25 C
Sidoarjo
Tuesday, December 3, 2024
spot_img

Bahan Baku Berkurang, Produksi Keju Gouda di Kabupaten Malang Menurun

Kab Malang, Bhirawa.
Unit Pelayanan Teknis (UPT) Pembibitan dan Pengolahan Hasil Ternak Sapi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Kabupaten Malang, yang berada di Desa Bambang, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, telah memperoduksi Keju Gouda. Sedangkan keju tersebut berasal dari negara Belanda yang berwarna kuning dan dilapisi dengan lilin food grade. Seperti keberadaan Keju Mozzarella, Keju Gouda juga semakin dikenal di dunia kuliner. Sehingga UPT itu merupakan satu-satunya lembaga yang menghasilkan Keju Gouda di Indonesia.

Demikian yang disampaikan, Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Malang Didik Gatot Subroto, Kamis (7/11), kepada wartawan. Namun, kata dia, dengan semangatnya UPT Pembibitan dan Pengolahan Hasil Ternak Sapi memperoduksi Keju Gouda, kendalanya kini adalah bahan baku keju tersebut menurun, sehingga hal ini menjadi evaluasi bersama. “Tapi, produksi susu sapi yang menjadi bahan baku utama pembuatan Keju Gouda terus menurun. Hal ini yang menjadi problem dan dibutuhkan pemecahan bersama,” tuturnya.

Dia mengaku, setelah dirinya melihat langsung proses pembuatan Keju Gouda di UPT Pembibitan dan Pengolahan Hasil Ternak Sapi, sarana dan prasarana yang ada di UPT itu masih kurang layak, dan juga terlihat usia sapi yang cukup tua. Selain itu, kendang sapi yang besar, namun hanya diisi beberapa ekor sapi. Dan tidak semua sapi di tempat tersebut dapat diperah atau diambil susunya. Sementara, produksi susu seekor sapi hanya menghasilkan 8-10 liter susu. Untuk itu, dirinya sudah menyampaikan harus ada evaluasi bersama. Sehingga dirinya juga berharap agar ada perbaikan produksi keju bisa dimaksimalkan.

Berita Terkait :  Tiga Anak Muda Jatim Terpilih sebagai Petani Inovatif 2024

“Sayang jika bahan baku menurun, tentunya berdampak pada produksi keju Gouda berkurang. Dan kami pun juga meminta kepada UPT agar secepatnya mencari Solusi, supaya bahan baku tidak berkurang. Alternatifnya adalah menambah jumlah sapi atau dengan mengambil susu dari peternak sapi lain,” ujar Didik.

Sementara itu, Kepala UPT Pembibitan dan Pengolahan Hasil Ternak DPKH Kabupaten Malang Hari Gunadi mengatakan, UPT-nya kini memiliki 38 ekor sapi. Sedangkan jumlah tersebut jauh berkurang jika dibandingkan sebelum masa Pandemi Covid-19, yang ditambah dengan wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), yang berjumlah 13-140 ekor sapi. Dan tidak hanya pandemi dan wabah PMK saja, faktor lainnya adanya pemangkasan anggaran juga menjadi problem tersendiri bagi UPT Pembibitan dan Pengolahan Hasil Ternak Sapi untuk melakukan pengembangan.

Sehingga, lanjut dia, pihaknya juga tidak mampu untuk membeli pakan pada semua sapi. Hal ini berdampak harus melepas sebagian sapi yang menjadi aset tersebut. Namun, setelah Pandemi Covid-19 dan PMK meredah, jumlah sapi menurun. Dan sekarang tersisa 38 ekor sapi, dan enam ekor sudah tidak produktif. “Sapi di usia 7 tahun sudah tidal lagi produktif. Sementara, sapi yang berada di UPT-nya ada sapi yang usianya sudah mencapai 13 tahun. Untuk itu, dengan persoalan yang dimiliki UPT Pembibitan dan Pengolahan Hasil Ternak Sapi ini, maka dirinya meminta bantuan Pemerintah Daerah agar bisa mempertahankan produksi Keju Gouda,” pintahnya.[cyn.ca]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img