Surabaya, Bhirawa
Gelar juara umum cabang olahraga (Cabor) kembali diraih oleh atlet Surabaya, setelah Cabor Dayung dan Taekwondo, kini giliran atlet Dancesport meraih juara umum Porprov Jatim setelah merebut 7 emas, 6 perak dan 2 perunggu dengan total 15 medali. Sedangkan peringkat kedua ditempati Kota Malang yang meraih 8 emas, 2 perak, 2 perunggu.
Jika dilihat dari perolehan medali emas, Kota Malang lebih unggul, namun Ketua KONI Jatim M Nabil mengatakan kalau penentuan juara umum bukan dilihat dari berapa jumlah medali emas, melainkan dihitung total seluruh medali.
“Inilah yang membedakan PON dengan Porprov, jika PON dihitung jumlah emas, tapi kalau Porprov dihitung juga perak dan perunggu atau seluruh medali untuk menentukan juara umum. Ini juga sebagai penghargaan bagi atlet yang meraih perak maupun perunggu,” kata M Nabil saat ditemui di acara Musprov Kodrat (tarung derajat) Jatim, Sabtu Malam (21/6).
Terkait keberhasil dancesport meraih juara umum, Ketua Ikatan Olahraga Dance Indonesia (IODI) Surabaya, Anastasia Christiany Santoso mengaku bangga dengan perjuangan para atlet, ada beberapa rintangan baik teknis maupun non teknis sebelum mengikuti lomba.
Faktor teknis tentu persaingan para atlet yang turun di Porprov, terutama atlet pihak tuan rumah yang menurunkan pedansa terbaiknya. Sedangkan faktor non teknis dialami beberapa atlet Surabaya sebelum mengikuti lomba.
Seperti Angga I Tirta Agung dan Santy Marcella Kurniawan yang harus melobi pihak kampus agar sidang skripsinya diubah, bahkan ada atlet yang harus membatalkan study tour ke Bali demi mengikuti Porprov Jatim.
“Jadwal sidang skripsi Angga dan Santy bersamaan dengan jadwal lomba, namun untungnya pihak kampus mau merubah jadwal, bahkan ada yang tidak ikut study tour ke Bali,” kata Anastasia Christiany Santoso saat dihubungi melalui telepon genggamnya, Selasa (24/6).
Ia juga menceritakan, kedua atlet itu harus pintar membagi waktu antara mengerjakan skripsi dan program latihan yang sudah di susun pelatih. Tapi berkat kerja keras para pelatih dan pengurus yang terus memberikan motivasi dan tekad kedua atlet tersebut, akhirnya Angga bisa merebut medali emas di nomor Traditional DS Pro berpasangan dengan Adrin Shiera Aligra Umaldi, sedangkan Santy meraih perak di Hip Hop Pro berpasangan dengan Vanessa Sharin Angeline.
Disisi lainnya, Anastasia juga mengakui kesulitan untuk mencari bibit atlet, sebab olahraga ini termasuk ‘mahal’. “Harga kostumnya mahal, belum lagi biaya guru les. selain itu ilmunya juga susah,” katanya.
Selain itu ia mengaku kesulitan mencari atlet putra karena mereka sering dibuli jika ikut dansa seperti dianggap pria ‘melambai’. “Padahal olahraga ini butuh kekuatan fisik dan stamina, makanya kalau kita lihat anak-anak yang ikut dansa pasti memiliki tubuh yang bagus,” katanya.
Namun ia juga memiliki cara untuk mengembangkan olahraga ini, yakni dengan memanfaatkan jaringan atau orang-orang terdekat yang menyukai dansa. “Saya juga memberikan beasiswa dan syukurlah mereka juga berhasil meraih medali di Porprov,” katanya.
Seperti diketahui, tujuh medali emas itu diraih Arbeatta Dancia Rahma di Solo Raising Star Latin S,C,R,J, Gabriella Hendrawan (Solo Pre-Amateur Latin C,R,J), Florencia Gabriella (Solo Line Dancesport S), Gabriella Hendrawan-Arbeatta Dancia Rahma (Synchronize W, Qs), Christabel Jocelyn Cleodora-Hanz Axell Dharmawan (Hip Hop Pro), Florencia Gabriella (Solo Line Dancesport J) dan Angga I Tirta Agung-Adrin Shiera Aligra Umaldi (Traditional Ds Pro). [wwn]


