Jangan salahkan pahamku kini tertuju.. oh
Siapa yang tahu
Siapa yang mau
Kau di sana
Aku di seberangmu
Cerita kita sulit dicerna
Tak lagi sama
Cara berdoa
Cerita kita sulit diterka
Tak lagi sama
Arah kiblatnya oh ….
Penggalan syair lagu berjudul Mangu yang dibawakan grup musik Fourtwnty di atas bisa jadi masih sering terdengar di ruang-ruang publik. Lagu ini juga pernah sering viral atau for your page (fyp) di platform media sosial tiktok dan media sosial lainnya. Lagu ini menceritakan kegalauan karena hubungan yang terhalang oleh perbedaan agama/keyakinan yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan cara berdoa dan arah kiblatnya.
Kalau syair lagu Mangu menggambarkan hubungan yang diwarnai perbedaan cara berdoa dan berbeda arah kiblatnya karena perbedaan agama/keyakinan, maka lain halnya dengan pengalaman yang dialami Almira (19) mahasiswi komunikasi Universitas Airlangga (Unair) Surabaya ini. Mahasiswa semester 3 ini mengaku mengalami perbedaan arah kiblat dengan temannya saat ibadah padahal agamanya sama, lho kok bisa?
Ketika Bhirawa mencoba mengulik kejadian yang dialami Almira sehingga harus berbeda arah kiblatnya, Almira pun menuturkannya sambil menahan tawa.
“Peristiwa ini terjadi ketika saya dan teman saya Dinda Pitaloka ada kegiatan ke Cikarang, Bekasi,” tutur Almira saat ngobrol dengan Bhirawa di Kampus Unair, Rabu (17/9).
“Kami berangkat dari Surabaya sore hari dan sampai Cikarang sudah tengah malam,” tambah Almira lagi.
Setelah sampai hotel, Almira dan Dinda pun bermaksud membersihkan badan dan menjalankan sholat Isya. Selesai membersihan badan, Almira pun berniat sholat. Setelah mencari kesana-kemari ternyata di kamar tidak ada petunjuk kemana arah klibat untuk sholat.
Berhubung sudah merasa ngantuk dan lelah, akhirnya Almira pun memutuskan untuk memilih arah kiblat yang sesuai keyakinan hatinya. Sementara Dinda gantian yang masuk kamar mandi. Selesai Sholat Isya’ empat rekaat, Almira melipat mukena dan bermaksud tidur. Sesaat kemudian Dinda pun keluar dari kamar mandi dan berniat melakukan sholat Isya juga.
“Arah kiblat kemana ya?” tanya Dinda pada Almira yng sudah bersiap tidur.
“Di kamar gak ada petunjuk kiblat, terserah keyakinanmu aja,” jawab Almira sambil merapikan selimut hendak tidur tanpa melihat ke arah Dinda. Kemudian pelan terdengar Dinda mengucapkan takbir Allahu Akbar tanda Dinda memulai sholatnya.
Secara refleks Almira pun menoleh ke arah Dinda yang sedang Sholat. Alangkah kagetnya Almira, ketika melihat arah kiblat Dinda saat sembahyang berbeda dengan dirinya bahkan berbeda 180 derajat alias bertolak belakang.
“Karena Dinda sudah terlanjur mulai Sholat, saya pun membiarkan Dinda menyelesaikan sholatnya,” tutur Almira sambil menahan tawa. Selanjutnya setelah Dinda mengucap salam tanda sholat sudah selesai, Almira pun memberi tahu kalau arah kiblatnya bertolak belakang dengan arah kiblat yang dipilih Dinda.
“Serius ?” tanya Dinda tak percaya. Lantas mereka berduapun tertawa bersama.
Karena penasaran dengan arah kiblat yang benar lanjut Almira, mereka berdua pun akhirnya turun ke Lobby untuk bertanya ke bagian resepsionis arah kiblat yang benar. Ternyata berdasar penjelasan petugas hotel, arah kiblat yang dipakai Almira dan Dinda salah semua.
“Akhirnya setelah tahu arah kiblat yang benar, kami berdua pun sholat lagi dengan berpedoman pada arah kiblat yang benar,” tutur Almira dengan tersenyum sambil menahan tawa.
Menurut Almira, peristiwa itu terjadi beberapa bulan lalu sebelum dirinya menggunakan aplikasi mobile banking dari BCA Syariah (Bsya).
