31 C
Sidoarjo
Thursday, November 21, 2024
spot_img

Apa Sebenarnya Peran Guru di Tengah Masyarakat?

Oleh:
Salman Akif Faylasuf
Alumni PP Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo dan PP Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Penulis juga kontributor tetap di E-Harian Aula digital daily news Jatim.

Sudah mafhum bahwa keberadaan guru di tengah masyarakat bisa dijadikan teladan dan rujukan masyarakat sekitar. Di sinilah sebenarnya nilai strategis seorang guru sebagai penebar cahaya kebenaran dan keagungan nilai terpancar kuat.

Tentu saja, hal ini meniscayakan seorang guru untuk selalu on the right track, pada jalan yang benar, tidak menyimpang dan berbelok, sesuai dengan ajaran agama yang suci, adat istiadat yang baik, dan aturan pemerintah.

Yang jelas, posisi strategis seorang guru tidak hanya bermakna pasif, tapi justru harus bermakna aktif progresif. Dalam artian, guru harus bergerak memberdayakan masyarakat menuju kualitas hidup yang baik dan perfect di segala aspek kehidupan, khususnya pengetahuan, moralitas, sosial, budaya, dan ekonomi kerakyatan. Karena itu, guru harus memiliki peran penting di tengah masyarakat.

Menjadi Pendidik
Ilmu seorang guru, khususnya guru agama, harus ditularkan kepada masyarakat, agar nilai kemanfaatannya lebih besar, dengan kata lain tidak hanya diberikan kepada anak-anak di sekolah. Demikian orang tua murid juga perlu diberikan pencerahan ilmu tentang pentingnya tanggung jawab amal di hadapan Allah Swt., pentingnya mendidik anak secara bertanggung jawab, wajibnya bekerja yang halal, dijauhkan dari pekerjaan yang dilarang, dan menekankan hidup bersama yang harmonis, kolektif, dan dinamis bersama elemen masyarakat yang lain.

Itu sebabnya, dalam perspektif agama, ilmu tidak boleh disembunyikan, tetapi harus disampaikan kepada masyarakat luas sebanyak-banyaknya. Karena ilmu adalah cahaya, maka menyembunyikan ilmu sama dengan menyembunyikan cahaya dan membiarkan masyarakat dalam kegelapan iman, moral, dan sosial.

Karena itu, menjadi tanggung jawab guru untuk meluangkan waktu guna mengajar masyarakat ilmu-ilmu yang hukumnya harus dipelajari secara personal (fardlu ain) dan ilmu-ilmu yang harus dipelajari secara kolektif (fardlu kifayah).

Kedua jenis ilmu ini harus diajarkan kepada masyarakat agar ada keseimbangan dan dinamisasi kehidupan sosial ke arah yang lebih maju dan dinamis. Tujuan mengajari masyarakat ini juga dalam rangka menciptakan lingkungan sosial yang menghormati ilmu pengetahuan.

Berita Terkait :  Menguji Moderasi Beragama Muhammadiyah Lewat Keputusan IUP

Kenapa demikian? Karena lingkungan yang mencintai dan menghormati ilmu akan melahirkan generasi masa depan bangsa yang cerdas, bermoral tinggi, dan mempunyai cita-cita besar dalam mempersembahkan hidup kepada kemajuan bangsa dan negara.

Kesadaran akan pentingnya ilmu di masyarakat bisa menjadi “entry point” seorang guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, baik bagi anak-anak sekolah maupun bagi orang tua mereka.

Idealnya, setiap lingkungan ada tempat belajar khusus yang dikoordinasi oleh pimpinan RT (rukun tetangga), sehingga anak-anak sekolah dapat tertib belajar, lepas dari pengaruh negatif pergaulan bebas dan menu televisi yang tidak bertanggung jawab.

Dari lingkungan belajar ini, anak-anak akan tumbuh dengan baik, menghargai dan memuliakan ilmu, semangat belajarnya tinggi, dan idealismenya tumbuh dengan baik. Lebih baik lagi, jika ada tempat belajar untuk belajar orang tua mereka.

Alih-alih tumbuh dengan baik, sinergi dari pendidikan orang tua dan anak didik ini akan membuat lingkungan tersebut menjadi lingkungan ilmiah yang asri, nyaman, indah, tenang, dan penuh cahaya Ketuhanan yang suci nan agung. Daerah tersebut akan menjadi kota pendidikan, karena masyarakat sadar pentingnya ilmu pengetahuan.

Tak kalah pentingnya, selain tempat yang kondusif, perlu juga ada pengawasan yang intensif dari orang tua secara bergiliran terhadap lingkungan belajar anak dan orang tua ini, sehingga dapat berjalan dengan aman, tenang, nyaman, dan indah.

Akan lebih efektif lagi, kalau dibentuk organisasi atau paguyuban lingkungan belajar, diberi nama sesuai dengan kesepakatan bersama. Dan tidak menutup kemungkinan, bapak guru bisa menjadi fasilitator terciptanya lingkungan belajar masyarakat secara kolektif ini, yang meliputi orang tua dan anak-anaknya.

Jika hal itu terlaksana, maka pendidikan non formal ini akan menjadi kekuatan utama yang menyukseskan pendidikan formal di sekolah. Bukan seperti kebanyakan anak-anak sekarang, di mana mereka banyak bermain, nonton televisi, TikTok, YouTube dan lainnya, sehingga tidak ada perhatian dari orang tua akan pentingnya belajar dengan alokasi waktu, tempat, dan pengawasan yang disiplin dan memadai.

Berita Terkait :  Menyoal Penghapusan Jurusan di SMA

Di sinilah sebenarnya peran sentral guru yang sangat ditunggu masyarakat sebagai pendidik utama yang mengarahkan masyarakat ke arah nilai-nilai suci untuk diajarkan agama dan bangsa.

Menjadi Penggerak Potensi
Tak bisa dipungkiri, bahwa pada hakikatnya masyarakat mempunyai potensi besar sebagai sekumpulan manusia yang dianugerahi kemampuan lahir dan batin oleh Allah Swt. Belum lagi potensi alam dan lingkungan. Ketidakmampuan masyarakat membaca potensi, menangkap peluang, dan memanfaatkannya secara maksimal harus dijembatani oleh seorang guru.

Guru selain sebagai pendidik, ia juga seorang penggerak yang aktif menggerakkan potensi besar umat untuk kesejahteraan, kemajuan, dan kemakmurannya. Jangan sampai potensi besar alam, misalnya, dimanfaatkan oleh pihak industri untuk melakukan eksploitasi secara semena-mena, sementara rakyat sekitar tidak mendapatkan apa-apa.

Hal ini sudah banyak terjadi di banyak tempat. Masyarakat akhirnya diam saja, karena takut terhadap berbagai ancaman kalau berani mengusik kepentingan pihak industri yang di back up penuh kalangan pemerintah dan pihak keamanan.

Oleh sebab itu, di sinilah peran vital guru, membangkitkan potensi umat mencapai era kejayaannya. Dimulai dari hal-hal kecil yang bermanfaat, misalnya membuat organisasi kaum petani, kaum buruh, pedagang kaki lima, pelaut, perajin rumah tangga, dan lain-lain sesuai konteks daerah masing-masing. Setiap bulan sekali diadakan rapat terbuka untuk membahas masalah-masalah yang dihadapi.

Dengan demikian, akan bermunculan ide-ide positif dan progresif dari anggota. Mereka merasa dihargai dan diberi wadah untuk menyalurkan aspirasinya yang selama ini tidak diberikan atau sengaja dibungkam pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Dari sinilah dicanangkan program-program strategis jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang sesuai dengan analisa SWOT (strength, weakness, opportunity, threat), yakni kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terkenal dalam ilmu managemen.

Berita Terkait :  Perkuat Layanan Pendidikan Lewat Digitalisasi

Ini mengandung pengertian bahwa seorang penggerak potensi rakyat harus mampu mengubah kelemahan menjadi kekuatan dan ancaman menjadi peluang. Di sinilah prinsip orang besar yang selalu memulai hal-hal besar dengan hak-hak kecil yang strategis, visioner, dan produktif.

Menjadi Penengah Konflik (win-win solution)
Dalam kehidupan bermasyarakat, masalah adalah bagian dari variasi kehidupan sehari-hari. Masalah datang silih berganti. Setiap orang pasti mempunyai masalah, baik yang berhubungan dengan dirinya atau orang lain. Dan, setiap orang belum tentu mampu memecahkan masalah sendiri dengan kepala dingin, cerdas dan tangkas.

Justru ada, bahkan banyak dari mereka yang menyelesaikan masalah dengan emosional, mudah menghakimi orang lain. Akibatnya, kehidupan sosial kurang harmonis. Di sinilah peran guru sebagai penengah konflik, mampu mencari solusi dari masalah yang ada dengan kepala dingin, mengedepankan akal dan hati dari pada nafsu amarah, mengutamakan pendekatan psikologis- persuasif dari pada emosional oportunis-sangat dinantikan demi terciptanya kerukunan warga.

Orang yang mampu menengahi konflik adalah mereka yang bebas kepentingan, netral, tidak memihak kedua kelompok yang bertikai. Ia mampu berdiri tegak di antara dua kepentingan, tidak ada keberpihakan, yang ada adalah objektivitas, kedewasaan, kematangan, dan responsibilitas yang tinggi.

Atas dasar itu, maka seorang guru harus memosisikan diri sebagai pihak pemersatu lingkungan yang menjaga harmoni dan solidaritas sosial, jangan kemudian memanfaatkan masyarakat. Jika kondisi masyarakat berjalan secara rukun dan kompak, maka agenda pendidikan dan ekonomi dapat berjalan dengan lancar dan efektif.

Betapapun, kepadanyalah, masa depan kader bangsa dan masyarakat dipertaruhkan. Kiprah, aktualisasi, dan kontribusi besarnya dalam membangun masyarakat jiwa dan raga akan menjadi pelita dalam kegelapan dan penerang kebodohan. Itulah dharma bakti guru kepada masyarakat yang lahir dari kedalaman ilmu, kepedulian sosial, dan pengabdian kepada Allah Swt. Wallahu a’lam bisshawaab.

————- *** —————

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Berita Terbaru

spot_imgspot_imgspot_img