Bojonegoro, Bhirawa
Realisasi tanam tembakau di Kabupaten Bojonegoro belum mampu memenuhi target yang ditetapkan tahun 2025 ini. Dari target 15.958 hektare, realisasi tanam tercatat 14.164 hektare. Adapun realisasi panen mencapai 12.041 hektare. Sementara itu, ada 1.794 hektare lahan yang gagal tanam atau tidak ditanami.
Pengawas Mutu Hasil Pertanian Ahli Muda Subkor Tanaman Perkebunan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bojonegoro, Bambang Wahyudi, mengatakan kondisi cuaca yang tidak menentu turut memengaruhi keberhasilan petani. “Luas gagal tanam dan tidak jadi tanam mencapai 1.794 hektare,” ujarnya, kemarin (25/11).
Untuk mengatasi persoalan tersebut, Dinas Pertanian terus berupaya meningkatkan kemampuan petani melalui pendampingan dan pelatihan pengelolaan lahan, terutama pada musim kemarau basah. Salah satu teknik yang dikenalkan adalah penggunaan gulutan tinggi agar tanaman lebih tahan terhadap kondisi kelembapan.
Di samping itu, pemerintah daerah menyalurkan bantuan benih tembakau kepada kelompok tani. Tercatat ada 45 kelompok tani, masing-masing beranggotakan 10 hingga 25 orang. Setiap hektare lahan mendapat jatah benih tembakau sebanyak 7 hingga 10 gram.
Sementara itu, harga tembakau rajangan kering menunjukkan angka menggembirakan. Di Kecamatan Kepohbaru dan Sugihwaras, harga tertinggi mencapai Rp55.000 per kilogram, memberikan harapan bagi petani untuk meningkatkan pendapatan pada musim panen tahun ini.[bas.ca]