Surabaya, Bhirawa
Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan (Kodiklat) TNI menggelar Apel Gelar Kesiapan Latihan Kesiapsiagaan Operasional (LKO) Koarmada TA 2025 di Dermaga Madura, Koarmada II Surabaya, Kamis (6/11). LKO ini untuk merespon cepat setiap kejadian atau kecelakaan di laut.
Dipimpin Komandan Kodiklat TNI, Letjen TNI Mohamad Naudi Nurdika, LKO ini mengusung tema ‘Koarmada RI Beserta Jajarannya Melaksanakan Operasi Pencarian dan Penyelamatan (SAR) di Wilayah Perairan Pulau Bawean dan Pulau Madura Dalam Rangka Mendukung Tugas Pokok TNI’. Latihan yanh berlangsung sejak 3 hingga 7 November 2025 ini, melibatkan berbagai unsur TNI dan instansi terkait di wilayah perairan Selat Madura.
Dankodiklat TNI menerangkan, LKO ini bertujuan untuk menguji kesiapan operasional Koarmada RI dalam memberikan bantuan Search and Rescue (SAR) di laut. Mengingat Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia, dengan wilayah perairan yang sangat luas serta menjadi salah satu jalur pelayaran internasional yang padat.
”Latihan ini disesuaikan dengan konsteks waktunya, kita sekarang mendekati musim penghujan. Tentunya juga tidak hanya di darat, tapi di laut dan udara juga mengandung risiko. Sehingga untuk mengantisipasi mengurangi kecelakaan di laut, kita melaksanakan latihan ini,” kata Letjen TNI Mohamad Naudi Nurdika.
Alumnus Akademi Militer (Akmil) 1991 ini menegaskan pentingnya latihan ini sebagai sarana uji kemampuan sekaligus penguatan interoperabilitas antarinstansi. Tujuannya untuk menguji rencana operasi, meningkatkan kemampuan dan interoperabilitas unsur penyelamatan di wilayah perairan Pulau Bawean dan Pulau Madura, sehingga tercapai tingkat kesiapsiagaan operasional yang tinggi.
TNI AL, lanjutnya, senantiasa siap memberikan dukungan dan bantuan dalam penanggulangan kecelakaan di laut. Naudi berkomitmen memperkuat kesiapsiagaan dan kemampuan dalam menghadapi kondisi kedaruratan maritim.
”Apel gelar pasukan ini diselenggarakan untuk meyakinkan pimpinan TNI, bahwa satuan jajaran Koarmada memiliki kesiapan operasional, baik dari segi personel maupun alutsista, dalam melaksanakan tugas bantuan SAR di laut. Sinergi lintas instansi adalah kunci keberhasilan setiap operasi penyelamatan di laut,” tegasnya.
Naudi menambahkan, personel yang terlibat kurang lebih 722 orang. Serta melibatkan dukungan dari Koarmada II, Puspenerbal, Kodareral V, KPLP, Basarnas, Polairud Polda Jawa Timur, serta personel TNI AD dan TNI AU di wilayah Jatim.
Dalam latihan ini, Koarmada II menurunkan KRI dr. Soeharso-990, KRI Sampari-629, satu RHIB Satkopaska Koarmada II. Serta personel dari Dislambair dan Diskes Koarmada II untuk memperkuat simulasi operasi penyelamatan di laut.
Masih kata Naudi, dalam hal ini skenario utama latihan berupa simulasi insiden darurat di laut, menggambarkan tenggelamnya KM Dharma Ferry VII yang tengah berlayar dari Surabaya menuju Balikpapan. Dalam simulasi tersebut dilakukan aktivasi distress signal melalui DSC VHF GMDSS, evakuasi korban oleh unsur KRI, RHIB dan helikopter, penanganan medis awal dan evakuasi ke rumah sakit, hingga penanganan jenazah korban kecelakaan laut.
”Saya tegaskan dalam latihan ini faktor keamanan dan keselamatan adalah utama. Meskipun latihan itu bagus, kalau kita tidak aman (selamat) ya percuma juga. Intinya yang diutamakan adalah faktor keamanan, baik personal maupun materiil,” pesannya. [bed.fen]


