26 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Beras, Cabai Melandai

Serasa percaya tak peracaya, harga beras melandai, sampai memimpin laju deflasi. Sehingga mampu menghanbat inflasi. Padahal periode yang sama (triwulan akhir) selama tiga tahun, harga beras dan cabai membubung tinggi memimpin inflasi. Bahkan pemerintah menambah impor untuk “menjinakkan” beras. Sampai bulan Agustus 2025, ketika pemerintah mengumumkan surplus beras (hasil panen). Namun harga beras masih tetap merangkak naik. Bisa jadi karena pemerintah menaikkan HPP Gabah. Pasti akan berujung kenaikan beras.

Dalam lingkup nasional, terdapat 23 propinsi yang mengalami penurunan harga beras, 3 propinsi stabil, dan 12 propinsi mengalami inflasi beras. Rata-rata harga beras di tingkat penggilingan turun sebesar 0,54% (setara Rp 65,- per-kilogram). Beras premium turun lebih tajam (0,71%). Sedangkan beras medium turun 0,46%. Namun di tingkat eceran (di pasar tradisional), penurunan harga beras medium bisa mencapai Rp 200,- per-kilogram (turun Rp seribu per-sak isi 5 kilogram).

Penurunan harga beras, dipicu penggelontoran Bansos, yang cair pada bulan November. Sebanyak 18,27 juta penerima Bansos beras, akan memiliki persediaan masing-masing 20 kilogram. Bersamaan dengan Bansos, juga digelontor pasar murah beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan). Untuk petama kalinya, beras SPHP digelontor masif di berbagai tempat. Termasuk kantor BUMN, terutama Bulog, dan ID Food, sampai markas TNI dan kantor Polisi, menjadi tempat penyaluran.

Namun harga beras tetap wajib “dikawal” seksama. Terutama jelang akhir tahun, karena tambahan kebutuhan pada ke-wisata-an (hotel dan restoran). HET beras saat ini sebesar Rp 13.500,- per-kilogram (pada zona I, Jawa, Sumbagsel, Bali, NTB, dan Sulawesi). Pada zona II seharga Rp 14 ribu, bisa jadi sebagai ongkos kirim dari sentra pangan. Serta zona III (Malku dan Papua) seharga Rp 15.500,-, semakin mahal, karena semakin jauh dari sentra produksi pangan.

Berita Terkait :  Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Unusa, Tiga Prodi dalam Proses Akreditasi Unggul

Harus diakui pemerintah mampu membuat beras satu harga. Karena sentra produksi beras berada di Jawa. Masih dibutuhkan pembangunan infrastruktur per-sawahan, dan ekosistem perberasan sangat sistemik. Sekaligus kebiasaan bercocok tanam masyarakat yang berbeda-beda. Bahkan berbagai upaya perluasan food estate telah dilakukan. Namun terbukti gagal. Disebabkan kendala on-farm (problem tanah ladang), serta kendala off-farm (yang meliputi budaya bercocok tanam).

Harga beras masih harus diwaspadai, karena spekulasi bisa menyelinap setiap saat. Antara lain banjir di seantero Jawa selama bulan November, bisa menyapu habis sawah yang baru bersemi. Gejala La-Nina (peningkatan curah hujan pada kawasan tropis) telah nampak. Seluruh area pantai utara (pantura) Jawa, sudah dikepung banjir bandang. Begitu pula wilayah selatan, Pandegelang (di ujung barat Jawa) sampai Banyuwngi, sudah direndam banjir. Masih ditambah tanah longsor.

Bulan November, merupakan awal tanam raya, berpacu dengan musim hujan. Fenomena La-Nina bisa mengancam gagal panen. Setidaknya mengundur (dan mengulang) tanam sampai La-Nina mengendur. Maka spekulasi harga beras akan menguat. Bahkan spekulasi harga pangan lain (dan Sembako) juga turut dilanda spekulasi yang meliar. Sudah terbukti saat ini harga sayur sudah mulai naik tajam.

Harga cabai juga patut diwaspadai. Saat ini harga cabai turun mengecewakan petani. Disebabkan pengelolaan awal tanam dilakukan nyaris serentak. Sehingga panen juga serentak, menjadi panen raya. Cabai rawit merah mengalami deflasi sampai 0,03%. Serta cabai hijau 0,01%. Menyebabkan harga cabai murah di pasar tradisional.

Berita Terkait :  Kalapas Temui Bupati Bojonegoro, Usulkan Pembangunan Lapas Baru

Biaya ke-pertani-an yang mahal dan cuaca ekstrem menjadikan harga pangan mudah bergejolak (volatile food). Harga bisa tiba-tiba anjlok, bisa pula tiba-tiba pula naik.

——— 000 ———

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru