Surabaya, Bhirawa
Transformasi digital bukan hanya milik kota besar. Desa pun kini menghadapi tuntutan yang sama: bagaimana memasarkan produk lokal agar memiliki nilai tambah dan bisa bersaing di era digital? Tantangan inilah yang tengah dijawab oleh para pemuda Karang Taruna RW 05 Balongsari melalui pelatihan komunikasi bisnis digital yang diselenggarakan oleh tim Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG) pada 30 November 2025 di Balai RW 5 Balongsari, Kecamatan Tandes.
Selama ini, pelaku UMKM desa seringkali menghadapi keterbatasan akses pasar bukan karena kualitas produk rendah, melainkan karena ketidakmampuan dalam hal pemasaran dan komunikasi yang persuasif. Padahal, data dari brandquarterly.com menunjukkan bahwa 85% kesuksesan finansial seseorang ditentukan oleh kemampuan komunikasi, negosiasi, dan kepemimpinan. Artinya, kompetensi berbicara bukan lagi pelengkap, melainkan kebutuhan utama bagi wirausahawan muda.
Melalui agenda pelatihan pitching produk, teknik negosiasi, hingga praktik live selling, para pemuda dilatih menjadi agen ekonomi baru yang mampu menjual produk lokal melalui kanal digital. Sesi ini diikuti dengan antusias oleh warga, khususnya anggota Karang Taruna yang juga merupakan pelaku usaha. Pada sesi tanya jawab, peserta sangat aktif menanyakan berbagai hal seputar strategi pemasaran maupun studi kasus yang sudah mereka alami. Mereka juga menunjukkan semangat tinggi saat praktik pitching selama satu menit untuk menguji kepercayaan diri dan efektivitas komunikasi persuasif secara langsung.
Prima, salah satu anggota Karang Taruna RW 05 Balongsari, menyampaikan bahwa pelatihan ini memberikan dampak besar bagi para pemuda.
“Kegiatan ini sangat membantu kami meningkatkan kemampuan komunikasi untuk menjual produk kami sendiri. Rasanya jadi lebih percaya diri untuk ke depannya,” ujarnya.
Hasil kegiatan pun menunjukkan progres positif. Berdasarkan evaluasi Pre-Test dan Post-Test, terjadi peningkatan pemahaman teknik negosiasi hingga 80% dibanding sebelumnya. Ini membuktikan bahwa peningkatan kapasitas SDM adalah kunci membuka peluang ekonomi digital di tingkat akar rumput.
Lebih dari sekadar transfer ilmu, kegiatan ini menumbuhkan keberanian. Keberanian untuk tampil, menawarkan produk, dan berkompetisi di pasar yang lebih luas. Dengan kemampuan digital selling, para pemuda kini tidak hanya berperan sebagai anggota organisasi sosial, tetapi naik kelas menjadi penggerak ekonomi yang mampu memberdayakan lingkungan sekitarnya.
Jika setiap wilayah mampu mendorong pemudanya menjadi tenaga pemasaran lokal, bukan tidak mungkin desa-desa di Indonesia akan menjadi pemain penting ekonomi digital. Karena hari ini, kompetisi bukan lagi soal lokasi, tapi soal siapa yang bisa berkomunikasi dengan cara yang lebih baik.
Karang Taruna RW 05 Balongsari telah memulai langkah besar ini. Tugas berikutnya adalah keberlanjutan: memastikan pelaku UMKM lokal terus dibina dan didampingi dalam pengembangan branding dan pemasaran digital. Ekonomi kreatif di desa akan tumbuh bila dipelopori oleh pemuda yang percaya diri dan terampil bicara. [why]


