Surabaya, Bhirawa
Fortinet visoner keamanan siber yang mendorong konvergensi antara jaringan dan keamanan menggelar Fortinet Accelerate Asia 2025 Surabaya Edition sebagai bagian roadshow regional Asia, kegiatan tersebut diadakan di Sheraton Surabaya Hotel & Towers
Kegiatan bertajuk “Fortify Your Tomorrow,” yang mempertemukan para pemimpin pemerintahan, pakar industri, dan pelaku professional keamanan siber untuk membahas gelombang ancaman siber berbasis AI yang terus meningkat. Jumat, (22/8/2025)
Country Director di Fortinet Indonesia, Edwin Lim mengatakan bahwa temuan survei IDC terbaru menunjukkan hampir 54% organisasi di Indonesia telah menghadapi ancaman siber berbasis AI, termasuk deepfake, automated credential stuffing, dan adversarial AI.
“Kompleksitas menjadi medan tempur baru dalam keamanan siber, dan AI berperan sebagai tantangan sekaligus garis depan pertahanan, Seiring ancaman yang semakin senyap dan terkoordinasi,” ujarnya.
Lanjut Edwin menjelaskan Fortinet membantu organisasi di seluruh Indonesia untuk tetap selangkah di depan dengan pendekatan keamanan terpadu berbasis platform yang memberikan visibilitas, otomatisasi, dan ketahanan.
“Temuan dari studi IDC yang menemukan 62% organisasi di Indonesia melaporkan adanya peningkatan dua kali lipat dalam hal ancaman berbasis AI sepanjang tahun lalu, hanya 13% yang merasa percaya diri dengan pertahanannya, sementara 18% belum memiliki kemampuan mendeteksi ancaman berbasis AI sama sekali,” ungkap Edwin.
Edwin beranggapan bahwa kebutuhan mendesak akan solusi terintegrasi dan cerdas seperti Fortinet Security Fabric, yang menyediakan visibilitas end-to-end, deteksi ancaman berbasis AI dari FortiGuard Labs, serta perlindungan otomatis di seluruh jaringan, cloud, dan endpoint.
“Strategi keamanan siber organisasi di Indonesia tengah berevolusi yang sebelumnya pendekatan bertumpu pada infrastruktur, sekarang ke model keamanan yang berpusat pada akses dan berorientasi pada ketahanan, pendekatan berbasis platform, dengan kemampuannya mengonsolidasikan alat, mempercepat deteksi, dan menyederhanakan manajemen, menjadi krusial bagi organisasi yang ingin beradaptasi dan berkembang di lanskap ancaman saat ini” ucapnya.
Edwin menambahkan telah berkolaborasi dengan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) untuk mendukung strategi keamanan siber nasional, serta kemitraan dengan sederet universitas ternama seperti Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), dan Universitas Multimedia Nusantara dalam mengembangkan talenta keamanan siber lokal yang kompeten.
Plt. Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika, Kota Surabaya, Muhammad Fikser mengukapkan Surabaya juga berkomitmen mewujudkan kota dunia yang humanis dan berkelanjutan melalui transformasi digital.
“Surabaya telah penyederhanaan lebih dari 400 aplikasi menjadi Wargaku dan Kantorku, penguatan infrastruktur data, serta partisipasi aktif masyarakat lewat program Kader Surabaya Hebat, kami terus menghadirkan layanan publik yang transparan dan efisien,” tutur Fikser.
Fikser menyampaikan bahwa seiring meningkatnya ancaman siber terhadap layanan pemerintahan, menyadari pentingnya kolaborasi bersama mitra strategis seperti Fortinet yang sejak lama mendukung Surabaya, memastikan perlindungan digital yang lebih kuat, menjaga keberlangsungan pelayanan, dan memperkuat kepercayaan warga. [ren]


