27 C
Sidoarjo
Friday, November 22, 2024
spot_img

Bantu Bangun Reputasi Kelompok Difabel, Dosen Untag Gandeng Kelompok Tuna Daksa Baraka

Surabaya, Bhirawa.
Pemberdayaan kelompok difabel kini menjadi isu yang semakin relevan di tengah upaya untuk membangun kesetaraan sosial. Berbagai inisiatif yang fokus pada penguatan kemandirian ekonomi bagi penyandang disabilitas mulai digalakkan oleh pemerintah, komunitas, serta akademisi.

Salah satu contoh nyata adalah program yang diinisiasi oleh Mohammad Insan Romadhan, tim dosen Ilmu Komunikasi dari Untag Surabaya, yang bertujuan untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap kelompok difabel.

Dalam upaya membangun reputasi difabel yang positif, pemberdayaan ini tidak hanya bertujuan untuk memecah stigma sosial, tetapi juga untuk membuka peluang ekonomi yang lebih luas bagi mereka.

Menurut Insan, pemberdayaan kelompok difabel melalui kemandirian ekonomi merupakan langkah strategis untuk menghapus pandangan negatif dan diskriminasi yang selama ini melekat pada mereka.

“Kelompok difabel sering kali dianggap sebagai beban sosial, padahal dengan pemberdayaan yang tepat, mereka memiliki potensi besar untuk berkontribusi secara signifikan dalam perekonomian. Melalui program-program kemandirian ekonomi yang terarah, difabel bisa mengembangkan keterampilan, berwirausaha, dan mencapai kesejahteraan finansial mereka sendiri,” ungkap Mohammad Insan Romadhan dalam workshop inovasi produk dan kemandirian ekonomi bersama dengan Kelompok Tuna Daksa Baraka yang diadakan di The Southern Hotel Pekan lalu.

Menurutnya, program pemberdayaan ini didanai oleh Hibah DRTPM Kemendikbudristek tahun anggaran 2024, di mana dalam program ini salah satunya pelatihan keterampilan penggunaan teknologi tepat guna yang khusus disesuaikan dengan kebutuhan kelompok Tuna Daksa Baraka. Mulai dari penggunaan alat tatakan ban bergerak sampai dengan cetakan plong ban yang tujuannya mempermudah operasional usaha mereka yang bergerak dibidang kerajinan ban bekas.

Berita Terkait :  Polres Pasuruan Kota Datangi Sekolah-sekolah Cegah Bullying

Salah satu peserta workshop, Suwoto, seorang difabel dengan keterbatasan fisik, mengungkapkan bahwa pelatihan ini telah memberikan banyak gambaran baru baginya, utamanya terkait dengan kemudahan dalam proses produksi kerajinan ban.

Melalui program ini, kelompok difabel mulai mampu membuktikan kepada masyarakat bahwa mereka tidak hanya mampu mandiri secara ekonomi, tetapi juga memiliki keterampilan yang tak kalah dengan individu tanpa disabilitas. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan reputasi difabel di masyarakat dan mengubah stereotip yang selama ini membatasi mereka.

“Kita tidak hanya ingin memberdayakan mereka secara ekonomi, tetapi juga ingin menciptakan ruang bagi difabel untuk dihormati dan dipandang setara dalam masyarakat. Reputasi positif harus dibangun dengan kerja keras, kemandirian, dan keterampilan. Dengan demikian, masyarakat akan melihat bahwa kelompok difabel adalah aset penting dalam perekonomian dan kehidupan sosial,” tambah Mohammad Insan Romadhan.

Meski banyak kemajuan yang telah dicapai, tantangan masih ada, terutama dalam hal akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang ramah difabel. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas akademik diperlukan untuk menciptakan kebijakan yang lebih inklusif.

Namun demikian, program-program pemberdayaan ini menjadi titik awal yang kuat untuk membuka jalan bagi difabel agar lebih diakui, baik dari sisi kemampuan ekonomi maupun kontribusi mereka dalam masyarakat.

Dengan semakin banyaknya inisiatif pemberdayaan, harapannya adalah bahwa stigma terhadap kelompok difabel akan terus memudar, digantikan dengan pengakuan atas kemampuan dan kemandirian yang telah mereka bangun. (why, hel)

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img