Surabaya, Bhirawa
Ekonomi Jatim di tahun 2025 akan tumbuh positif di kisaran 4,8 persen – 5,6 persen (year on year/yoy), dengan inflasi yang terkendali di rentang 2,5±1 persen.
Hal ini diungkapkan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Timur (BI KPw Jatim) dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) Jatim yang digelar bersamaan dengan PTBI nasional, Jumat (29/11) kemarin.
“Ada beberapa faktor yang mendukung prediksi itu. Antara lain berlanjutnya PSN (Proyek Strategis Nasional-red), digitalisasi system pembayaran melalui implementasi QRIS Tuntas dan antar negara termasuk implementasi LCT (Local Currency Settlement),” terang Deputi Kepala KPw BI Jatim, M Noor Nugroho, Minggu (1/12).
Noor Nugroho menambahkan ada penguatan ekonomi mitra dagang utama Jatim, penguatan RIRU-IRU-GIRU, serta sinergi berbagai pihak dalam memperkuat promosi investasi dan perdagangan, peluang swasembada pangan dan hilirisasi, serta penguatan green dan blue economy dengan dukungan Jatim sebagai lumbung pangan Nusantara.
“Sinergi sebagai kunci untuk prospek kinerja ekonomi Indonesia dalam memperkuat stabilitas dan transformasi ekonomi nasional termasuk di Jatim,” jelasnya.
Sinergi kebijakan perlu terus diperkuat untuk menghadapi berbagai tantangan yang semakin kompleks ke depan dan mempercepat transformasi ekonomi nasional agar perekonomian tumbuh lebih kuat.
“Dalam kaitan itu, sinergi bauran kebijakan meliputi lima area penting. Pertama, stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” papar Noor Nugroho.
Kedua, pertumbuhan domestik melalui peningkatan konsumsi dan investasi. Ketiga, peningkatan produktivitas dan kapasitas ekonomi nasional. Keempat, pendalaman keuangan untuk pembiayaan perekonomian, dan kelima, digitalisasi sistem pembayaran dan ekonomi keuangan digital nasional.
Untuk mewujudkan pasar uang dan pasar valas (PUVA) yang modern dan maju serta mendukung pembiayaan ekonomi nasional, dalam PTBI 2024, BI juga meluncurkan Blueprint Pendalaman Pasar Uang dan Pasar Valas (BPPU) 2025-2030.
“Bauran kebijakan BI pada 2025 akan terus diarahkan untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dalam sinergi erat dengan kebijakan ekonomi nasional,” ujarnya.
Kebijakan moneter BI pada 2025 akan tetap difokuskan pada stabilitas dengan terus mencermati ruang untuk mendorong pertumbuhan (pro-stability and growth).
Sementara itu, keempat kebijakan Bank Indonesia lainnya yaitu kebijakan makroprudensial, kebijakan sistem pembayaran, kebijakan pendalaman pasar keuangan, dan kebijakan ekonomi keuangan inklusif dan hijau akan terus diarahkan untuk dan sebagai bagian dari upaya bersama dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional (pro-growth).
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam sambutan di PTBI 2024 nasional yang disiarkan secara online dalam kesempatan yang sama, menyampaikan optimisme BI bahwa perekonomian Indonesia kedepan akan semakin baik.
“Namun dengan tetap mewaspadai sejumlah tantangan-tantangan global yang meningkat. BI memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 tetap kuat pada kisaran 4,8 persen – 5,6 persen, dan akan terus meningkat menjadi 4,9 persen – 5,7 persen pada 2026 didukung oleh konsumsi swasta, investasi, dan kinerja ekspor yang cukup baik,” beber Perry.
Inflasi akan tetap terkendali dalam rentang sasaran 2,5±1 persen pada 2025 dan 2026 didukung konsistensi kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Stabilitas eksternal dan sistem keuangan tetap terjaga, disertai digitalisasi yang terus berkembang pesat. Kedepan, lima tantangan global perlu terus dicermati dan diantisipasi yakni perlambatan dan divergensi pertumbuhan ekonomi global, penurunan inflasi dunia yang lambat, suku bunga negara maju yang masih akan bertahan tinggi, kuatnya mata uang dolar AS, serta pelarian modal dari emerging markets ke negara maju.
BI juga akan terus menempuh transformasi kelembagaan secara menyeluruh untuk membangun lembaga bank sentral yang kredibel, profesional, bertata kelola kuat dan transparan.
“BI juga akan terus memperkuat perannya sebagai pelopor dan penggerak ekonomi dan keuangan syariah sebagai sumber baru pertumbuhan ekonomi nasional,” tandas Perry.
Dalam PTBI 2024 juga dirangkaikan dengan penganugerahan BI Award 2024, sebuah penghargaan dan apresiasi BI sebagai otoritas moneter, sistem keuangan, dan sistem pembayaran kepada 51 mitra strategis.
Penghargaan antara lain diberikan kepada lembaga keuangan, Penyedia Jasa Pembayaran (PJP), Penyelenggara Jasa Pengelolaan Uang Rupiah (PJPUR), korporasi dan pelaku usaha termasuk UMKM, serta individu yang berkontribusi signifikan di empat area, yaitu stabilitas moneter dan sistem keuangan, sistem pembayaran, pengembangan UMKM dan ekonomi keuangan syariah, serta pendukung kebijakan BI.
Penghargaan juga mecerminkan jalinan sinergi antara BI dan para mitra strategis, bersama-sama Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dalam memperkuat ketahanan dan kebangkitan ekonomi nasional.
PTBI merupakan forum strategis yang diselenggarakan rutin setiap akhir tahun untuk menyampaikan pandangan BI mengenai kondisi perekonomian terkini, tantangan, prospek, dan arah bauran kebijakan Bank Indonesia, serta memperoleh arahan dari Presiden RI.
PTBI 2024 dihadiri oleh Presiden RI, Prabowo Subianto, Pimpinan dan Anggota MPR, DPR dan DPD RI, Pimpinan Lembaga Negara, Duta Besar negara sahabat, Menteri Kabinet Merah Putih, Ketua OJK dan LPS, dan lembaga terkait lainnya, Kepala Daerah, pimpinan perbankan dan korporasi, akademisi, pemimpin media masa nasional, serta perwakilan sejumlah lembaga internasional.
“Mari bersama semua unsur di semua bidang dengan semua keahilan, kita harus bekerja dalam satu kesatuan. Kita yakin kita akan mencapai apa yang kita citacitakan,” arahan Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia, dalam PTBI 2024 yang mengusung tema Sinergi Memperkuat Stabilitas dan Transformasi Ekonomi Nasional. [riq.gat]