Kewaspadaan terhadap cacar monyet (monkey-pox), menyebabkan satu unit Sekolah Dasar (SD) di Situbondo, Jawa Timur, melakukan pembelajaran secara daring. Walau konon, ternyata cacar air, yang cepat mewabah, menjangkiti murid dan guru. Sejak pertengahan Agustus tahun (2024) ini, WHO (World Health Organsation, Badan Kesehatan dunia), mewaspadai cacar monyet. Namun tidak perlu panik menghadapi monkey-pox, karena tidak mudah menular. Serta bisa dihindari, dan telah terdapat obat anti-virus.
Berbagai macam obat anti-virus, biasa digunakan untuk menangani cacar monyet. Antara lain Tecovirimat atau TPOXX. Obat ini bekerja dengan menghambat virus monkeypox berkembang biak dan menyebar ke orang lain. Selain itu biasa pula digunakan obat anti-virus lainnya (cidofovir, dan brincidofovir). Diberikan sebagai tambahan resep obat pereda nyeri sendi, dan demam. Biasanya juga diberikan tambahan obat gatal.
WHO telah meningkatkan status monkeypox menjadi Public Health Emergency of International Concern (darurat kesehatan global) pada 14 Agustus 2024. Telah menyebar di 89 negara. Walau sebenarnya telah masuk di Jakarta, sejak Agustus 2022, telah ditemukan satu kasus oleh seseorang yang baru datang dari negara yang terwabah. Status kedaruratan tersebut disebabkan munculnya varian baru clade 1B yang memiliki fatalitas lebih tinggi. Tetapi di Indonesia belum ditemukan.
Kementerian Kesehatan telah memeriksa (dan meng-karantina) seksama kasus penyintas. Serta ke-siaga-an di bandara pada setiap kedatangan luar negeri, melalui radar suhu, dan CCTV. Tetapi tidak perlu panik, karena virus monkeypox tidak mudah menular. Dibutuhkan kontak langsung, dan intensif terhadap penyintas. Tanda, dan gejalanya sangat jelas, mirip cacar pada umumnya. Seperti ruam di wajah, sekujur tubuh, dan bisa muncul di bagian tangan. Juga di organ vital laki-laki.
Cacar monyet mudah dikenali, dan bisa segera ditangani tenaga kesehatan. Sekaligus dihindari kontak langsung. Serta tetap melaksanakan prinsip hidup sehat dan bersih (sering mandi, dan mencuci tangan). Bedanya, cacar monyet atau monkeypox disertai dengan pembengkakan kelenjar getah bening yang biasanya terjadi di selangkangan, atau di rahang bawah dan leher. Masyarakat tidak perlu panik, karena virus monkeypox tidak mudah menular. Dibutuhkan kontak langsung, dan intensif terhadap penyintas. Tanda, dan gejalanya mirip cacar pada umumnya.
Cacar monyet disebabkan infeksi virus, diawali dengan sakit rasa nyeri otot, sakit punggung, badan lemas, dan kelenjar betah getah bening (di Jawa biasa disebut gondok). Biasanya akan sembuh tanpa pengobatan, dalam waktu sekitar 2-4 pekan. Tetapi bisa menjadi parah terhadap penderita penyakit kronis, dan yang belum pernah diberi vaksin cacar. Mengutip Cleveland Clinic, cara mengobati cacar monyet, diantaranya dengan memperbanyak minum air putih selama proses pemulihan.
Beberapa perilaku menyebabkan potensi tertular Monkey-pox lebih besar. Antara lain Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL) atau gay, dan biseksual. Juga kontak fisik langsung dengan penderita cacar monyet dalam dua minggu terakhir. Namun pemerintah, sudah menyediakan vaksin cacar monyet. Serta akan mendatangkan 1.600 dosis vaksin Mpox dari Denmark. Pada suasana wabah (KLB) kewajiban pemerintah (juga berpengalaman) menyediakan obat, dan vaksin menangkal penyakit.
Tercantum dalam UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Pada pasal 153, dinyatakan, “Pemerintah menjamin ketersediaan bahan imunisasi yang aman, bermutu, efektif, terjangkau, dan merata … untuk pengendalian penyakit menular ….” Pemerintah telah berpengalaman menangani penyebaran penyakit virus (pandemi CoViD-19). Saat ini dipastikan kasus cacar monyet tidak bertambah (tetap 88 kasus), telah ditangani sangat baik,dan telah sembuh.
——— 000 ———