“Beri kami kesempatan bukan belas kasihan, keterbatasan kami bukan halangan untuk berkreas” itu adalah kata motivasi yang tertanam kepada para kawan-kawan disabilitas di Tiara Handicraf, dimana kekurangan tidak menghalangi untuk bisa berkarya dan meraih prestasi.
Oleh:
Rendy Agung Prakoso, Surabaya
Di salah satu sudut Kota Surabaya, terdapat rumah produksi yang tidak biasanya berdiri. Tiara Handicraf yang ada di Jl. Sidosermo Indah II No.5, Sidosermo, bukan sekedar tempat usaha biasa tetapi juga menjadi wadah mereka yang berkebutuhan khusus untuk mampu berkarya.
Dicetuskan seorang perempuan bernama Titik Winarti, Tiara Handicraf ia merupakan rumah kecil menegah yang bergerak di bidang dasar kain, bukan hanya berfokus ke bisnis saja tetapi juga misi sosial bagi penyadang disabilitas.
Berawal dari hobi 30 tahun yang lalu, cerita Titik, bukan dari keseriusan usaha, tetapi berjalanya waktu lama-lama ada yang minat teratarik dengan hasil karya buatannya.
Awal-awal berkarir mengunakan tenaga kerja karang taruna dan ibu PKK, setelah berjalan 5 tahun mulai dengan teman-teman disabilitas, dikarena dulu dekat dengan forum-forum disabilitas yang mana mereka sulit mendapatkan pekerjaan, tapi saat mereka mendapatkan kesempatan mereka mengajak teman-teman yang lain sampai akhirnya full perkejaan disabilitas yang lain.
Setelah banyaknya Kawan-kawan disabilitas yang datang akhirnya merevisi niat untuk memberikan kesempatan ke teman-teman difabel, diceritakan selain dari kelompok juga mengajak orang tua yang memiliki anak disabilitas, kehadiran mereka memiliki harapan serta bukan beban mereka masik layak dan dilayakan, karena berkerja, pendidikan dan mengatarkan kawan-kawan disbilitas ke jalan layak yang benar.
Kisah di atas dari seorang Perempuan paruh baya mengawasi pekerjaan dari teman-teman difabel, terkadang butuh waktu sejenak untuk memastikan hasil kerja cukukp baik, jika kurang baik langsung diberitahu untuk melakukan perbaikan, sangat sabar hingga pekerja dipastikan benar paham apa yang perlu diperbaiki, Perempuan itu ialah Titik Winarti, Pencetus serta fonder Tiara Handicraf.
Titik menceritakan bahwa orientasi disabilitas biasanya kasihan, perlu banyak pertolongan dan melihat sebelah mata, tapi sebenarnya memiliki kemampuan selama diberikan kesempatan, mereka patut diperjuangan dan patut diberikan kesempatan yang sama.
“Tantangan terbesar Ketika orang secara umum melihat kaum disabilitas mereka tidak bisa kerja, sebenarnya mereka memiliki hak dan perjuangan hidup sama kesempatan yang sama, jika itu diberikan kita akan ketemu mereka yang berjuang, berupaya bukan yang terlena dengan belas kasihan,” jelasnya.
Lanjut sekarang total pegawai yang berkerja ada 10, kita juga menerima teman-teman magang untuk berkolaborasi, seperti dari SMK yang mempunyai jurusan menjahit, bagi teman-teman difabel selama mampu dan berani mengalakan kemalasan kita terima.
“Kami terima kawan-kawan disablitas semua tapi ada beberapa Kategori biasanya seperti fisik, mental, untuk Tunanetra saat ini tidak bisa, biasanya dari tunarungu tunawicara bisa, mental yang membutuhkan pendapingan, untuk pendapingan disini pendampingan bukan sediri tapi kelompok jadi mandiri,” tutur Titik.
Ia menambahkan semua yang berkerja disini terutama disabilitas semua dari nol, mereka disini belajar jadi dari berkerja memperjuangan diri mereka sendiri, karena membuat bertahan hanya diri mereka sendiri.
“Pasar kami sudah sampai Virginia, Belanda, biasanya di luar negeri castamer disana melihat dari kemapuan, hasil karya mereka tidak melihat dari kasihan jadi benar-benar menghargai keterampilan, serta kelayakan karyanya,” pungkasnya.
Titik Winarti tidak berkerja sendiri beliau juga di bantu putranya sebagai Creative Director, Ade Rizal Winanda untuk membimbing dan mengarakan teman-teman disabilitas. Yang mana perlu kesabaran yang ekstra untuk komunikasi, mengajarkan, merubah Mindset setiap Kawan difabel.
Rizal mengatakan kesusahan membimbing kawan-kawan disabilitas ialah bagaimana mengatasi mentalitas mereka, yang terbiasa Ketika harus dibantu, diutamakan. Sebenarnya kaum difabel adalah manusia memiliki potensi mereka mempunyai kesempatan yang sama. “kepercayaan diri itu harus jadi tantangan, karena setiap individu memilki tantangan berbeda dan cerita serta latar belakang berbeda, tapi semua harus ada satu kekuatan mental untuk memotivasi ke inginan berkerja untuk mereka sendiri, nantinya secara tidak langsung merubah pola pikir dan melakukan dengan mengahadapi permasalahan sendiri,” ceritanya.
Total sejak 1995, Tiara Handicraf regenerasi terus, selama ini kurang lebih 700 alumni yang perna belajar maupun berkerja disini, tambah Rizal selain produksi bordir, sablon dan jahit mereka di ajarkan yang lain seperti marketing, teknisi mesin, mengolah usaha dan lainya.
“Dulu perna ada cerita mereka melamar ke perusahaan tidak diterima tapi setelah menujukan skill keterampilan disini Perusahaan tersebut akhirnya melirik dan akhirnya berkerja di tempat lebiih biak di industry tersebut,” kata Rizal.
Rizal berharap dari ini semua adalah gol utamanya menciptakan atau membentuk para wirausaha, dari sini banyak alumni mereka sudah berwirausaha membuat usaha sendiri independent dengan menyerap tenaga tenaga kerja di wilaya masing-masing, perkerja regular maupun disabilitas dan berbagai bidang perkejaaan.
“Banyak dari mereka kita masih berkoneksi, semisal mereka ada suatu kendala usaha biasanya konsultasi, biasanya tempat mereka kita bisa bantu memberi solusi permasalahanya, seperti dari desain, system, jaringan dan lainya sebagainya,” imbuhnya.
Salah satu karyawan magang, Aril dari SMKN 8 Surabaya yang memilki keterbatasn fisik di tanganya menceritakan pengalamanya saat berkeja dimana sangat enjoy senang karena diajari banyak hal di Tiara Handicraf.
“Saya disini diajari menjahit mengunakan mesin, serta pengalaman membuat produk-produk keterampilan, di bimbing dengan baik sampai saya bisa,” ucapnya. [ren.gat]


