Tanaman Tembakau di utara Brantas di Kabupaten Jombang. Foto: arif yulianto/bhirawa.
Jombang, Bhirawa
Petani Tembakau di wilayah utara Sungai Brantas di Kabupaten Jombang ‘ketar ketir’. Pasalnya beberapa hari terakhir ini cuaca mendung. Padahal, untuk menghasilkan kualitas Tembakau rajangan yang bagus, diperlukan cuaca yang panas dengan sinar matahari yang cukup.
Bahkan, pada Senin (09/09) kemarin, beberapa wilayah di Kabupaten Jombang diguyur hujan. Sementara di utara Brantas seperti di daerah Ploso, terjadi gerimis.
Sekadar diketahui, pada bulan September 2024 ini, mayoritas petani Tembakau di utara Brantas di Jombang sedang panen raya. Dan musim panen Tembakau ini diperkirakan terjadi hingga bulan Oktober 2024.
“Kemarin sore ada gerimis. Cuaca seperti ini redup, mungkin rajangan juga kurang bagus. Nanti bisa 3 hari jemurnya. Kalau sudah 3 hari, kualitas Tembakau juga kurang bagus,” ungkap Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Jombang, Lasiman, Selasa (10/09).
Untuk harga, Lasiman menuturkan, meski lebih murah daripada tahun lalu, namun harga Tembakau tahun ini juga tidak terlalu murah.
Lasiman menjelaskan harga daun Tembakau basah pada tahun lalu seharga 6 hingga 8 Ribu Rupiah per Kilogram. Namun saat ini, berkisar pada harga 5 hingga 6 Ribu Rupiah untuk 1 Kilogram daun Tembakau basah.
“Sekarang yang rajangan yang pakai gula antara 37 Ribu sampai 43 Ribu. Cuma yang 43 Ribu itu jarang. Yang banyak 37 Ribu sampai 40 Ribu. Yang non gula 49 Ribu sampai 55 Ribu. Cuma yang 55 ribu juga jarang, mungkin ya 49 Ribu, 50 Ribu,” ulas Lasiman merinci.
“Jadi harga sekarang tidak terlalu murah juga. Cuma permintaan pabrikan tahun ini beda. Yang gula minim. Yang banyak permintaan non gula,” tutur Lasiman.
Lebih lanjut Lasiman menuturkan, faktor cuaca sangat berpengaruh pada pengolahan hasil panen Tembakau.
“Kalau kendala sih saya kira semuanya tergantung cuaca. Kalau cuaca seperti ini (mendung), ya petani, pengrajang, mungkin (berdampak pada) kualitas. Dan pekerjaan tambah,” tutur Lasiman lagi.(rif)