“Dengan menggunakan aplikasi ini, saya tidak bingung lagi kalau ingin sholat di saat sedang bepergian karena di aplikasi Bsya ada fitur arah kiblat dan waktu Shalat,” jelas Almira. Alasan memilih menjadi nasabah BCA Syariah menurut Almira sederhana saja, yakni BCA itu bank yang sudah teruji oleh sejarah dan tetap eksis dalam menghadapi berbagai kondisi ekonomi.
“Kenapa kok BCA Syariah, karena sebagai muslimah saya merasa lebih nyaman ketika melakukan transaksi menggunakan prinsip prinsip syariah,” kata Almira. Dan ternyata, lanjut Almira, dalam aplikasi BSya ada fitur yang mendukung untuk aktivitas ibadah yakni ada fitur petunjuk arah kiblat dan juga waktu sholat.
“Lebih praktis lagi, untuk bisa mengakses fitur arah kiblat dan waktu sholat tidak perlu login ke aplikasi Bsya,” jelas Almira. Sebelum memiliki Aplikasi Bsya tutur Almira, kalau ingin tahu waktu Sholat biasanya cari di google dulu.
“Sekarang cukup liat di HP sudah tahu waktu sholat dan sekaligus kemana arah kiblatnya,” jelas Almira. Keberadaan BSya tegas Almira, benar-benar menjadi teman perjalanan dan bepergian yang baik dan membuat hidup semakin penuh berkah.
Pengalaman mengesankan saat menggunakan aplikasi Bsya juga dirasakann oleh Moch Rasyid mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Menurut mahasiswa asal Gresik yang kost di Wonocolo Surabaya ini, sebelum menggunakan aplikasi BSya, dirinya juga sudah menggunakan aplikasi dari BCA Syariah versi lama yakni aplikasi BCA Syariah mobile
“Aplikasi BSya dibanding aplikasi BCA Syariah mobile memang lebih lengkap dan dekat dengan gaya dan kehidupan anak muda,” jelas Rasyid saat bertemu Bhirawa di Kampus UINSA Jalan Ahmad Yani Surabaya, Selasa (16/9). Manfaat yang paling dirasakan lanjut Rasyid adalah tambahan fitur e-walllet yang ada di BSya
“Layanan e-wallet BSya sangat lengkap mulai dari gopay, Ovo, Dana hingga Shopeepay dan lainnya,” tambah Rasyid. Keberadaan e-wallet tersebut sangat mendukung gaya hidup anak muda seperti dirinya yang serba digital.
“Dulu sebelum punya aplikasi Bsya kalau minta uang selalu cash. Nah kadang kalau lupa minta uang, jadi repot. Sekarang setiap saat bisa minta uang ke ayah lewat e-wallet,” tutur Rasyid sumringah. Namun demikian lanjut Rasyid, sampai saat ini di telepon selular (ponsel) nya masih terpasang dua aplikasi dari BCA Syariah, yakni aplikasi BCA Syariah Mobile dan BSya.
“Keduanya masih sama-sama dibutuhkan, karena ada beberapa data yang belum disatukan. Harapannya kedua aplikasi segera disatukan agar nasabah juga tidak perlu memasang dua aplikasi di gawainya,” kata Rasyid memberi masukan.
Kepala Cabang BCA Syariah KC Surabaya Chandra Winata dalam sebuah kesempatan mengatakan generasi milenial dan Gen Z yang kini mendominasi pengguna digital membutuhkan layanan keuangan yang cepat, serba instan, namun tetap relevan dengan identitas spiritual mereka. BSya menjawab kebutuhan itu dengan menyatukan aspek teknologi dan nilai syariah.
“Dengan BSya, masyarakat bisa langsung mempraktikkan gaya hidup modern dan seimbang dengan mudah, mulai dari menabung, berinvestasi emas, setoran haji, sekaligus berzakat dalam satu aplikasi,” Chandra Winata.
Dengan tagline “BSya Menemani Langkah Penuh Berkah”, aplikasi ini menjelma lebih dari sekadar layanan perbankan. Ia hadir sebagai sahabat digital generasi modern-memudahkan finansial, memperkuat spiritual, dan memberi rasa tenang bahwa setiap langkah perjalanan selalu penuh makna.
