BEM FTMM Universitas Airlangga melakukan pemberdayaan masyarakat melalui inovasi pupuk cair nanokitosan. Dok BEM FTMM
Surabaya, Bhirawa
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin (BEM FTMM) Universitas Airlangga memprakarsai program Desa Binaan 1.0. Program ini berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui inovasi pupuk cair nanokitosan.
Program ini dilaksanakan di Desa Ngerong, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, dan telah dimulai sejak 6 September 2024. Kegiatan berlangsung setiap Jumat hingga Minggu selama satu bulan penuh. Masyarakat setempat terlibat dalam pelatihan pembuatan pupuk cair berbahan dasar cangkang maggot Black Soldier Fly (BSF).
“Program ini merupakan upaya kami untuk memberdayakan masyarakat melalui penerapan teknologi tepat guna. Kami berharap program ini dapat memberikan dampak positif bagi para petani, khususnya melalui penerapan teknologi ramah lingkungan.” Kata Ketua Pelaksana Desa Binaan 1.0, Reza Alifiah.
Nanokitosan, jelasnya, merupakan pupuk cair yang dihasilkan dari chitosan, senyawa yang diekstraksi dari cangkang maggot BSF. Inovasi ini dikembangkan khusus untuk pertanian hidroponik, memberikan nutrisi penting bagi tanaman, sekaligus ramah lingkungan.
‘’Penggunaan bahan organik seperti cangkang maggot membuat pupuk ini lebih ekonomis dan berkelanjutan dibandingkan dengan pupuk kimia konvensional. Selain itu, maggot BSF juga memiliki peran penting dalam pengelolaan sampah organik, sehingga penggunaan maggot ini tidak hanya membantu dalam penguraian sampah, tetapi juga memberikan solusi untuk pertanian berkelanjutan,’’ ungkap Reza.
Menurutnya, selama program, masyarakat dilatih cara mengolah cangkang maggot menjadi nanokitosan serta penerapannya pada sistem pertanian hidroponik. Peserta juga mendapatkan pemahaman tentang manfaat nanokitosan dalam meningkatkan hasil panen dan menjaga keseimbangan ekosistem.
‘’Program ini mendukung salah satu tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) poin 1, yaitu pengentasan kemiskinan. Dengan mengajarkan masyarakat desa cara memproduksi pupuk cair secara mandiri, mereka diharapkan dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang mahal dan sulit diakses, serta meningkatkan produktivitas pertanian mereka,’’ papar Reza.
Melalui inisiatif ini, BEM FTMM berharap dapat menginspirasi program serupa di berbagai daerah untuk mempromosikan pertanian berkelanjutan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. wwn