Kota Pasuruan, Bhirawa
Pemprov Jawa Timur melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) melaksanakan kegiatan Penguatan Kelembagaan Posyandu melalui Pemberdayaan Kader dan Pemberian Bahan Makanan Tambahan (PMT) Balita di gedung Gradika Bhakti Praja, Kota Pasuruan, Senin (8/12).
Kegiatan tersebut dalam rangka percepatan penurunan stunting tahun 2025.
Perwakilan DPMD Provinsi Jawa Timur, Feri Nur Hayati menekankan pentingnya memperkuat kelembagaan posyandu. Supaya bisa mampu menjalankan fungsi secara optimal.
“Ini sebagai upaya penguatan kelembagaan posyandu. Agar posyandu mampu menjalankan perannya dalam enam bidang layanan. Termasuk, percepatan penurunan stunting 2025,” ujar Feri Nur Hayati.
Ia menjelaskan penguatan posyandu adalah bentuk nyata pemberdayaan masyarakat karena posyandu menjadi ujung tombak layanan dasar.
“Posyandu ini bukan hanya tempat pelayanan kesehatan balita, melainkan saat ini sebagai penggerak sosial dalam edukasi keluarga serta pendamping bagi orang tua dalam memonitor tumbuh kembang anak,” kata Feri Nur Hayati.
Dalam kegiatan tersebut, DPMD Pemprov Jatim menyalurkan makanan tambahan untuk 250 balita dari empat kecamatan di Kota Pasuruan.
Melalui program tersebut, Pemprov Jatim berharap kapasitas kader semakin kuat, posyandu semakin aktif, dan percepatan penurunan stunting di Kota Pasuruan dapat berjalan lebih efektif.
Sementara itu, Wali Kota Pasuruan, H Adi Wibowo menyatakan percepatan penurunan stunting memerlukan kerja bersama antara pemerintah, posyandu dan keluarga.
Mas Adi sapaan akrabnya menjelaskan bahwa Kota Pasuruan selama ini tengah menjalankan berbagai intervensi spesifik, termasuk penguatan gizi balita melalui program makanan tambahan.
“Pemberian makanan tambahan hari ini menjadi bagian dari upaya intervensi spesifik. Tapi yang terpenting adalah perhatian orang tua terhadap tumbuh kembang anak. Ba ada indikasi perkembangan anak tidak sesuai usia, jangan malu untuk berkonsultasi. Jika dibiarkan, anak bisa terus mengalami stunting,” ucap Mas Adi.
Pihaknya menekankan pentingnya intervensi sensitif, terutama terkait lingkungan, akses air bersih, dan sanitasi.
“Di sisi lain, kondisi air minum dan sanitasi yang buruk dapat memengaruhi kesehatan dan tumbuh kembang balita. Lingkungan yang sehat adalah fondasi,” jelas Mas Adi.
Pejabat nomer di Kota Pasuruan ini menjelaskan Kota Pasuruan saat ini berada di peringkat 28 nasional dalam percepatan penurunan stunting serta menargetkan angka stunting turun di bawah 5 persen.
Ia juga mengingatkan agar bantuan makanan tambahan tidak dianggap sebagai langkah terakhir, karena pola makan keluarga di rumah tetap menjadi faktor penentu.
“Perlu diketahui, tak cukup hanya mengandalkan stimulus makanan tambahan. Pola makan sehari-hari, pembatasan jajan serta pemantauan tumbuh kembang di rumah sangat menentukan. Sedangkan, tumbuh kembang anak juga dimulai dari masa perencanaan kehamilan. Gizi ibu adalah kunci,” kata Mas Adi. [hil.gat]