Asal tahu saja, aplikasi mobile banking BSya sudah memiliki fitur lengkap. Aplikasi tersebut memungkinkan pengguna untuk melakukan top-up ke berbagai e-wallet dan kartu Flazz. Integrasi tersebut diharapkan dapat mempermudah transaksi sehari-hari yang kian mengandalkan e-wallet.
Melalui rilis yang diterima redaksi Bhirawa, Direktur BCA Syariah, Ina Widjaja mengungkapkan bahwa aplikasi digital BSya by BCA Syariah dirancang untuk menjadi teman terpercaya tidak hanya untuk layanan finansial.
“Berbagai fitur telah diperkaya, memungkinkan pengguna untuk membuka rekening secara daring, melakukan pembayaran via QRIS di semua merchant, menunaikan zakat dan kurban, hingga melakukan setoran haji serta mengakses pembiayaan emas iB,”ujarnya.
Dirinya juga menambahkan, inovasi pada BSya bertujuan tidak hanya menyederhanakan transaksi finansial, tetapi juga mendukung pemenuhan kebutuhan ibadah nasabah.
“Menemani langkah menggambarkan kedekatan dan keandalan, sedangkan penuh berkah merefleksikan harapan agar setiap perjalanan hidup membawa manfaat dan keberkahan,” jelas Ina Widjaya melalui rilisnya. Bahwa inovasi yang dilakukan tersebut sebagai bukti BCA Syariah merespon pertumbuhan transaksi digital dan tuntutan masyarakat akan kemudahan transaksi yang fleksibel, efisien dan nyaman.
“Mobile banking BSya tidak hanya sekedar aplikasi digital yang menawarkan beragam kemudahan transksi tetapi juga menjadi teman terpercaya yang mendampingi setiap langkah finansial nasabah, dengan harapan dapat membawa kebaikan serta manfaat dalam perjalanan hidup mereka,” ujar Ina Widjaya lagi.
Melalui BSya tegas Ina Widjaya, diharapkan bisa menarik lebih banyak nasabah baru dan memperluas adopsi layanan digital sebagai fondasi untuk ekspansi produk keuangan lainnya ke depan.
Dikonfirmasi terpisah, Dosen ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Prof Dr Sri Herianingrum menilai layanan e-wallet mendorong transaksi digital yang efisien dan mengubah perilaku konsumen, namun perlu diimbangi dengan literasi keuangan dan kesadaran akan potensi perilaku konsumtif.
“Manfaat e-wallet meliputi kemudahan, kecepatan, dan fitur promosi yang dipersonalisasi, sementara tantangannya adalah potensi peningkatan perilaku konsumtif akibat kemudahan transaksi dan faktor-faktor keamanan digital,” kata Prof Sri Herianingrum di Kampus Unair Surabaya, Senin (15/9).
Menurut guru besar yang aktif meneliti ekonomi digital ini, meningkatnya transaksi di berbagai saluran belanja daring, seperti e-commerce, e- marketplace, dan online web store, mempercepat perluasan adopsi e-wallet di Indonesia.
“Masyarakat memilih pembayaran dengan e-wallet karena lebih mudah, lebih aman, dan adanya fasilitas tambahan yang diberikan oleh penyedia layanan e-wallet, seperti potongan harga, voucher belanja, dan subsidi ongkos kirim,” jelasya lagi.
Percepatan adopsi e-wallet juga didukung oleh jumlah penyedia layanan e-wallet di Indonesia yang mencapai lebih dari 50 operator yang telah mendapatkan regulasi dari Bank Indonesia pada tahun 2020. Sejumlah e-wallet yang paling populer adalah GoPay (PT. Dompet Anak Bangsa), OVO Cash (PT. Visionet International), Shopee Pay (PT. Airpay International Indonesia), dan LinkAja (PT. Fintek Karya Nusantara).
Pertumbuhan jumlah operator e-wallet di sisi lain menciptakan lingkungan bisnis yang kompetitif. Konsumen e-wallet dapat dengan mudah berpindah dari satu operator ke operator lainnya yang dapat menyediakan manfaat paling optimal bagi konsumen. Oleh karena itu, operator berlomba-lomba memberikan manfaat tambahan untuk menarik konsumen baru, mempertahankan loyalitas konsumen, dan mendapatkan kepuasan konsumen. Bisnis e-wallet menjadi semakin kompetitif karena perpindahan konsumen ke kompetitor berpotensi diikuti oleh lingkaran terdekat konsumen tersebut, seperti keluarga, kerabat, dan teman. [why]


