Surabaya, Bhirawa
Dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) secara resmi mencabut surat pembekuan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FISIP, akibat kasus karangan bunga satire.
Sebelumnya Dekan FISIP Unair membekukan tiga mahasiswa pengurus BEM, tiga orang yang dibekukan meliputi ketua BEM, wakil ketua BEM dan menteri politik, Senin (28/10).
Dekan FISIP Unair Prof Bagong Suyanto menjelaskan, pembekuan dikarena sebelumnya aksi kritik BEM Fisip dengan mengunakan diksi yang dianggap tidak sesuai dengan kultur akademik.
“Apa yang disuarakan BEM Fisip menjadi hak mereka, itu bentuk menyuarakan aspirasi, sebagai dekan dan dekanat memastikan kepada BEM untuk tidak lupa marwah akademiknya,” jelasnya.
Lebih lanjut Prof Bagong mengatakan, Kami itu lebih pada posisi orang tua ya, untuk mengingatkan supaya kita itu tidak keluar dari koridor akademik. Pada waktu itu pihaknya tidak bisa langsung bertemu dengan BEM, karena libur. Mungkin saja kalau tidak hari libur bisa langsung bertemu, dan tidak pakai surat pembekuan.
Sementara itu, Presiden BEM FISIP Unair, Tuffahati Ullayyah Bachtiar menegaskan, karangan bunga yang kemarin memang bentuk ekspresi dari teman – teman, bentuk ekspresi dari teman – teman Kementerian Politik dan Kajian Strategis dan itu memang di bawah BEM Fisip
“Kami rasa ini berkat dukungan dari teman – teman semua BEM se-Unair, HIMA, PSO, BEM Fisip Surabaya, dan BEM Fisip Se-Indonesia yang terus mengeluarkan solidaritas, serta menguatkan teman-teman BEM Fisip harus tegap, harus kuat dan tetap berani ke depannya, serta harus mempertahankan nilai-nilai kekritisannya dengan tidak meninggalkan nilai-nilai akademis itu tadi,” tandas Tuffahati.
Presiden BEM FISIP Unair menambahkan, bertekat untuk tetap kritis, kami tetap tegak, dan kami tetap berani. “Karena hari ini aksi solidaritas, maka boleh monggo diteruskan ke teman-teman. Apabila teman-teman mau membuat lingkaran untuk mengkaji, silahkan” tuturnya. [ren.fen]