Surabaya, Bhirawa
Aktifis pendidikan sekaligus artis ibu kota Cinta Laura Kiehl berkesempatan menjadi pembicaraan utama dalam talkshow Orientation Week (O-Week) Universitas Ciputra (UC) Surabaya. Mengusung tema Luminate: Igniting Dreams, Creating Legacies, Cinta mengajak seluruh mahasiswa baru (maba) UC Surabaya akan pentingnya empati dan kepedulian terhadap permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia.
“Banyak dari mahasiswa di sini sangat beruntung karena bisa kuliah di UC dengan fasilitas dan kesempatan luar biasa. Tapi kita jangan lupa, hidup kita tidak merepresentasikan kehidupan masyarakat Indonesia secara umum. Sebagai calon entrepreneur, mindset dan karakter itu penting supaya bisnis yang dibangun bisa membawa dampak, bukan hanya profit,” kata Cinta, Senin (25/8).
Perempuan kelahiran Quakenbrück, Jerman 1993 ini, bahkan menekankan adanya jurang kesenjangan sosial dan ekonomi yang kian melebar. Persoalan ini seharusnya menjadi keresahan bagi generasi muda. Menurutnya, bisnis yang lahir dari keresahan sosial justru berpotensi menjadi solusi nyata bagi bangsa.
“Kalau bisnis hanya membuat yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin, apa gunanya? Impact is everything, dan itu dimulai dari anak muda. Saya harap mahasiswa UC bisa menjadi future leaders yang membawa ide dan solusi untuk negeri ini,” pesan dia.
Sementara itu, Wakil Rektor 3 UC bidang Student Affairs, Employability, and Industry Collaboration, Dr. Trianggoro Wiradinata, menambahkan sejak berdiri pada 2006, O-Week UC memang dirancang untuk menanamkan semangat kewirausahaan sejak dini.
“Mahasiswa baru diajarkan membuat ide, menguji pasar, hingga merasakan langsung bagaimana produk mereka diterima atau ditolak oleh konsumen. Itulah pengalaman awal yang membentuk karakter entrepreneur,” jelasnya.
Selama O-Week UC, Trianggono juga mengungkapkan para maba juga dikenalkan akan pentinya penggunaan Artificial Intelligence (AI) atau Genertif Intelligence dengan bijak.
Ia menyebut perkembangan AI sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1950an. Di masa ini, memang tak banyak orang yang faham akan teknologi tersebut. Saat ini AI berkembang menjadi generatife Intelligence yang dipahami sebagai tools dan teknologi. Artinya, penggunaan AI seharusnya dimaknai untuk mempercepat pekerjaan agar lebih eror free.
“Misalnya mereka presentasi. Katakan penyusunan konsep itu dari mereka. Lalu bagaimana cara menyunsunnya bagaimana cara menyajikannya ini bisa menggunakan AI. Atau juga AI bisa digunakan sebagai uji costumer produk yang akan mereka kenalkan sehingga fungsi AI nanti sebagai validator data,” tutur Trianggono.
Ditambahkan Head of Student Affairs UC, Novi Rosita, inovasi O-Week 2025 mengusung dua isu besar, yakni kepedulian lingkungan dan pemanfaatan teknologi. Tahun ini, panitia fokus pada gerakan pemilahan sampah hingga penerapan konsep zero waste.
“Dalam satu hari kegiatan, total sampah yang berhasil dipilah mencapai lebih dari 103,8 kilogram. Selain itu, konsumsi untuk mahasiswa juga didesain tanpa plastik sekali pakai. Kami juga bekerja sama dengan komunitas untuk menyalurkan makanan berlebih agar tidak terbuang,” jelasnya.
Selain isu lingkungan, UC juga membekali mahasiswa baru dengan literasi teknologi melalui berbagai workshop, salah satunya tentang pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) secara bertanggung jawab dalam pengerjaan proyek.
“Kami ingin mahasiswa tidak hanya belajar teori, tapi juga praktik. Mereka diajak merancang ide, menguji pasar, dan belajar dari umpan balik nyata. Itulah experiential learning yang membentuk karakter entrepreneur sejati,” tambah Novi.
Dengan kolaborasi antara inspirasi dari tokoh publik seperti Cinta Laura, semangat kewirausahaan dari UC, serta praktik nyata melalui program O-Week, diharapkan mahasiswa baru UC 2025 mampu menyalakan mimpi sekaligus menciptakan warisan yang berdampak luas bagi masyarakat. [ina.wwn]