benar sungguh dalam bekerja, merantau jauh dari kampung halaman dan tidak mengenal gengsi bahkan rela sampai jaga warung 24 jam hanya untuk menjemput rizki. Etos kerja yang tinggi inilah yang bisa dicontoh di balik warung Madura yang ukuran tempatnya tidak seberapa. Selain itu ada nilai sosial yang begitu tinggi dalam sistem warung Madura, yaitu mempekerjakan dan mengajarkan orang-orang terdekat agar bisa mendapatkan penghasilan yang sama tanpa melihat ijazah dan latar belakang pekerjaan sebelumnya, yang penting mau usaha dan mau belajar. Orang Madura juga mengajari suku lain bahkan ada yang dari luar Madura yang menjaga warung Madura.Tidak hanya itu, hal lain yang perlu ditiru dalam sistem penjualan warung Madura yang mana antara pemilik modal dan penjaga warung derajatnya sama tidak antara sistem bos dan karyawan.
———— *** ————–


