Sidoarjo, Bhirawa.
Kasus angka Anemia remaja putri di Kabupaten Sidoarjo sempat tinggi pada tahun 2023 lalu. Yakni mencapai 15.6% atau 12.061 jiwa. Ternyata kasus ini dinilai salah satu faktor yang menjadi penghambat capaian nilai survei status gizi Indonesia (SSGI) di Kabupaten Sidoarjo.
Saat ini Pemkab Sidoarjo bersama dengan berbagai organisasi masyarakat dan akademisi, berkomitmen bersama untuk menurunkan angka stunting.
“Anemia pada remaja putri ini harus kita tangani bersama, ini kesepakatan kita,” kata Sekda Sidoarjo, Dr Feny Apridawati MKes, yang juga mantan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo itu, Rabu (9/10) kemarin, usai rapat di ruang offrom Setda Sidoarjo.
Pemkab Sidoarjo mengimbau agar seluruh OPD yang berkaitan langsung dengan kesehatan remaja putri, dapat mengimplementasikan program Minum Tablet Tambah Darah di sekolah-sekolah secara rutin.
OPD di Pemkab Sidoarjo diminta kolaborasi serius, agar pelaksanaan program ini berjalan efektif, dalam menekan angka stunting di Sidoarjo dan mencapai target zero stunting.
Bappeda Kabupaten Sidoarjo juga minta OPD di Sidoarjo berkolaborasi mengintegrasikan program penurunan angka anemia dan stunting. Program tersebut menjadi prioritas utama.
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, angka stunting di Sidoarjo saat ini mengalami penurunan, berdasarkan dua survei. Baik dari Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dan Survei Kesehatan Indonesia (SKI).
Dari tahun 2022 hingga 2023, stunting di Kota Delta turun dari 16,1 persen menjadi 8,4 persen. Meski begitu, angka itu masih jauh di atas target jangka panjang nasional 2045 yang ditetapkan sebesar dua persen.
Kendati demikian, angka tersebut telah melampaui target nasional 2024, yang ditentukan sebesar 14 persen. Bahkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo, melihat dari hasil penimbangan Balita di Posyandu, yang direkap oleh 30 Puskesmas yang ada di Kabupaten Sidoarjo, per Juni 2024, angka kasus stunting di Kabupaten Sidoarjo sebesar 2.3%, dari 2.965 Balita yang ditimbang. [kus.dre]
