30 C
Sidoarjo
Thursday, March 6, 2025
spot_img

Berkaca Banjir Jakarta

Belum tiga bulan, Jakarta (dan se-kawasan) banjir parah lagi, disebabkan sungai Kali ciliwung, meluap. Banjir di sebagian kampung sampai mencapai atap rumah. Transportasi lumpuh total. Padahal dua pekan lalu, belasan sungai (dan waduk) sudah dikeruk. Terutama sungai Ciliwung, dan Kali Krukut. Sebanyak satu juta meter-kubik lumpur sudah diangkat dari dasar sungai. Jika pada tengah bulan terjadi hujan lebat, maka Jakarta akan dilanda banjir lebih besar, bersamaan rob.

Walau sebenarnya tiada bencana hidrometeorologi, yang datang itba-tiba. Melainkan selalu didahului tanda alamiyah, terutama menyusutnya daya dukung lingkungan. Hutan dengan pohon tegakan telah berubah menjadi ladang kebuh teh, kebun kopi, dan kebu sayur. Banjir di Jakarta, terdiri dari banjir lokal, banjir kiriman, dan banjir rob. Yang terjadi sejak hari Selasa, adalah banjir lokal, dan kiriman (dari Puncak, Bogor).

Pemerintah Daerah Jakarta, sudah memiliki program sistemik pencegahan banjir. Terutama normalisasi sungai Ciliwung (sampai tahun 2024), dengan target sepanjang 33 kilometer. Sasaran normalisasi, adalah mengembalikan lebar Ciliwung seluas 35 – 50 meter. Masih ditambah jalan inspeksi seluas 6 – 8 meter, di kedua sisi. Jika luas tampungan air normal, maka Ciliwung bisa mengalirkan air sebanyak 570 meter-kubik per-detik. Sekarang masih sekitar 200 meter-kubik. Kali Ciliwung, menjadi legenda. Bermuara akhir di Teluk Jakarta.

Diantara 13 sungai yang mengalir di Jakarta, Ciliwung memiliki dampak paling luas ketika musim hujan. Mengalir melalui tengah kota Jakarta dan melintasi banyak perkampungan padat, dan kumuh. Menyebabkan banjir akibat luapan Ciliwung bisa mencapai ketinggian hingga 2,5 meter! Selain normalisasi sungai, sudah banyak waduk dibangun mengelilingi Jakarta, terutama dari arah selatan, dan timur. Sampai dikenal sebagai kawasan “seribu waduk.” Tetapi banjir tetap datang (tepat waktu) tiap musim hujan.

Berita Terkait :  Kabinet Koalisi Besar

Beberapa sungai selalu meluap, antara lain Kali Krukut yang biasa menggenangi kawasan Tanah Abang. Air mengalir dari Situ Citayam, Bogor, Depok, Jagakarsa, Cilandak, Pasar Minggu, Kemang, Mampang Prapatan, Gatot Subroto, Tanah Abang, dan Pecinan Glodok. Warga Jakarta seolah-olah telah “kenyang” sengsara akibat banjir. Selama dua pekan terakhir, sudah beberapa kali mengungsi. Ribuan unit usaha kuliner (gerobak dorong), dan warung makan juga terpukul banjir.

Seluruh profesi yang bekerja di darat, unit usaha mikro dan kecil, bagai libur kerja. Sedangkan profesi kelautan tak kalah nelangsa. Nelayan juga menambatkan perahu di pinggir pantai, tidak melaut karena badai dan angin laut. Sekaligus pendangkalan muara membawa sedimentasi pantai. Ke-pilu-an yang sama juga terjadi di Bekasi Raya (Kabupaten dan Kota Bekasi). BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) menyebut ketinggian air mencapai tiga meter. Akibat hujan deras lokal, dan kiriman dari Bogor. Air dari sungai Ciliwung masuk ke sungai Bekasi.

Banjir Jakarta selalu menimbulkan kompleksitas. Bahkan menyebabkan kerugian ekonomi secara nasional. Perekonomian tingkat grass-root akan menyusut tajam. Tiada Gubernur Jakarta yang bisa “menaklukkan” banjir. Walau sudah digagas rekayasa cuaca. Realitanya, ibukota sangat rawan terhadap hujan, selalu darurat banjir, setiap tahun. Semakin sering banjir, walau hujan tidak lama. Sampai masuk kompleks istana negara, zaman Presiden SBY (Januari 2013), dan zaman PresidenJokowi (Pebruari 2020).

Berita Terkait :  Stop Impor Sembako

Kerugian tak ternilai, diantaranya libur karyawan, libur sekolah, dan perusahaan tutup operasional. Bahkan daerah penyangga juga mengalami kerugian ekonomi, akibat tersendatnya pasokan bahan pangan. Tetapi setiap korban bencana alam, memiliki hak memperoleh bantuan, sesuai amanat UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.

——— 000 ———

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru