25 C
Sidoarjo
Friday, December 5, 2025
spot_img

Apa Arti Kurban Bagi Generasi Z?

Oleh :
Nur Kamilia
Magister Hukum Alumni PonPes Sumber Bunga Situbondo

Setiap tahunnya, umat Islam di seluruh dunia merayakan Idul Adha dengan menyembelih hewan kurban sebagai bentuk ketaatan kepada Allah. Tapi seiring waktu, terutama di era digital seperti sekarang, muncul pertanyaan penting: apa arti kurban bagi anak muda zaman sekarang khususnya Generasi Z?

Generasi Z, atau biasa disebut Gen Z, adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka tumbuh bersama teknologi. Hidup mereka akrab dengan internet, media sosial, dan berbagai aplikasi digital. Cara mereka memandang dunia, termasuk soal agama dan ibadah, tentu berbeda dengan generasi sebelumnya.

Lalu, bagaimana Gen Z memahami makna kurban? Apakah sekadar ritual tahunan yang dilakukan orang tua? Ataukah mereka menemukan makna yang lebih dalam dari sekadar menyembelih hewan?

Kurban di Mata Anak Muda
Bagi sebagian anak muda, kurban mungkin seperti rutinitas biasa yang dilakukan setiap tahun, mereka melihat hewan disembelih di masjid atau lapangan, lalu dagingnya dibagikan. Tapi tanpa penjelasan yang cukup, bisa jadi mereka tidak benar-benar mengerti kenapa hal itu dilakukan.

Sebagian lagi mungkin justru tidak terlibat sama sekali. Orang tuanya berkurban lewat aplikasi online, jadi tidak ada momen kebersamaan saat membeli hewan, membantu proses pemotongan, atau membagikan daging. Semua serba cepat dan instan.

Padahal, kurban bukan cuma soal menyembelih hewan. Lebih dari itu, ia mengandung pelajaran penting yang relevan dengan kehidupan siapa pun termasuk anak muda.

Berita Terkait :  Tim BPBD Jatim Gercep Padamkan Api Karhutla Penanjakan Gunung Bromo

Bukan Sekadar Darah dan Daging
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman bahwa yang sampai kepada-Nya bukanlah darah atau daging dari hewan kurban, tetapi ketakwaan orang yang berkurban. Artinya, inti dari kurban adalah nilai-nilai spiritual dan sosial yang terkandung di dalamnya.

Bagi Gen Z, ini bisa menjadi momen refleksi:

” Apakah saya sudah rela berkorban untuk orang lain?

” Apakah saya siap melepas sesuatu yang saya cintai demi kebaikan yang lebih besar?

” Apakah saya peduli terhadap orang-orang di sekitar saya yang membutuhkan?

Di era media sosial, di mana orang cenderung ingin terlihat “sempurna” dan fokus pada pencitraan diri, kurban bisa menjadi pengingat bahwa hidup bukan hanya tentang diri sendiri. Nilai keikhlasan, empati, dan peduli pada sesama adalah hal yang sangat penting itulah pesan utama dari kurban.

Kurban dalam Bahasa Anak Muda
Generasi Z dikenal sebagai generasi yang peduli pada isu sosial. Banyak dari mereka yang aktif dalam kegiatan sosial, menjadi relawan, ikut penggalangan dana, hingga membuat kampanye lewat media sosial untuk isu-isu kemanusiaan. Nah, semangat ini sebenarnya sangat sejalan dengan semangat kurban.

Mungkin Gen Z tidak selalu bisa membeli kambing atau sapi untuk dikurbankan, tapi mereka bisa memaknai kurban dengan cara lain:

” Menyumbangkan waktu dan tenaga untuk membagikan daging kurban.

” Mengorganisasi kegiatan kurban di lingkungan tempat tinggal atau kampus.

Berita Terkait :  Komisi D DPRD Surabaya Soroti Turunnya Anggaran Pendidikan dalam APBD-P

” Membuat konten edukatif tentang kurban dan maknanya bagi anak muda.

” Mengajak teman-teman berdiskusi soal pengorbanan dan solidaritas sosial.

Dengan kata lain, kurban bisa dimaknai lebih luas: bukan hanya soal menyembelih hewan, tapi soal memberi sesuatu yang berarti bagi orang lain.

Kurban Online: Solusi atau Tantangan?
Di zaman sekarang, kurban bisa dilakukan secara online. Tinggal pilih hewan, bayar lewat transfer, dan panitia akan mengurus semuanya. Ini tentu praktis, apalagi untuk mereka yang sibuk atau tinggal di kota besar.

Namun, kurban online juga menyisakan tantangan. Karena prosesnya sangat mudah, kita jadi tidak merasakan proses dan nilai dari kurban itu sendiri. Anak muda bisa jadi hanya tahu soal “klik dan transfer”, tanpa benar-benar memahami mengapa kurban itu penting dan untuk siapa.

Di sinilah pentingnya edukasi dan keterlibatan. Meskipun kurban dilakukan secara online, anak muda tetap bisa terlibat dalam proses distribusi, membuat laporan transparansi, atau mengunjungi lokasi penerima kurban. Dengan begitu, mereka bisa lebih memahami realitas sosial di sekitar mereka dan ikut merasakan makna pengorbanan itu sendiri.

Menghidupkan Kembali Makna Kurban
Supaya kurban tetap relevan bagi Gen Z, pendekatan yang digunakan juga harus sesuai zaman. Guru, ustaz, orang tua, dan lembaga keagamaan perlu menyampaikan nilai-nilai kurban dengan cara yang bisa diterima anak muda.

Berita Terkait :  Satreskrim Polres Batu Kota Tangkap Tersangka Penipuan Petani Jeruk di Sejumlah Desa

Gunakan bahasa yang mereka pahami. Ajak diskusi, bukan sekadar memberi ceramah. Libatkan mereka dalam kegiatan nyata. Biarkan mereka menemukan sendiri makna dari tindakan berbagi dan berkorban. Biarkan mereka tahu bahwa Islam bukan hanya soal ritual, tapi juga soal nilai, kepedulian, dan perubahan sosial.

Kurban bukan hanya soal masa lalu, tentang kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Kurban adalah tentang hari ini dan masa depan. Tentang bagaimana kita, termasuk anak muda, belajar menjadi manusia yang lebih baik lebih ikhlas, lebih peduli, dan lebih berani memberi.

Generasi Z punya potensi besar untuk menjadikan kurban lebih dari sekadar rutinitas. Mereka bisa membawanya ke ranah yang lebih luas menjadikannya gerakan sosial, kampanye digital, atau bagian dari gaya hidup berbagi.

Karena pada akhirnya, arti kurban bukan hanya pada daging yang dibagikan. Tapi pada hati yang tergerak untuk memberi. Dan selama itu masih ada, maka kurban akan selalu hidup di mana pun, dan di generasi mana pun.

————— *** ——————-

Berita Terkait

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Follow Harian Bhirawa

0FansLike
0FollowersFollow
0FollowersFollow

Berita Terbaru