27 C
Sidoarjo
Wednesday, October 23, 2024
spot_img

Atlet Disabilitas Kota Madiun Sumbang Perak di Peparnas XVII Cabor Boccia

Mengenal Pipit Dwichandra Sari

Kota Madiun, Bhirawa
Kota Madiun tak hanya menyumbang atlet di gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Sumut-Aceh beberapa waktu yang lalu. Kota Pendekar juga menyumbang atlet untuk Kontingen Jawa Timur di gelaran Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) yang berlangsung di Solo Oktober ini.

Dialah Pipit Dwichandra Sari warga Kelurahan Taman yang turun di Cabang Olahraga (cabor) Boccia. Tak sekedar turut berpartisipasi, Pipit juga berhasil menyumbangkan medali perak di nomor mixed double kelas BC 1.”Alhamdulillah dapat perak,” kata Pipit melalui pesan singkat, Selasa (15/10).

Pipit baru saja tiba dari Solo. Ya, Peparnas XVII memang berlangsung di Kota Liwet ini. Perempuan 39 tahun itu turun di dua nomor sekaligus. Yakni, individual dan mixed. Sayang, di nomor infividual langkahnya terhenti di delapan besar. Pipit yang baru kali pertama turun kejuaraan harus mengakui kehebatan lawannya yang pernah meraih medali emas di paragem. Pipit tak menyerah begitu saja. Dia bangkit di nomor mixed dan berhasil meraih medali perak.

“Di final lawan Jateng kita kalah skor 8-3,” ujarnya sembari menyebut pertandingan final berlangsung, Sabtu (12/10) kemarin.

Di nomor mixed, Pipit berpasangan dengan Hendrik Aditya Pratama, atlet asal Magetan. Keduanya turun di kelas BC 1. Kelas BC 1 biasanya untuk penyandang cerebral palsy (CP). Cerebral palsy atau lumpuh otak adalah gangguan yang memengaruhi gerakan dan koordinasi otot, serta dapat memengaruhi penglihatan, pendengaran, dan sensasi.

Berita Terkait :  Putri Anggota Kodim Bojonegoro Raih Medali Perunggu di PON XXI

Pipit penyandang cerebral palsy sejak lahir. Saraf tangan dan kaki sebelah kanannya kaku. Tak ayal, dia hanya menggunakan bagian tubuh sebelah kiri. ”Saraf tangan kanan dan kaki kanan kaku. Jadi saya harus pakai kursi roda. Saya yang aktif cuma tangan kiri,” jelasnya.

Dari cabor Boccia, Kontingen Jatim setidaknya ada lima atlet. Total menyumbang satu medali perak dan satu perunggu. Medali perunggu berhasil disumbang atlet lain di kelas BC 4. Berhasil menyumbangkan medali perak merupakan kebanggaan tersendiri bagi Pipit. Apalagi, itu merupakan pertama kali turun kejuaraan. Dia mengaku mulai berlatih Boccia sejak 2019. Pipit mengenal Boccia dari internet.

“Dulu sudah pernah ikut latihan tapi tidak ditekuni. Karena sudah pernah latihan dan sekarang cabor Boccia lagi terkenal, maka saya memutuskan mengikuti dan dari NPCI (National Paralympic Committee Indonesia) Madiun menawari sebagai atlet putri Boccia untuk mewakili Kota Madiun,” ungkapnya.

Pipit mengaku tertarik Boccia karena menyenangkan. Selain itu, bisa untuk melatih motorik gerak. Dia lantas memutuskan untuk berlatih. Waktu itu dia berlatih di Takeran. Sebab, di Kota Madiun belum ada fasilitas untuk cabor Boccia. Menurutnya, Boccia tidak sekedar olahraga lempar bola. Namun, butuh strategi, konsenterasi, hingga ketepatan dalam mengambil keputusan.

“Dari Boccia saya mendapatkan banyak pelajaran berharga,” tandasnya. [dar.fen]

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img