Pemprov Jatim, Bhirawa.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) hasil Sakernas di Jawa Timur pada Agustus 2024 sebesar 4,19 persen. Hal ini berarti dari tiap 100 orang angkatan kerja, terdapat sekitar 4 atau 5 orang penganggur.
Penganggur dalam hal ini adalah mereka yang tidak bekerja tapi sedang mencari pekerjaan dan atau sedang mempersiapkan usaha baru dan atau sudah punya pekerjaan/usaha tapi belum mulai atau mereka yang putus asa sehingga tidak lagi mencari pekerjaan mempersiapkan usaha.
TPT pada Agustus 2024 di Jawa Timur mengalami penurunan sebesar 0,69 persen poin dibandingkan Agustus 2023. Pola penganggur di Jawa Timur masih menunjukkan kecenderungan TPT laki-laki lebih tinggi dibandingkan TPT perempuan.
Begitu pula dengan pola TPT pada Agustus 2024 yang menunjukkan bahwa TPT laki-laki lebih tinggi dibanding TPT perempuan, yaitu 4,46 persen berbanding 3,80 persen. Hal itu disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Zulkipli.
“Laki-laki masih cenderung sebagai breadwinner atau diberikan peran sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga dibandingkan perempuan yang cenderung lebih mendapatkan peran mengurus rumah tangga,” katanya.
Meski demikian, TPT baik laki-laki maupun perempuan pada Agustus 2024 sama-sama menunjukkan penurunan dibandingkan Agustus 2023. Meski demikian penurunan TPT perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan penurunan TPT laki-laki.
Salah satu karakteristik daerah perkotaan adalah memiliki kecenderungan sebagai tujuan orang untuk menetap atau mencari nafkah di daerah tersebut. Hal ini dikarenakan daerah perkotaan memiliki infrastruktur yang lebih lengkap dan cenderung menjadi pusat aktivitas perekonomian.
Karakteristik tersebut menjadi salah satu penyebab TPT perkotaan cenderung lebih tinggi dibandingkan TPT perdesaan. Pada Agustus 2024, TPT perkotaan (4,49 persen) lebih tinggi dibandingkan TPT di daerah perdesaan (3,78 persen). Terjadi penurunan TPT baik di perkotaan maupun di perdesaan pada Agustus 2024 dibandingkan Agustus 2023.
Dilihat dari tingkat pendidikan yang ditamatkan pada Agutus 2024, TPT lulusan SMK menunjukkan angka paling tinggi, yaitu 6,81 persen kemudian diikuti TPT lulusan SMA sebesar 6,69 persen, dan TPT lulusan DIV/S1/S2/S3 sebesar 5,33 persen.
Meski demikian, penurunan TPT lulusan SMK merupakan yang tertinggi dibandingkan jenjang pendidikan lainnya. Dibandingkan Agustus 2023, hanya TPT lulusan DIV/S1/S2/S3 yang menunjukkan peningkatan sementara jenjang pendidikan lainnya menunjukkan penurunan.
TPT penduduk dengan pendidikan SD ke bawah masih tetap menunjukkan pola yang sama seperti tahuntahun sebelumnya, memiliki persentase yang paling rendah dibandingkan pendidikan di atasnya. Pada Agustus 2024, dari setiap 100 angkatan kerja berpendidikan SD ke bawah, terdapat sekitar 1-2 di antaranya yang menganggur.
“TPT lulusan SMK, lulusan SMA, lulusan DIV/S1/S2/S3 yang menunjukkan angka tertinggi dibandingkan penduduk usia kerja dengan jenjang pendidikan lainnya,” kata Zulkipli.
Beberapa penyebab diantaranya, isu link and match antara kemampuan/skill dengan ketersediaan lapangan pekerjaan, karakteristik angkatan kerja pada lulusan jenjang pendidikan tersebut yang cenderung untuk mencari pekerjaan yang diinginkan atau pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang dimiliki.
“Terutama pada kelompok pendatang baru di pasar kerja sehingga waktu tunggu dari saat menyatakan terjun di pasar kerja atau berniat untuk mencari pekerjaan hingga memperoleh pekerjaan yang sesuai akan relatif lebih lama dibandingkan angkatan kerja pada jenjang pendidikan rendah,” katanya.
Pelaksanaan job fair bisa menjadi salah satu sarana untuk memangkas waktu tunggu karena dapat mempercepat pertemuan antara pencari kerja dengan penyedia lapangan pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja dengan kemampuan berkesesuaian tersebut.[rac.ca]